Bab 10 - Ancora Un Passo.

607 93 9
                                    

Ancora Un Passo
-Satu Langkah Lagi-
*****
ARIA
Bab 10
******

"Jangan-jangan lo jatuh cinta?"

Ucapan Retha membuat krenyitan dahi Sonya semakin dalam. Dia merasa tak dekat dengan laki-laki manapun. Setiap hari hanya bekerja, lalu pulang untuk beristirahat. Apalagi, sejak syuting dimulai, Sonya bahkan sudah jarang nongkrong, atau bahkan bertemu dengan sahabatnya. Jadi, mau dekat dengan laki-laki dengan jalur apa?

"Kenapa Mbak Retha bisa ngomong gitu?"

Retha mengusap wajahnya, memandang Sonya dengan alis bertaut. "Bocil satu, kelamaan jomlo jadi nggak peka sama diri sendiri!"

"Aku lagi nggak dekat sama cowok manapun! Mbak Retha juga tahu, kan? Tiap pulang kerja aku pasti langsung ke rumah, atau ke apartemen."

"Nggak dekat, tapi nangisin seseorang, sampai nungguin pas pingsan lagi! Udah begitu, hari ini buru-buru banget pengin cepet kelar! Nggak biasanya lo begini sama cowok. Tapi, kalau Hizkia Liron, ya gue maklumi sih."

Sepasang mata Sonya mendelik, "Ya gue merasa bersalah aja sama dia. Dia juga senior. Wajar, kan?"

Sonya bertanya balik, namun entah kenapa dia tak yakin dengan kalimatnya sendiri. Benarkah dia hanya merasa bersalah? Dia tak memiliki pengalaman apapun soal cinta, jadi bagaimana dia bisa mengerti perasaannya sendiri?

"Gue mau bilang wajar, tapi Hizkia belum ada tandingannya. Dia itu lawan main pertama lo, jadi mau gue bandingkan sama siapa? Bentar... seinget gue, waktu lo duet sama Artha penyanyi muda cakep itu, lo juga biasa aja. Padahal kalian juga sempat bikin konten bareng."

Sonya mengingat momen duetnya dengan Artha Jonathan. Saat itu, publik memuji mereka karena suara mereka yang bisa menyatu dengan sangat baik. Karena respon baik itu, agensi mereka setuju untuk membuat berberapa konten. Mungkin, jika respon publik menguntungkan setelah konten selanjutnya rilis, setelah proyek film Sonya selesai, mereka akan merilis single duet.

"Ya... memang gue harus baper gitu sama Artha? Pacarnya aja sohib gue!"

Sonya menutup mulutnya cepat ketika Retha mendelik ke arahnya dan menggoncang bahunya pelan. "Kok lo nggak cerita?"

"Bukan urusan gue juga! Jangan bilang-bilang ya, Mbak! Mereka yang minta backstreet. Terus... ya kali, gue mau baper sama Mas Hizkia, sadar diri kali! Baru pertama kali main film juga, nanti dikira gue nggak profesional."

Retha tertawa, "Banyak kali, yang cinlok terus jadi! Cuma, lo pintar-pintar aja memahami diri lo sendiri, memang lo baper karena person-nya, atau karena karakternya dalam peran yang dia mainkan."

Sonya mengangguk setuju, sembari meyakinkan dirinya sendiri. "Gue tahu perasaan itu nggak ke tebak, tapi... gue takut aja, kalau itu hanya sekedar euforia."

Retha duduk di samping Sonya yang kini memainkan game di ponselnya. "Tapi, gue penasaran. Lo kalau jatuh cinta tuh, tipe yang memendam atau blak-blakan gitu, sih?"

Tanpa mengurangi fokus pada layar di hadapannya, Sonya menjawab. "Nggak tahu, karena gue belum pernah benar-benar jatuh cinta." Jemari gadis itu akhirnya menekan tombol pause ketika merasa fokusnya mulai buyar. "Tapi, karena gue orang yang visioner, kayaknya gue bakal blak-blakan. Karena, selama ini... yang coba deket sama gue, dan gue nggak srek langsung gue tolak."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ARIAWhere stories live. Discover now