Chapter 115 ♗

147 25 7
                                    

A/n ⚠️ (03/03/2024): Chapter gak penting. Gak usah dibaca. Cuma sebagai bahan lompatan aja soalnya

Setelah ini aku harus tempur berjuang lebih besar untuk CFYM karena aku udah mau masuk ke babak Valias ngurusin bangsawan-bangsawan biang kerok. Abis itu aku bakal bisa ngajak ribut kerajaan-kerajaan lain, terutama Joan Nazar karena dia badut yang minta ditampol

Chapter ini ngajak berantem ༎💔 (02/03/2024)

Sebuah keajaiban aku bisa tetep waras dari ni chapter
_________

Terbangun dengan perasaan segar tanpa ada sedikitpun rasa lelah atau kebutuhan akan waktu tambahan untuk terlelap adalah suatu perasaan yang disukai oleh setiap orang. Itu tandanya orang itu memiliki tidur yang berkualitas.

Valias bangun dengan merasa segar. Dia sudah terbangun meskipun Alister belum masuk ke ruangannya. Dia bisa melihat langit yang masih abu-abu dari jendela yang tidak tertutup gorden.

Dia mendudukkan dirinya. Merasakan udara yang terhirup olehnya begitu sejuk dan segar. Pakaian tidur yang tengah dikenakannya nyaman dan tekstur selimut yang membalut kaki hingga pinggangnya memberikan perlindungan dari rasa dingin dengan cara yang dia sukai.

Dengan pandangannya terarah pada yang tampak di luar jendela, semua rasa nyaman yang dia rasakan, Abimala tersenyum.

Dia seringkali mensyukuri apa yang sudah dianugerahkan kepadanya, dan dia selalu tersadar, kalau di sepanjang hidupnya, tidak peduli seberapa dia sedang merasa tertekan pada suatu waktu, dia selalu masih bisa menemukan hal yang bisa membuatnya bersyukur dan kemudian tersenyum dibuatnya.

Norra di dalam sana yang juga tertidur setiap malam dan juga ketika ada kesempatan menjadi terbangun ketika Abimala membuka matanya. Melihat pemandangan yang dia lihat terus tidak berubah, dia menduga Valias tengah melamun. "Paman?"

Suara Norra menyadarkannya. Dengan senyuman sederhana yang masih berada di wajahnya dia merespons. "Ya?"

"Kau melamun?"

Valias tersenyum meskipun Norra tidak akan bisa melihatnya. "Ya. Tidur tadi nyenyak. Aku jadi teringat pada saat aku di duniaku."

Norra bergumam tanpa suara. Tampaknya yang dia panggil paman meskipun dia tau usianya terpaut hanya enam tahun dengannya itu sedang mempunyai suasana hati yang baik. "Apakah kau sedang senang karena yang diberikan padamu tadi malam?"

"Bukan tentang itu." Abimala dibuat terkekeh ringan menjawab. "Udara terasa sangat sejuk ketika di pagi hari. Di tempat asalku juga sama. Setiap aku berada di hari kerja, ketika bangun di pagi hari dengan udara seperti ini aku merasa seperti Tuhan sedang memberiku semangat. Lalu ketika aku dalam perjalanan pulang ketika malam hari, aku merasa Tuhan juga membimbingku di bawah langit malamnya."

"Teringat tentang itu aku jadi tersadar kalau aku mempunyai kehidupan yang benar-benar berbeda sekarang."

Norra mendengarkan ucapan Valias itu terpegun. Bertanya. "Lalu? Yang mana yang lebih kau sukai?"

Abimala tersenyum sederhana meskipun dia tau Norra tidak akan bisa melihatnya. "Keluargamu adalah keluarga yang berkecukupan. Menempati posisimu sekarang aku tidak diharuskan untuk bekerja untuk bisa mendapatkan kebutuhan harianku."

"Aku tidak akan mengatakan kalau aku kurang menyukai kehidupanku di dunia asalku. Tapi kehidupan baru di dunia ini membuatku merasa kalau aku sedang berada dalam liburan panjang."

Norra mendengarkan yang dikatakan Abimala. Diam tidak membuat suara apa-apa.

Berbeda denganku.

Dia harus bersyukur karena kini ada Abimala yang mengisi tempatnya menggantikan dirinya. Jika Abimala tidak ada, siapa tau darah sebanyak apa lagi yang harus dikeluarkan paksa dari tubuhnya di luar kehendaknya. Mungkin benar. Dia juga sedang berada dalam liburan saat ini. Keberadaan Abimala di tempatnya menyelamatkannya. Jika Abimala tidak ada, mungkin dirinya sudah mati kehilangan terlalu banyak darah dan juga kelelahan sekarang.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now