- 57 -

272 38 6
                                    

Malam harinya, Gevani, Teraksa, Daniel, Stephen, serta Kevin yang juga menggantikan orangtuanya datang masuk ke tempat acara lelang berlangsung. 

Setelah dia dan Teraksa menghabiskan waktu untuk berkencan dan kembali ke hotel, dia mendengar seruan semangat dari Kevin di lobi. Kevin menarik lengan Gevani untuk duduk dan memberikan permen jeli kesukaannya sembari mengomel karena Teraksa tidak memberitahu jika dia juga mengikuti acara lelang malam ini. Untungnya dia menggantikan papanya dan ikut bersenang-senang. 

Gevani mendengarkan omelan Kevin dan mengunyah permen dengan senang hati, beberapa kali menanggapi ucapan Kevin dan bertanya satu dua hal, sepenuhnya mengabaikan Teraksa yang baru saja berkencan dengannya. Gevani tau jika Kevin sengaja membuat Teraksa kesal dan dia hanya mengikuti permainan orang lain. 

Hanya setelah Kevin puas mengeluarkan emosinya dan puas melihat ekspresi gelap Teraksa yang tidak bisa berbuat apapun, beta itu akhirnya melepaskan pasangan di depannya untuk kembali menghabiskan waktu berdua. 

Pergi ke taman belakang hotel, Gevani menggunakan sisa waktu yang ada untuk membujuk kekasihnya yang kesal. Entah orang lain benar-benar kesal atau dia hanya menggunakan marah karena alasan, tetapi Gevani harus mengorbankan ujung bibirnya dan seluruh napasnya hingga seluruh wajahnya memerah. 

Pada akhirnya, yang menyesal karena terlalu banyak bermain adalah Gevani dan dia harus meminta kompensasi kepada beta yang membuatnya kehilangan napas. Untungnya, saat malam tiba, luka di ujung bibirnya tidak terlihat dan Gevani tidak perlu memasang wajah tebal jika Daniel, Stephen, atau Kevin bertanya nantinya.

Acara lelang dilaksankan di hotel yang sama tempat para peserta undangan menginap, tepatnya di salah satu ballroom hotel. Ruangan ini luas dan megah dengan pencahayaan yang telah diatur sedemikian rupa, menghasilkan ilusi yang misterius namun tetap glamor, sangat sesuai dengan fokus acara yaitu pelelangan. Bagian tengah ruangan telah ditata rapi dengan beberapa meja dan kursi yang telah dikelompokkan. Sementara di bagian paling depan ruangan terdapat panggung untuk memamerkan barang pelelangan nantinya dengan layar LED yang besar untuk menampilkan detail dan spesifikasi barang agar dapat diihat dengan jelas oleh para peserta.

Tiga alpha, satu omega, dan satu beta itu pergi ke ballroom saat mendekati acara dimulai sehingga hampir seluruh meja telah penuh. Saat kelimanya masuk ke dalam ruangan, hampir semua orang menolehkan kepala mereka, menatap keempat orang yang baru datang dengan intens. Mereka menggunakan blazer dan menciptakan kesan semi formal dan mempesona. Daniel dan Teraksa terlihat tegas dan aura dominan alpha mereka menguasai seluruh ruangan tepat saat mereka masuk, membuat semua orang tanpa sadar menundukkan kepala mereka setelah memandang orang lain dengan terbuka. Daniel tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya, menyapa beberapa orang yang dia kenal sementara Teraksa menatap sekelilingnya dengan acuh tak acuh.

Stephen yang juga seorang alpha terlihat lebih tenang dan kalem, manik gelapnya mengikuti arah pandang Daniel dan ikut menyapa orang lain dengan senyum ramahnya, hanya beberapa orang yang bisa melihat pandangan tajam Stephen kepada para omega atau beta yang membenarkan posisi mereka dan mencoba menarik perhatian dominan alpha di sampingnya.

Kevin, menjadi satu-satunya beta di antara mereka tidak membuat aura dominan yang dia miliki pudar. Wajahnya yang memiliki darah benua lain membuat setiap sudut wajahnya tegas dan badanya tinggi dengan proporsi sempurna. Maniknya yang tajam menyapa tatapan tamu lain dengan lembut dan penuh senyum, menampilkan kontras yang secara ajaib terlihat sempurna membuatnya seperti pangeran di negeri dongeng.

Di sisi lain, seperti helai teratai di tengah altar acropolis, Gevani memiliki kecantikan alami yang sangat kontras dengan empat orang lain namun di saat yang sama, dia tidak terlihat keluar dari tempat. Badannya lebih kecil membuatnya terlihat rapuh namun postur tubuhnya tegap dan percaya diri. Wajahnya halus dan ekspresinya lembut tetapi acuh tak acuh. Kelopak matanya setengah dia turunkan dan manik ambernya menatap sekelilingnya dengan cepat, menghindari tatapan orang lain. Gevani memberikan kesan bahwa dia mudah untuk didekati namun di saat yang sama, dia seolah tidak peduli dengan keberadaan orang lain.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gland Disorder『 Taegyu ABO 』Where stories live. Discover now