12. Penawaran?

4.4K 275 15
                                    

Megumi duduk di sebuah kursi yang berada di depan toserba tempatnya bekerja. Tangannya menggenggam erat sebuah cup coffee. Duduknya tampak gelisah dan tak tenang. Ia sedikit gugup, menatap Sukuna yang duduk santai di kursi hadapannya dengan punggung bersandar pada sandaran kursi, sementara tangannya memainkan cup coffee yang diminumnya.

Setelah berhasil membawa Megumi untuk bicara sebentar dengan sebuah ancaman, akhirnya Megumi mau meninggalkan pekerjaannya sebentar untuk menemui pria kaya itu. Namun, Sukuna malah diam dan terlihat menikmati kecanggungan yang dirasakan Megumi.

"Sayuki, ya?" Sukuna membuka suara. Sebuah suara berat dan agak serak yang membuat bulu kuduk Megumi meremang seketika. 

"N-ne?" tanya Megumi dengan ekspresi bodohnya. Sukuna tersenyum tipis. Senyum yang lebih terlihat seperti seringai licik. Megumi menunduk. Ia bahkan tak berani untuk sekedar menatap Sukuna. Pria itu memiliki aura gelap yang mengintimidasi. Terlepas dari bau feromonnya yang sangat disukai Megumi, tetap saja Megumi takut berhadapan d engan Sukuna. 

Ehh?? Apa yang kupikirkan? Dasar bodoh. Berhenti mencium aroma feromon itu, batin Megumi. Ia pun berusaha menahan nafasnya agar bau feromon milik Sukuna tak tercium. Sepertinya Sukuna sengaja mengeluarkan feromon itu.

"Berapa banyak yang dibayarkan Sayuki? Sepertinya...."

Megumi buru-buru bangkit berdiri dan langsung berlutut di hadapan Sukuna. "Maafkan aku, Tuan. A-aku hanya menjalankan perintah," ujar Mmegumi sambil menunduk dalam. Sukuna menyeringai lebar menatap Megumi yang berlutut di hadapannya.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan? Aku merasa dirugikan dengan ini semua. Selain karena aku tidak jadi menikah dengan Sayuki, perjanjian dan kontrak kerja antara perusahaanku dengan perusahaan milik ayah Sayuki akan hancur," ucap Sukuna. 

"Kau tahu, berapa harga yang ditawarkan ayah Sayuki untuk mendapat kontrak ekslusif denganku?" tanya Sukuna kemudian. Ia agak menungukkan tubuhnya agar bisa menatap langsung ke mata Megumi yang sedang menunduk. 

"Dia memberiku jaminan 1,3% dari saham perusahaannya. Menurutmu, bagaimana jika aku membatalkan proyek ini? Insiden Nona Sayuki palsu itu membuatku sangat marah karena dipermainkan," ujar Sukuna dengan sungguh-sungguh. Megumi menggigit bibibrnya. Ia merasa sangat bersalah sekarang.

"Kau harusnya tak menerima tawaran Sayuki begitu saja jika tak tahu akar masalahnya. Sadarilah posisimu, bodoh. Lihat sekarang, karena tingkahmu yang gila uang itu, kau membuat orang lain kehilangan proyek yang berharga," ujar Sukuna dengan suara pelan namun terdengar menusuk tajam.

"Ma-maafkan aku, Tuan. Tolong, jangan batalkan kontrak itu. Aku akan menebus kesalahanku," kata Megumi. Ia benar-benar merasa seperti bajingan jika perusahaan yang dikelola ayah Sayuki hancur gara-gara dirinya. Lagipula, Sukuna adalah pengusaha paling berpengaruh di Tokyo. Pria itu bisa saja mengakuisisi perusahaan manapun hanya karena merasa kesal. Megumi tak ingin hal itu terjadi pada Sayuki.

"Bagaimana, ya? Aku sudah terlanjur marah dan kesal dengan kejadian itu. Aku merasa dipermainkan oleh pria kecil sepertimu,"Sukuna melipat kedua lengannya dan memalingkan wajah. Bersikap seolah dirinya tak tertarik untuk berdamai dengan Megumi.

"Tuan, aku mohon! Ini salahku karena menerima tawaran Sayuki, tolong jangan ikutkan perusahaan Sayuki ke dalam masalah ini. Kejadian ini murni salahku. Aku akan menerima hukumannya," kata Megumi memohon.

"Hmm? Hukuman, ya? Daripada hukuman, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku," kata Sukuna. Megumi menatap Sukuna, menunggu pria itu menyelesaikan kalimatnya.

"Ngomong-ngomong, bukan kah kau seorang omega? Kau bekerja di bar bukan? Menurut peraturan, Omega tidak boleh bekerja di Bar. Bagaimana jika aku memberitahu pemilik bar itu jika ada omega yang bekerja disana?" tanya Sukuna mengancam. 

"Apa? Kenapa Tuan harus melakukan itu?" tanya Megumi.

"Katanya kau akan melakukan apapun bukan? Daripada bekerja di bar itu, kenapa kau tak keluar saja dan bekerja denganku? Aku pasti membayarmu dengan lebih baik," ujar Sukuna.  Megumi terdiam, memikirkan kalimat Sukuna barusan.

"Aku akan membayarmu lima kali lipat dari gaji yang kau terima selama bekerja di bar itu," kata Sukuna. 

Sreet...

Sukuna meletakkan selembar kartu nama ke atas meja. "Ini kartu namaku. Hubungi aku jika kau sudah memastikan. Oh ya, ngomong-ngomong, ini bukan penawaran untukmu. Ini keharusan. Kau harus bekerja denganku. Ku beri waktu seminggu, jika setelahnya kau tak menghubungiku atau berusaha kabur, aku akan menemukanmu walau sampai ke ujung dunia sekalipun."

Sukuna bangkit berdiri dan mengenakan jubah panjangnya. Ia tersenyum tipis sambil menatap ke Megumi yang masih dalam posisi berlututnya.

Megumi terlihat shock dengan ucapan Sukuna barusan. Apakah sekarang dirinya harus bekerja padanya untuk membayar hutang juga? 

Sialan, masalahku dengan Naoya Zenin saja belum selesai. Aku masih memiliki banyak hutang untuk dibayar. Walaupun aku mati nanyti, sepertinya hutang-hutang itu akan terus bertambah, batin Megumi. Ia menatap mobil milik Sukuna yang melaju mulus di jalanan. 

Ah, hidupku selalu penuh sial. 




-----------------------

Hai, I'm back.

seperti biasa, jangan lupa Vote+komen yo..... 

Cinderella 🔞 || Sukufushi Where stories live. Discover now