8. Tunangan

2.4K 101 5
                                    

Megumi duduk dengan dagu bertopangkan tangannya. Menatap lalu lalang kendaraan lewat jendela kaca sebuah butik.

Hoamm....

Megumi menguap lebar. Ia masih mengantuk.
Duduk di sebuah kursi tunggu di sebuah butik, sementara Sayuki tampak sedang berbicara serius dengan designer disana.

Megumi merentangkan kedua tangannya dan melakukan sedikit peregangan pada pinggang agar rasa kantuknya hilang.

Krekk....

Ekh- pantat dan punggung ku sakit sekali. Sepertinya aku menghantamnya terlalu keras tadi malam, batin Megumi sambil memegangi bagian belakangnya.

"Megumi! Kesini!" Sayuki melambaikan tangan. Megumi bangkit dari kursinya dan menghampiri dua wanita ini.

"Ini. Dia yang akan memakai gaunnya. Aku ingin gaun malam yang cantik dan feminim, namun tetap terlihat elegant. Perlihatkan bagian kakinya yang jenjang, dan gaun itu setidaknya harus serasi dipadukan dengan syal," Sayuki menjelaskan pada sang Designer.

Designer itu mengangguk dan menatap Megumi lekat-lekat. Beberapa kali ia meminta Megumi berputar atau mengangkat tangannya. Memperhatikan detail kecil.

"Bisa kita ukur sebentar?" tanya designer. Megumi mengangguk.

Pagi-pagi sekali tadi, Sayuki sudah heboh menelponnya dan mengajak Megumi untuk mencari gaun. Karena katanya acaranya nanti malam. What?? Bukankah ini terlalu mendadak. Megumi yang saat itu masih sedikit mengantuk pun langsung hilang kantuknya seketika. Tanpa mandi atau sarapan, ia langsung turun ke bawah. Menemui Sayuki yang sudah menunggunya sejak tadi.

Wanita itu merepotkan. Tapi setidaknya, aku dapat imbalan uang yang pantas, batin Megumi.

Ia merentangkan kedua tangannya, sementara sang designer sibuk mengukur bagian pinggang Megumi dan lebar dadanya.

"Ini akan mudah. Pinggangmu ramping sekali," ujar designer tersenyum.

"Baiklah. Aku sudah memilih desainnya. Akan aku ambil sore nanti sebelum acara. Kami akan pergi dulu untuk make over," kata Sayuki. Setelah berpamitan, ia menarik tangan Megumi dan menyeretnya begitu saja.

"Sayuki, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Megumi saat keduanya sudah memasuki mobil. Jalanan kota Tokyo terlihat padat. Lalu lalang orang memenuhi trotoar.

"Apa itu?"

"Kenapa kau menolak dijodohkan dengan ...um... Anu... Siapa nama pria itu, ya?" tanya Megumi.

"Ryōumen Sukuna maksudmu? Yeah, aku tidak menyukainya," jawab Sayuki tegas.

"Eehh? Nande? Dia pria sempurna bukan? Dia tinggi dan tampan. Perusahaannya juga banyak," sergah Megumi terkejut.

Sayuki tersenyum tipis. "Tentu saja. Saking sempurna nya, aku takut menerimanya," katanya.

Megumi terdiam. Ia masih tak memahami Sayuki.

"Pokoknya, Megumi. Aku tidak menyukai Sukuna. Ada seseorang yang aku suka. Aku membayar mu mahal untuk mengacaukan acara lamaran itu. Setelah itu, kita akan hidup normal seperti biasa," jelas Sayuki.

"Bagaimana kalau rencananya gagal?" tanya Megumi.

"Hahaha... Jika gagal, berarti rencana ku berhasil untuk tidak menikahi Sukuna. Setidaknya mereka tau bahwa aku tak ingin menikahi Sukuna dengan mengirim orang palsu."

Megumi diam lagi. Ada banyak hal yang tak ia pahami disini.

"Dengar. Aku sudah mengenal Sukuna lama sekali," ujar Sayuki memecah keheningan. Mobil yang mereka kendarai berhenti di lampu merah. Sayuki menoleh ke samping, menatap Megumi.

"Dia itu.... Iblis."

