Chapter 114 ♗

159 24 2
                                    

Yoggu (25/02/2024): kalo ada kritik atau saran silahkan disampaikan aja yaaa

Yoggu (01/03/2024): maaf lama, maaf CFYM jelek, tapi Valias ganteng jadi it's okey

Belum di-proof read

Dan separo dari bab ini adalah a/n. Lagi
____________

- Sehari setelah penobatan Frey Nardeen, lima hari sebelum perjamuan ulang tahun sang putra sulung Count Hadden Bardev

Vidor menurunkan kakinya dari kereta. Jubah longgar menyembunyikan keseluruhan penampilannya. Dengan menunjukkan sebuah emblem logam pada kedua penjaga gerbang dia diberikan masuk. Dia memasuki bangunan dan langsung menuju ke ruang pertemuan di bangunan itu. Di dalam sana sudah ada Marma yang duduk setengah berselonjor di sofa baring dengan sebuah gelas racikan obat di tangannya. Sudah pasti sebuah minuman racikan obat karena Marma punya kebiasaan meminum minuman seperti itu di jam-jam seperempat pagi seperti ini.

Melihat hadirnya seseorang berfisik jangkung, berproporsi berisi, meskipun mengenakan jubah, Marma sudah bisa tau kalau itu Vidor. "Kau mau?" Dia berbasa-basi menawarkan yang sedang ada di cangkirnya. Sudah tau Vidor pasti tidak akan menginginkannya.

Vidor mencebik. Berpikir kalau Marma bersikap sarkas padanya. Marma tau dia tidak suka minuman obat. Dia pergi ke sofa tunggal yang kosong dan mendudukkan dirinya.

Dia kira dia yang akan menjadi yang pertama bicara, seperti biasanya. Tapi kini Marma lah yang bicara lebih dulu. "Kau tetap datang meskipun aku sudah bilang tidak usah."

Vidor menghela napas seraya menarik tudung jubah dari menutupi kepalanya. "Aku ingin melihat apakah kau akan terlihat kacau."

Entah apakah itu hanya perasaan Vidor saja. Tapi ketika dia melihat Marma kemarin dia merasa kalau Marma terlihat agak pucat. Sorot matanya lelah. Kantung matanya sedikit lebih gelap daripada yang seharusnya. Juga agak lebih kurus dari yang terakhir Vidor ingat. Tapi kemarin Marma mengenakan setelan yang rapih, dan dia berprilaku seperti biasanya. Hanya saja sekarang ini, mungkin karena Marma masih mengenakan pakaian tidurnya yang agak tipis, dia jadi lebih terlihat selayaknya seseorang yang sedang tidak begitu sehat.

"Kau sakit? Apakah karena stres?'

Marma berdecak. "Mana mungkin? Hanya sempat terlalu lama membiarkan jendela terbuka di suatu malam. Empat hari lalu aku baru mulai merasa tidak begitu enak badan."

"Kau sedikit mengurus." Vidor berkata. "Tidak nafsu makan?"

Marma mengeluarkan helaan napas tidak bersuara, pandangannya beralih ke arah lain "Sedikit."

"Kau masih mau bersikap keras kepala dan sombong mengatakan kau tidak takut dengan apa yang bisa jadi akan terjadi padamu?" Vidor menyeringai.

Marma refleks mendengkus dengan ujung bibir tertarik. "Kau masih salah tentangku."

Dapat dibenarkan seratus persen kalau dia tidak khawatir sedikitpun tentang Frey Nardeen.

Dia sudah membuat responsnya. Dia memang tidak menyukai Frey Nardeen, dan juga putra Hadden itu. Tapi dia tidak takut pada mereka sebagaimana mungkin beberapa bangsawan pembuat ulah lain.

Dia justru tidak sabar menanti untuk melihat tindakan seperti apa yang akan dilakukan oleh si putra sulung Chalis itu. Akan seberapa berani dia dalam berperang dengannya. Karena dibandingkan dia, dirinya jelas sudah hidup lebih lama darinya. Siapa yang akan gentar pertama? Marma cukup percaya diri tentang dirinya sendiri. Frey Nardeen bukanlah ancaman baginya.

Kini dirinya berada di perjamuan dari acara sebuah ulang tahun dari seorang anak sulung suatu keluarga bangsawan berkedudukan Count. Di keadaan normal pastinya sesuatu seperti ini akan menjadi sebuah perjamuan ulang tahun anggota keluarga bangsawan biasa. Tapi masalahnya,

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now