Bab 13

3.9K 377 5
                                    

Sudah dua bulan sejak Becky dan Mon tinggal bersamaku, segalanya berjalan baik dengan Becky, meskipun sulit baginya pada akhirnya dia mengakui bahwa dia juga mencintaiku dan karena aku tidak ingin dia merasa tertekan aku memutuskan untuk memberi dia waktu. Dan Mon, Keadaannya tetap sama, hal baiknya ikatan kami semakin kuat, setiap malam dia menungguku makan kue dan setiap hari dia bangun pagi hanya untuk memakaikan dasiku, padahal aku sama sekali tidak suka memakai dasi dan aku hanya memakainya saat ada rapat, sekarang aku suka menggunakannya dan itulah mengapa sekarang aku punya lebih dari 40 dasi dan aku tahu jumlahnya dari Mon, karena dia yang menghitung dan memesannya. Tidak semuanya begitu baik, kali ini penyakitnya juga sudah lanjut, beberapa hari setelah aku mengetahui apa yang dia derita, aku mencari dokter untuk memulai pengobatan untuknya yaitu melakukan kemoterapi tanpa pikir panjang prosesnya pun dimulai dan sejak itu, seminggu sekali Mon menjalani kemo, rambutnya rontok, kurus, ada kalanya tidak bisa berhenti menangis karena kurang enak badan bahkan kami beberapa kali harus rawat inap di rumah sakit, sebaliknya ada Nita, situasi dengan Mon menghambat proses perceraianku karena pikiranku lebih memikirkan mencari solusi untuk Mon.

"Halo" kataku memasuki apartemen.
"Freeeeeenn" Mon berteriak sampai lengannya meraih ku.

"Halo, bagaimana kabarmu?" Aku bertanya pada Mon

"Sangat bagus"

"Dan apa yang kamu lakukan hari ini?"

"Hari ini aku mengikuti kelas seni dengan guru yang sangat galak."

"Dia memarahimu?"

"Ya" Becky yang menjawab, sambil tertawa melihat wajah yang dibuat Mon.

"Aaa ibuuu" Becky dan aku hanya tertawa.

"Freen apakah kamu ingin melihat sesuatu?" Mon brtanya

"Tentu, tapi setelah makan aku sangat lapar"

"Aku akan memanaskan makananmu" Ucap Becky

"Terima kasih."

"Freeenn sebentar sajaa, ayo, ayo," katanya sambil menyeretku ke kamar.

"Aku banyak melukis dengan ibu, lihat bagus kan?"

"Yah, mereka cukup aneh."

"kami membuat semuanya untukmu, kamu bisa menaruhnya di sana, di ruang tamu, di dapur, di kamarmu dan aku juga melukis beberapa untuk kamar mandi, lihat-" katanya mengambil selembar kertas yang di atasnya ada awan seperti bola, matahari dengan wajah, pepohonan tersenyum pada orang-orang ada bakso dan sungai dengan ikan yang lebih mirip bola.

"Yang ini untuk ruang tamu."

"Wooah ini seni, bahkan Michelangelo pun kalah" Mon tertawa mendengarnya.

Tawanya unik, begitu unik sehingga hanya dengan mendengarkannya menghilangkan rasa penatku, mengembalikan kedamaian yang hilang, dan memberiku ketenangan.

Dia mengambil selembar kertas dari tempat tidur, di dalamnya ada 3 gambaran yang terlihat seperti manusia. Kepala mereka berbentuk lingkaran, badan mereka bergaris tipis, begitu pula lengan dan kaki mereka, rambut mereka bergaris-garis, dan ada juga yang kelihatannya seekor anjing, hanya berbentuk lingkaran sebagai muka, dua garis sebagai telinga, dan empat garis kecil sebagai kaki.

"Ini siapa" Tanyaku

"Ini kamu, ini ibu, ini aku, ini rumah kita dan ini pantai karena aku dan ibu suka pantai, apakah kamu menyukainya?"

"Aku sangat menyukainya."

"Freen apakah kamu menyayangi ibu?" Mon bertanya serius

"Tentu saja gadis kecil, aku menyayangi kalian"

"Aku ingin kamu bersamanya agar dia tidak sendirian dan dia bahagia bersamamu."

"Ibumu tidak akan pernah sendirian dan dia bahagia bersamamu, kamu adalah cahaya hidupnya."

"Tapi saat bersamamu dia tertawa sepanjang waktu"

"Dia melakukannya karena kita berteman dan kita membuatnya tertawa"

"Ibu tidak pernah punya teman, hanya aku."

"Ya dia memiliki semuanya bersamamu."

"Aku tahu, itu sebabnya aku ingin kamu tinggal bersamanya."

"Mon, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan"

"Jika aku tidak ada dan kamu pergi dia tidak akan memiliki siapa pun, tetapi jika kamu tetap tinggal dia tidak akan sendirian." Matanya berkaca-kaca, dan air mataku mulai turun, ada saat-saat yang tidak pernah aku persiapkan dan ini adalah salah satu momen itu, apa yang harus dilakukan jika gadis kecil seperti itu memikirkan kematiannya, dia masih sangat kecil. Saat itu aku hanya memeluknya dan merasakan air matanya membasahi bajuku.

"Hei, jangan pernah berkata begitu, ibumu tidak akan pernah sendirian, dia akan selalu memiliki ku, tapi yang terpenting, kamu akan selalu bersama ibumu sampai kamu tua, dan rambut indahmu akan putih"

"Dan ketika rambutmu putih, aku akan berada di sana juga." Ucap Mon

"Ya, kamu juga akan berada di sisiku, jadi jangan memikirkan hal-hal buruk, aku tidak akan pernah membiarkan hal buruk terjadi padamu."

"Aku lelah, aku tidak mau ke dokter lagi, aku tidak ingin terapi lagi, aku sudah jelek" katanya tanpa bisa menghentikan tangisnya.

"Hei, jangan berkata seperti itu, kamu adalah gadis tercantik di seluruh dunia dan aku berjanji kepadamu bahwa semua ini akan segera berakhir dan tidak akan ada lagi kunjungan ke dokter, tidak ada lagi jarum suntik atau rasa sakit, dan kita akan hidup bahagia, dengan ibu, kamu dan aku dan tidak hanya kita, tapi juga akan memiliki seekor anjing dan semua yang kamu inginkan."

"Apakah kamu berjanji akan selalu bersama kami?"

"Aku berjanji akan selalu bersama kalian"

"Sampai aku tua?"

"Ya sampai kamu tua" Pelukanku menjadi erat selama beberapa menit, hingga aku merasakan tubuhnya rileks. Entah berapa lama waktu berlalu tapi aku tidak ingin melepaskannya. Aku membawanya ke kamarku, membaringkannya di tempat tidur dan memberinya sebuah ciuman. Aku terdiam beberapa saat hanya mengawasinya sementara aku merasakan sakit yang luar biasa di dadaku, kata-kata Mon tentu saja telah menghancurkan hatiku tetapi tanpa ragu aku akan melakukan apa pun yang diperlukan agar dia baik-baik saja.

















Bersambung...

My Life (freenbecky) G!PWhere stories live. Discover now