14. Pendekatan (1)

80 9 0
                                    

"Jadi! Lo harus menuhin kemauan gue!"

Perkataan Jayden terdengar seperti paksaan, tetapi Shena malah menganggapnya sebagai candaan biasa. Dia awalnya tak percaya dengan permintaan Jayden. Namun, setelah Shena tertawa kikuk pun, Jayden tak kunjung menarik ucapannya. Hal itu membuat Shena tersenyum kikuk, lalu menunjuk dirinya sendiri.

"Lo gak salah? Lo mau gue jadi vokalis band sekolah?" tanya Shena.

Jayden tak menjawab, tetapi dari sorot mata seriusnya, Shena bisa menafsirkan kemauan Jayden. Gadis itu meneguk ludahnya sendiri, dia menjawab, "Gue udah dicap jelek, sebagai cewek caper yang hobi jelek-jelekin cewek lain. Lo emangnya gak takut, nama band sekolah kita ancur karena gue?"

Jayden mendekat ke arah Shena. Dia membungkukan tubuhnya, kemudian memegangi ristleting jaket yang dipakai Shena. Bola matanya tertuju ke arah ristleting itu. Jayden tersenyum, sembari menarik ristletingnya ke atas.

"Gue butuh suara lo. Masa bodo sama status lo," ucap Jayden.

Kedua pasang mata keduanya bertemu. Shena tahu, jika Jayden benar-benar serius dengan permintaannya. Padahal, Shena sendiri hanya menganggap sekolah dan klub di permainan ini sebagai batu loncatan untuk naik level saja.

"Gue..."

Shena akhirnya menarik dan mengeluarkan napas panjang. Wajahnya memerah melihat Jayden menatapnya tanpa berkedip. Segera saja, Shena mendorong tubuh Jayden ke belakang, lalu memalingkan wajah ke arah lain. "Oke! Oke! Tapi ini cuman berlaku beberapa minggu aja. Habis ini, lo harus cari pengganti yang lebih baik lagi!"

Jayden tersenyum, lalu memasukkan tangannya ke saku celana. Dia bersiul, lalu melangkah menuju gerbang sekolah. Setelah melangkah sebanyak tujuh langkah, Jayden berbalik dan bertanya, "Lo masih mau nunggu di sana sampai malam? Atau udah janjian ketemu sama Mba kunti?"

Shena berdecak, dan berdiri dari duduknya. "Lo udahan rapatnya?"

"Dari tadi emang udah kelar. Lo gak liat, di ruang seni udah gak ada siapa-siapa lagi. Emangnya gue mau rapat sama siapa lagi? Sama setan?" tanya Jayden sembari merotasikan matanya.

Shena berdecak, lalu melangkah menyusul Jayden. Dia mendengkus, dan mengomel, "Ya, gue kira rapat kalian masih panjang."

"Ck, bukannya balik dari tadi pas hujan reda. Lo malah nungguin gue sampe gelap kayak gini. Gue curiga, lo sebenernya emang nyari kesempatan dalam kesempitan buat deketin gue," kata Jayden.

Shena langsung merotasikan matanya. Dia mendengkus, sembari menyilangkan tangan di depan dada. "Gak usah geer. Kalo bukan aturan permainan, gue juga gak mungkin deket sama lo."

Ucapan Shena yang setengah berbisik pada dirinya sendiri, terdengar di telinga Jayden. Jayden mengernyitkan kening, lalu bertanya, "Permainan? Apa maksud lo?"

Shena langsung menggelengkan kepala, dan tersenyum kikuk. Dia menunjuk ke arah sepeda motor Jayden yang terparkir di depan parkiran. "Tinggal motor lo aja yang ada di parkiran! Kita harus cepet balik, sebelum satpam ngunci gerbang!"

"Sans aja. Gue kenal baik sama Pak Satpam, dia tahu itu motor gue, dan tahu gue ada rapat jadi baliknya pasti sore," jelas Jayden tanpa keraguan sedikit saja.

Shena merotasikan mata, kemudian mempercepat jalannya. Dia menarik dan mengeluarkan napas panjang. Sementara bibirnya terkunci rapat. Tanpa sepatah kata pun, Shena mengambil helm di sepeda motor Jayden, lalu menepuk-nepuk tempat duduknya.

"Ayo Jayden! Cepet anter gue pulang, gue mau ngelanjutin acara rebahan gue di rumah," ajak Shena.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
CRISIS OF THE PICK-ME GIRLSWhere stories live. Discover now