20. Bebek Angsa (1)

75 10 0
                                    

"Kalo mau peluk, gak masalah kok. Tapi berbayar, gak gratis."

Candaan Jayden dianggap serius oleh Shena. Oleh karena itu, Shena langsung menjaga sikapnya. Dia menundukkan kepala, sembari memalingkan wajahnya ke arah lain. Diam-diam, Shena merutuki dirinya sendiri, "Kebiasaan, gue suka kegirangan gak tahu tempat kayak orgil. Kalo Kak Leon pasti ngemaklumin tingkah gue, tapi si Jayden?"

"Lebih baik jaga sikap aja," ucap Shena.

Shena menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setelah itu, dia menarik kedua sudut bibirnya ke atas, kemudian berbalik dan tersenyum ke arah Jayden. Sementara Jayden sendiri masih menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Ada apa?" tanya Jayden.

Shena menjawab, "Gak usah kepo. Ayo kita pulang."

"Tapi gue telanjur penasaran," balas Jayden.

Shena mendengkus, lalu memberitahu, "Pokoknya gak usah kepo, dan ayo pulang aja."

"Yaudah, kita pulang sekarang. Lo emang perlu banyak istirahat, supaya gak kecapean pas tampil nanti," ucap Jayden.

Akhirnya Jayden mengajak Shena untuk naik ke sepeda motornya. Keduanya pulang sembari mengobrol tentang hasil latihan mereka. Shena terkadang tertawa mendengar tingkah anggota band yang Jayden katakan. Sementara di sisi lain, ada Leon yang diam-diam memperhatikan Shena di parkiran.

Cindy yang berada di sampingnya sejak tadi, mulai merasa ada yang tidak beres dengan Leon. Oleh karena itu, dia menyenggol bahu Leon, baru kemudian bertanya, "Ada apa? Kenapa kamu dari tadi diem terus?"

"Leon!"

Leon baru melirik ke arah Cindy, ketika Cindy memanggil namanya. Leon mengernyitkan kening, dia kemudian bertanya, "Ada apa?"

Cindy mengeluarkan napas panjang. Percuma bercerita panjang lebar, jika fokus Leon tertuju kepada hal lain. Gadis itu kemudian melirik ke arah gerbang sekolah. Di sana mungkin tak ada sosok Shena yang biasa menjadi target pengamatan Leon. Namun, Cindy bisa menduga jika sedari tadi Leon tengah mengamati Shena.

"Lo liatin Shena lagi?" tanya Cindy.

"Ya," jawab Leon tanpa ragu.

Cindy tersenyum kecut, sembari menundukkan kepala. Dia sebenarnya ingin menyembunyikan rasa kecewanya, tetapi wajahnya tak bisa diajak kerja sama. Oleh karena itu, Cindy berkata sembari menundukkan kepalanya. "Lo masih suka sama dia?"

Leon menggelengkan kepala, tanpa suara. Hal itu malah membuat Cindy sadar jika Leon masih menyukai dan memperhatikan Shena. Cindy segera memalingkan wajahnya ke arah lain, kemudian bergumam, "Bohong."

"Mata lo ngebuktiin ucapan gue," lanjutnya.

•••

Setelah berlatih tiap hari di jam pulang sekolah, Shena sudah bersiap tampil di perlombaan band antar sekolah. Dengan bantuan anak-anak tata rias, mereka berhasil menyulap Shena menjadi seorang vokalis menawan. Mulai dari busana, dan juga make up, disesuaikan dengan band dan juga tema lagu yang akan mereka bawakan.

"Gak terlalu rame, sederhana, khas remaja yang lagi ngalamin cinta monyet. Gue suka cara kalian ngerias gue," ucap Shena.

Shena berterima kasih kepada semua anggota tata rias yang sudah mau membantunya merias diri. Meskipun beberapa dari mereka awalnya menggosipkan Shena. Namun, setelah mengobrol dan mengenal Shena lebih jauh, rumor yang mengatakan Shena sombong dan senang memuji-muji dirinya sendiri mulai menghilang. Mereka senang mendengar Shena menyukai hasil riasan mereka.

"Kerasukan apa dia? Katanya dia paling anti sama make-up, karena udah cantik dari lahir. Tiap hari muji diri sendiri, dan ngerendahin orang yang suka make up. Hobinya juga caper."

"Tapi akhir-akhir ini, dia jadi gak suka rendahin orang lain."

"Dia juga gak pernah labeli dirinya beda dari yang lain, dan nyombongin diri lagi!"

"Apa rumornya salah, ya?"

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
CRISIS OF THE PICK-ME GIRLSWhere stories live. Discover now