Megumi membulatkan matanya terkejut. Sedetik kemudian, ia tertawa geli. Tak menyangka Sayuki memiliki humor seperti itu. 

"Yeah, tertawalah sepuasnya. Kau akan paham kenapa aku menyebut Sukuna sebagai iblis," Sayuki mengangkat bahu tak peduli.

_________________________

Huft....

Entah ke berapa ratus kali Megumi menghela nafas lelah hari itu. Setelah seharian penuh ia diajak Sayuki berkeliling butik dan toko kosmetik, kini ia sedang berada di sebuah salon untuk mencoba sedikit make up.

"Megumi, kau bisa sedikit melengkingkan suara mu, kan? Suaramu itu masih terdengar seperti laki-laki," ujar Sayuki.

"Aku memang laki-laki, kan?" Megumi mengangkat alis.

"Ayolahh.... Kau bisa mengubah sedikit suaramu," pinta Sayuki.

"Ara ara~. Aku akan melakukannya."

Sayuki tersenyum puas. Ia melompat dan memeluk Megumi erat sekali.

"Oh ya, ini!" Sayuki melepas sebuah cincin di jari manisnya, lantas mengenakannya pada jari manis Megumi.

"Ah, ini pas sekali! Yokatta ne!" Sayuki berbinar melihat cincin itu bertengger manis di jemari Megumi yang ramping.

"Nani kore?" tanya Megumi.

"Itu cincin tunangan pemberian dari Sukuna."

Glek..

Megumi meringis. Bagaiman bisa Sayuki memberikan hal seperti ini padanya. Terlebih lagi, bagaimana kalau Sukuna nanti sakit hati saat tahu Sayuki menolaknya dengan cara seperti ini.

"Daijobu deshou ! Jangan khawatir. Sukuna itu tidak menyukaiku. Dia hanya menginginkan kontrak ekslusif dengan perusahaan ayahku," jelas Sayuki seolah bisa membaca pikiran Megumi.

Megumi hanya mengangguk.
Ia berjalan menuju sebuah meja rias yang menghadap ke kaca dengan hiasan bohlam lampu. Seorang make up artist berdiri di sampingnya. Menanyakan beberapa detail tentang bagaimana riasannya nanti.

"Aku ingin membuatnya tampak seperti wanita yang anggun dan elegan. Wajahnya bisa terlihat judes, tapi tolong bentuk bibirnya dengan warna nude dan red glossy yang cantik," ujar Sayuki.

"Baiklah,"

Make up artist itu mulai bekerja. Megumi memejamkan matanya. Entah apa yang dilakukan pada wajahnya. Ia tak mengerti.

Beberapa benda menyapu di wajahnya begitu saja. Mulai dari cushion, foundation, dan make up lain yang tak Megumi pahami.

Hampir satu jam, Megumi di touch up. Sayuki yang menunggu terlihat terkantuk-kantuk di meja seberang.

"Sudah jadi! Kau cantik sekali!!" puji make up artist itu.

"Benarkah?" tanya Megumi agak meringis. Ia menatap wajahnya di cermin dan sedikit terpaku.

Ia tak mengenali wajahnya beberapa saat. Kulitnya yang sebelumnya agak kuning kini berubah lebih cerah. Bibirnya terlihat merekah indah. Juga matanya yang lebih berbinar dengan hiasan bulu mata palsu.

"Wahhhhh!! Subarashii! Kau sempurna !" Puji Sayuki menatap Megumi dengan berbinar.

"Kau lebih cantik dariku. Sekarang, mari kita atur gaya rambutmu!" Ajak Sayuki.

"Ugh..." Megumi mengeluh saat Sayuki menarik tangannya dan menyeretnya begitu saja entah kemana.

"Ngomong-ngomong, dada mu itu datar sekali," sergah Sayuki.

Kedua pipi Megumi memerah. Ia melotot lebar pada Sayuki.

"Apa maksudmu? Aku kan memang cowok," tegasnya.

"Hai' hai'. Pakailah beberapa silikon bra agar dadamu terlihat seperti perempuan betulan."

Megumi mendengus. Entah bakal melakukan itu atau tidak.

________________

Follow akun saya.

Jangan lupa vote + komen

Cinderella 🔞 || Sukufushi Where stories live. Discover now