Trauma itu seperti selamat dari kecelakaan, namun cacat seumur hidup. Mungkin sebagian orang bisa sembuh dari lukanya, tapi tidak dengan rasa traumanya.
Olivia Salsabila, gadis berusia 16 tahun yang mempunyai sebuah rasa trauma yang cukup mendalam...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Olivia Salsabila, gadis yang memiliki rupa anggun sempurna, gadis yang ceria, pintar dalam segala hal, merupakan anak sematawayang dari seorang singel mom, gadis yang masih duduk dibangku SMA tetapi sudah banyak beban yang ia panggul. Sejak ia kecil kedua orang tua nya sudah berpisah. Yang Olivia ketahui papahnya berselingkuh dengan wanita lain dikantor nya, mamah Olivia memutuskan untuk bercerai dan membawa Olivia untuk tinggal bersamanya, setelah itu pun papah olivia tidak pernah sekalipun menanyakan kabar anak gadisnya itu, tidak pernah menemuinya bahkan tidak pernah menafkahi untuk membiayai kebutuhan Olivia, padahal mamah Olivia sendiri tidak pernah melarang papanya untuk bertemu sang anak.
Dengan kejadian tersebut membuat Olivia merasa bahwa hidupnya terasa hampa, seperti ada yang hilang sebagian dari dirinya. Jika melihat Gadis diluaran sana sangat begitu disayang dan dijaga oleh orang tua yang bisa disebut sebagai ayah, tetapi Olivia? Ia bahkan sudah lupa bagaimana rasa kasih sayang tersebut.
Mengapa papanya bersikap seperti itu, seperti tidak menganggap Olivia ada dibumi sebagai anaknya?
Dan bagaimana bisa seorang ayah menelantarkan anak gadis satu-satunya? Olivia pun sadar bahwa sikap papah nya begitu jahat terhadap dirinya, tetapi entah mengapa Olivia tidak bisaa membenci sosok papahnya itu, sangat sulit rasanya.
'Pah, oliv kangen papah.' Olivia duduk ditepi ranjangnya, menatap sendu sebuah foto yang kini ada ditangannya, dan sesekali megusap tangannya ke arah foto itu, foto yang memperlihatkan seorang anak gadis kecil yang sedang bersama kedua orang tua-nya, terlihat seperti keluarga bahagia.
🧚♀️🧚♀️🧚♀️
Sinar matahari pagi yang memasuki sela-sela jendela kamar seorang gadis yang masih asik tertidur pulas dan bergelut dengan mimpinya. Dengan sopannya cahaya itu menyoroti wajah Olivia.
Olivia membuka mata dengan malas, lalu mengup menandai dirinya yang masih sangat ngantuk. Ia membangunkan tubuhnya, lalu melirik jam dinding yang berada di sebelah jendela kamarnya. Dengan rasa malas yang ada. Olivia berjalan gontay, untuk memaksakan dirinya bangun dari ranjang dan memasuki kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama untuk Olivia bersiap-siap, ia pun segera keluar dari kamarnya dan melangkahkan kaki ke ruang makan, sudah terlihat mamah nya yang sedang sibuk menyantap makanannya, dan terlihat sudah rapih juga mengenakan pakaian kantornya.
"Morning mah." Senyuman sangat indah terukir diwajah cantik Olivia pagi ini.
"Morning sayangku, ayo kita sarapan dulu." Ucap mamahnya yang sedang sibuk melapisi beberapa roti tawar dengan selai.
Olivia sangat beruntung bisa memiliki seorang ibu seperti Renata. Seorang ibu yang tidak pernah berhenti membuat sang anak bahagia, seorang ibu yang harus berjuang memenuhi kebutuhan anaknya sampai harus banting tulang sana sini. Renata seorang ibu yang sempurna di mata olivia, Renata selalu berusaha membuat Olivia tidak pernah kekurangan apapun, sehingga membuat Olivia kadang merasa jahat. Tidak munafik, walaupun mamahnya segitu baiknya, Olivia masih sangat ingin merasakan kasih sayang seorang ayah. Kasih sayang seorang cinta pertamanya.
