11. bertemu lagi ...

2.1K 145 15
                                    

Beberapa hari kemudian . . .


Aura gelap nan mencekam langsung terasa saat Sukuna melangkah masuk di pintu utama perusahaannya.
Langkahnya cepat dan tegap. Dengan garis rahang kuat, mata menatap tajam tanpa senyum, seolah ingin membunuh siapapun yang melirik ke arahnya.

Beberapa karyawan saling berbisik ketakutan dan memilih menghindar daripada harus berpapasan dengan Sukuna.

Sepertinya, Presdir itu sedang dalam kondisi mood yang buruk. Tidak. Dia memang selalu dalam kondisi yang buruk.

Menaiki lift menuju lantai atas, Sukuna masih tetap dengan raut wajahnya yang menyeramkan. Suguru mengikuti di belakangnya. Menekan tombol pada pintu lift, dan melarang siapapun menggunakan lift sebelum sang Tuan sampai di ruangannya.

Lift itu berhenti di lantai 10. Sukuna berjalan cepat menuju ruangannya.
Seorang sekretaris umum menyapanya ramah dan menanyakan Sukuna tentang berkas yang harus ditandatangani beberapa hari lalu.

"Tutup mulutmu, bodoh! Kau pikir kau sedang bicara dengan siapa?" hardik Sukuna. Sekretaris umum itu sedikit terkejut dan tak menyangka respon kasar Sukuna.

"Maaf, Tuan sedang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Tolong pengertiannya," ujar Suguru membungkukkan punggungnya.

Tubuh Sukuna hilang di balik pintu ruangannya sendiri yang menjulang tinggi dengan beberapa ornamen.

"Ah, bajingan kecil itu. Makin ku pikirkan, makin kesal namanya," gumam Sukuna. Ia melepas setelan jas luarnya dan melemparkan begitu saja ke atas sofa. Tangannya bergerak melonggarkan tali dasi, sementara kedua lengan bajunya tersingsing hingga batas siku.

Tok... Tok.. tok

Pintu ruangannya terketuk. Sukuna mengepalkan tangannya dan memukul meja kerjanya. Bersiap memarahi siapa yang mengganggunya.

"Tuan, ini ada berkas—"

"Aku tidak menerima berkas sampai anak itu ditemukan? Bukan kah sudah ku katakan?" bentak Sukuna saat Suguru melangkah masuk membawa sebuah map merah.

Sret . . .

Suguru menjulurkan sebuah kertas berisi informasi pribadi. Sukuna membulatkan matanya. Pas foto itu membuatnya tertarik seketika.

"Aku sudah mendapatkannya," Suguru tersenyum.

Sukuna balas tersenyum puas. Tangannya menyambar kertas itu dan membacanya dengan seksama. Tubuhnya terhempas santai ke atas sofa, seolah semua hal berat luruh begitu saja.

"Saya sangat senang dengan antusias Tuan. Andaikan, antusias itu Tuan berikan pada pekerjaan Tuan," ujar Suguru.

"Diam Suguru. Aku sedang fokus membaca," tegas Sukuna.
Ia membolak-balik cetakan kertas itu.

PROFIL PRIBADI

PROFIL PRIBADI

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
Cinderella 🔞 || Sukufushi Où les histoires vivent. Découvrez maintenant