"Emangnya lo udah selesai ngobrol sama si Hani? Kok kita pergi gini aja? Gue belum pamitan!" kata Shena.
Jayden malah mengangkat sebelah sudut bibirnya ke atas. Dia kemudian berkata, "Udah selesai, dan gue udah pamitan juga. Jadi sekarang, gak ada yang perlu dipermasalahin lagi kan?"
Shena menganggukkan kepala. Dia berniat melepas pegangannya pada pinggang Jayden, tetapi Jayden malah semakin mempercepat sepeda motornya. Hal itu membuat Shena mendengkus, kemudian berkata, "Pelan-pelan bawanya! Lo pikir ini jalanan buat balapan!"
Jayden menjawab, "Lah? Bukannya lo mau cepet pulang?"
"Ya... emang mau, sih. Tapi kalo bawanya kebut-kebutan kayak gini, gue gak mau juga," balas Shena.
Jayden menepuk jidat, kemudian berkata, "Gue gak ngerti sama apa kemauan lo. Tadi mau cepet, sekarang mau pelan-pelan aja."
Walaupun Jayden tak mengerti dengan kemauan Shena, tetapi pemuda itu menuruti keinginan Shena untuk mengurangi kecepatan sepeda motornya. Setelah itu, Shena tiba-tiba menepuk-nepuk bahu Jayden, sampai akhirnya Jayden mendengkus dan bertanya, "Apa lagi, Shena?"
Shena berbisik, "Turunin gue di sini aja!"
"Hah? Di sisi jalan? Mau ngapain lo?" tanya Jayden.
"Udah turunin aja!" kata Shena.
Akhirnya Jayden memarkirkan sepeda motornya di depan sebuah taman. Pemuda itu nengernyitkan kening, melihat Shena turun dari sepeda motornya lalu berjalan menuju sebuah pohon mangga.
"Lo mau ngapain?" tanya Jayden lagi.
Shena tersenyum, lalu mengusir, "Gak perlu banyak tanya. Kalo lo mau pergi, pergi aja sana hush hush. Lagian rumah gue deket dari sini kok, gue bisa jalan kaki."
Jayden menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setelah itu, dia melirik ke arah pohon mangga yang sedang Shena teliti. Tinggi pohon itu hanya sampai atap rumah berlantai satu di samping taman, akan tetapi buahnya menyebar ke seluruh rantingnya.
Dari tatapan mata Shena yang sedang meneliti dengan sudut bibir terangkat ke atas, Jayden tahu jika Shena tengah memantau buah mangga pada pohon itu. Akhirnya Jayden mengeluarkan napas panjang, lalu ikut turun dari sepeda motornya. Dia menyilangkan tangan di depan dada, kemudian tersenyum kecut. "Lo mau maling buang mangga di sini?"
Shena tersenyum kecil, dia lalu menggelengkan kepala dan berkata, "Ini pohon mangga milik semua warga di sini. Jadi, kalo mau diambil ya gak masalah."
Jayden memganggukkan kepala baru tahu. Dia kemudian berkata, "Buahnya lumayan banyak juga."
Shena membalas, "Jelas banyak! Walaupun di sini banyak rumah-rumah, tapi orang-orang di sini sibuk kerja sampe malem! Kalo pun mau buah mangga, mereka lebih suka beli dibanding manjat pohon ini. Jadinya, banyak buah mangga yang nganggur di sini."
"Terus sekarang lo mau manjat pohon?" tanya Jayden.
Shena melihat ke arah baju yang saat ini dia pakai. Setelah itu, dia melihat ke arah Jayden. "Yakali gue manjat pake baju gini. Terlebih lagi, sekarang mata gue cuman dibantu cahaya lampu taman ini. Nanti gue dikira kunti lagi."
"Terus?" tanya Jayden.
Shena tersenyum lebar, lalu menunjuk ke arah sebuah tongkat dari bambu, yang disembunyikan dibalik pohon mangga. Setelah itu, Shena berkata, "Pake tongkat ini lah!"
Jayden mengernyitkan kening, sementara Shena tersenyum dan mengambil tongkat bambu di depannya. "Ternyata di dunia permainan ini, masih ada pohon mangga taman juga. Setelah dipikir-pikir, dunia permainan ini memang gak beda jauh dari dunia asli gue."
"Yang ngebedain cuman, sifat dan perlakuan Kak Leon," gumam Shena.
•••

DU LIEST GERADE
CRISIS OF THE PICK-ME GIRLS
Jugendliteratur"Mau coba jadi siswi populer, kaya raya, dan disukai banyak cowok?" "Bad boy, ketos, ketua geng motor, idol, vampir, semuanya bisa jadi pacar kamu! Tinggal kamu pilih aja!" "Caranya juga gampang! Yuk, cobain permainan visual novel!" Karena tergiur i...