JT 11

751 133 28
                                    



















*

*SLAP!

*Tak!!

Seorang pria berdiri dengan tubuh kaku dan wajah pucat tidak berani bergerak, setelah dua detik berlalu dan menyadari dimana benda tajam itu menancap dan benar benar tidak bermaksud membidik dirinya, dia lantas berdecak marah.

" Oh, shit!!! "

Melepaskan sepatu boots tebal khas ketentaraan itu lalu melemparkannya kepada sosok yang menjadi pemicu amarahnya tersebut dengan ekspresi jengkel, lebih lagi ketika melihat sang lawan berhasil menghindar dari serangannya begitu lihai bersama senyum miringnya. Mendadak dia ingin mengeluarkan senapan dari balik pinggang.

" Seperti biasa, tidak pernah berhasil. "

Cetus dari sosok yang kini dengan santai merebahkan tubuhnya di ranjang tunggal besi itu tanpa memperdulikan tatapan membunuh dari si pemilik ruangan. Namun, setelah beberapa saat mencoba menahan nafas dan mengatur emosi, ia lantas mendengus lalu melengos menuju gantungan kain, mengambil handuk-

" Setelah sekian lama, akhirnya ingat untuk kembali kesini? "

Pria yang berbaring terlentang hanya meliriknya sekilas lalu kembali menatap kosong pada langit-langit kamar.

" Ada sesuatu yang harus ku kerjakan disini. "

Suara dengusan terdengar kasar, "Seperti yang di harapkan darimu. "

Dan segera setelah itu suara kekehannya terdengar, yang mana membuat pria yang memegang handuk lantas mengerat, menatap pemuda yang masih terkekeh itu dengan raut wajah jelas sangat terkejut. Merasa di perhatikan dengan tatapan panas, dia lantas berhenti, mengangkat satu alis dan bertanya, " Apa? "

" Apa? Akulah yang harus bertanya padamu, kau sedari awal muncul sudah sangat aneh dan mencurigakan. Apa yang sebenarnya terjadi padamu? "

" Tidak ada. "

" Jangan coba coba berbohong karena kau bukan ahlinya."

" Lalu apa keahlian ku. "

" Menghancurkan hati orang orang diluar sana." (Dalam idom menolak pernyataan cinta banyak orang).

" Sialan! "

" Hei Bung, ini serius, ada apa dengan mu? Jangan katakan sebuah granat berhasil mengguncang isi kepala mu! "

" Tidak. Tidak ada, suasana hati ku kebetulan sedang baik saja saat ini. "

Seperti tidak menemukan akhir jalan, pria yang sedari awal memegang erat handuknya itu lantas mendengus, melenggang malas menuju kamar mandi, membiarkan si penyusup menguasai ranjangnya saat ini. Sedang si oknum penyusup dengan santai memejamkan matanya, namun tidak menghilangkan senyum samar di wajahnya.

Malamnya, kedua pria tersebut duduk berhadapan di sebuah meja kayu kecil masih di ruangan yang sama, dua gelas kopi yang sudah sama-sama kosong menjadi bukti bahwa mereka setidaknya sudah cukup lama duduk disana.

" Apakah kau sudah menemui Jendral dan Letjen? "

" Belum. "

" CK. Serius? Setelah sekian lama menghilang dan setelah kau kembali justru tidak menghadap mereka? Benar-benar...... "

" Apanya yang istimewa dengan menemui mereka lebih awal atau tidak, tidak akan ada yang berubah. Justru sebaliknya kau- Brigjend harus merasa terhormat karena sekelas diriku- Mayjend datang mengunjungi mu lebih dulu. "

ᴊᴇᴏɴ ᴛᴡɪɴsWhere stories live. Discover now