JT 35

734 137 36
                                    

















*



" Bukankah hanya seorang pecundang yang melakukan penyerangan secara diam diam? "

Latar belakang saat ini di tempatkan pada bagian paling terdalam dari ruangan tersebut. Itu merupakan ruangan yang sangat jauh di dalam tanah, di bangun guna untuk menjadi tempat persembunyian dari peperangan bila sewaktu-waktu akan meletus. Hanya mereka berdua saat ini di sana, dengan kondisi sekitar yang sangat mencekam. Tidak ada yang tahu bentuk cahaya matahari saat ini, karena pencahayaan hanya di andalkan dari sorot lampu di balik baling baling fentilasi udara.

Jeon In, memiringkan kepalanya, menatap bayang-bayang tubuhnya yang sedikit bengkok, lantas terkekeh kecil akan penuturan Jeon Jeongguk di belakang punggung nya.

" Begitu kah? Tapi, bukankah dengan begitu acara disana semakin meriah? "

" Manusia Iblis!!! "

" Hahahaha!!! " Pecah sudah tawa Jeon In, dia berbalik lantas menyeka ujung mata nya dengan gaya dramatis meskipun Jeongguk tahu tidak ada setitik pun air mata yang perlu di hapus disana.

" Kau mengatai ku manusia Iblis, tidak sadarkah diri dalam tubuhmu itu juga mengalir darah dari manusia Iblis ini? Kau sepertinya lupa itu. "

Jeon Jeongguk mengepalkan kedua tangannya, maju dengan lompatan kilatan menghantam tepat pada dada Jeon In sehingga dia mundur dan terjatuh ke lantai kotor penuh debu. Suara batuk memenuhi pendengaran.

*Cuihh!!!

Jeon In lantas meludahkan air liur bercampur karat besi yang menyeruak dari dadanya ke sisi tubuhnya, perlahan bangkit dengan postur berdiri tegap, meregangkan otot-otot tubuh nya yang sedikit kaku lantas dengan tak kalah gesit meraih rantai lalu melemparkannya ke arah Jeongguk yang secara tepat melingkar di lehernya, membelitnya kuat hingga keduanya kini terjerat seperti itu.

Jeon Jeongguk jelas memberontak keras, jangan salahkan usia Jeon In yang tidak lagi muda, tapi soal kekuatan dia jelas masih saja unggul, oleh karena itu di usianya yang senja ini masih mempertahankan jabatannya sebagai ketua Jendral alih-alih menikmati masa mudanya (pensiun) di rumah tenang. Jeon In jelas tidak akan rela melepaskan jabatannya apalagi dengan obsesi nya yang seperti telah di taraf tidak bisa di sembuhkan.

Keduanya berguling guling di lantai kotor, nafas berat dengan kulit wajah Jeongguk yang perlahan memerah darah karena kekurangan oksigen begitupun dengan telapak tangan Jeon In yang kini sudah terluka karena cengkraman rantai besi begitu kuat membuatnya mengeluarkan banyak darah.

Disaat-saat detik-detik terakhir Jeongguk hampir putus asa, sebuah kekuatan cukup kuat mendorong tubuh Jeon In terlepas dari tubuhnya.

Tubuh Jeon In terguling ke sisi lain dan Jeon Jeongguk yang terbebas dari jerat rantai lantas terbatuk keras, meraup udara sebanyak mungkin, kini luka mengerikan tercetak jelas di lehernya yang hampir putus oleh rantai tersebut, darah mengalir deras, bajunya basah kuyup olehnya.

" Biadab!!! AYAH-!!! APA YANG KAU LAKUKAN!!? KAU INGIN MEMBUNUH JEONGGUK, DIA CUCU MU!!! "

Ruang seorang pria yang sebelumnya telah menyelamatkan Jeongguk dari ambang kematian- Jeon Junghyun- berdiri dengan kancing baju tidak sempurna, terlihat jelas tubuhnya yang terbalut banyak perban merah karena luka yang sebelumnya sepertinya kembali menganga mengakibatkan darah harus kembali membanjiri tubuhnya.

Junghyun tidak bisa berdiri dengan kokoh, dia jelas masih cukup lemah untuk dan butuh perjuangan keras agar bisa mencari lokasi ini entah bagaimana dan darimana dia tahu kedua orang itu disini. Pandangnya bahkan juga sedikit kabur, berjalan sempoyongan bergerak mendekati Jeongguk, hendak membantunya berdiri tapi suara Jeon In di belakangnya membuat tubuhnya kaku.

ᴊᴇᴏɴ ᴛᴡɪɴsWhere stories live. Discover now