Pt. 08 - The Best Scars Ever

8.4K 747 61
                                    

"Tuan, Saya mendapat kabar kalau Nona Anna dan ibunya siang tadi berkunjung ke kediaman Czart

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tuan, Saya mendapat kabar kalau Nona Anna dan ibunya siang tadi berkunjung ke kediaman Czart." Edward melaporkan.

Saat ini, Xander tengah ada di ruang kerjanya dan mengerjakan pekerjaan yang menumpuk setelah kemarin dia disibukkan dengan berbagai urusan.

"Apa Alesha sudah pulang? Mereka pasti ingin menemuinya'kan?" kata Xander tepat sasaran. 

Edward mengangguk, dia mendekati Xander dan menunjukkan beberapa foto yang sudah dia cetak. "Tapi mereka tidak berhasil menemui Nona Alesha, Tuan. Dari informan kita, hanya Frederic Benjamin Czart yang menemui Nona Anna dan ibunya."

Xander yang tadinya hanya melihat foto itu sekilas kemudian merasa tertarik. Dia melihat foto itu sekali lagi dan memilahnya.

"Saya rasa informasi soal Nona Alesha yang mengalami amnesia itu benar," kata Edward melanjutkan.

Xander mengangguk-ngangguk. Dia mengambil satu foto yang menurutnya terlihat menarik. "Kirimkan bunga Lily ke kantor Anna dan jangan tulis nama pengirimnya," ucap Xander final.

Edward mengangguk, dia kemudian pamit untuk melaksanakan perintah Xander.

Setelah Edward menghilang. Xander kemudian dikejutkan dengan ketukan lain di pintunya.

"Kakak ini aku! Apa aku boleh masuk?" Terdengar suara seorang gadis dari luar. Xander yang tahu siapa yang akan datang itu kemudian menarik laci dan memakai salah satu kacamata bening yang selalu ada di sana.

Xander kemudian berdiri. Sosok laki-laki yang memiliki tinggi seratus delapan puluh tujuh centi meter itu kemudian berjalan untuk membuka pintu ruang kerjanya.

"Kenapa harus mengetuk pintu? Masuklah. Tidak ada tempat terlarang untukmu di rumah ini," kata Xander manis.

Gadis cantik nan kurus itu tersenyum. Dia yang saat ini mengenakan piyama tidurnya langsung memeluk sosok Xander yang masih mengenakan kemeja hitam miliknya.

"Kakak, aku tidak mau tidur." Adu gadis berambut panjang itu manja.

Xander yang saat ini tengah memeluknya berusaha melihat wajah pucat gadis itu. Dia menyayangkan beberapa luka goresan yang gadis itu punya. Goresan yang membuat hati Xander berdenyut nyeri saat melihatnya.

"Kenapa? Kenapa Alicia tidak mau tidur, hm?" Xander bertanya sembari mengelus rambut panjang adiknya itu.

Gadis berumur dua puluh satu tahun bernama Alicia itu menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Xander, sorot matanya ketakutan, dia terlihat paranoia.

"Apa Alicia mimpi buruk lagi?" tanya Xander tepat sasaran. Gadis itu mengangguk pelan.

"Aku tidak suka melihat Kakak bersimbah darah di mimpiku," ucap Alicia bersungguh-sungguh.

Xander terdiam.

Lelaki itu kemudian mengelus rambut panjang Alicia yang terasa halus. Lalu mengusap pipi adik kecilnya itu. 

Dating With AntagonistWhere stories live. Discover now