Surat Undanganmu

9 1 0
                                    

Selembar kertas undangan berwarna merah muda masih berada dalam genggamanku, dengan perasaan hancur aku membacanya, pelan hampir tak terdengar, nama yang tertulis di surat undangan itu, Didi Prasetya menikah dengan Andini Kartika ... Aku memandang foto mereka berdua yang tampak tersenyum bahagia sangat serasi, satu tampan dan satu lagi cantik mempesona. Ingin rasanya ku robek-robek undangan dalam genggamanku ini. Ada rasa sakit diujung hati seperti teriris sembilu bersama titik air mata yang jatuh disudut pipiku.

Rasanya ingin teriak kala emosi tiba-tiba saja membakar hatiku. Aku menghela nafas dalam dalam dan mencoba mengendalikan perasaanku hingga beberapa menit berlalu aku mulai bisa berpikir jernih.

Kucoba memandang dari sisi yang lain. Mungkin ini adalah suratan takdir dimana aku hanya bisa menjalaninya dengan lapang dada. Seperti syair lagu "Kulepas dengan Ikhlas" yang terdengar mengalun di ruangan kamarku.

"Selamat, kuucapkan padamu wahai orang yang pernah paling aku sayang ..."

"Kulepas, dirimu dengan ikhlas Semoga Tuhan jaga kan dirimu dan dia."

Lagu sedih namun menggambarkan sebuah ketegaran seorang gadis yang dengan ikhlas datang dihari pernikahan sang mantan.

Bila ada orang lain yang sanggup datang ke pesta pernikahan sang mantan apalagi dengan tersenyum seolah tanpa beban ditengah ratusan pasang mata yang memperhatikannya aku salut!
Sedih ...
Mungkin saja, tapi tak ada yang tau pasti isi hatinya karena senyuman nampak di bibirnya saat mengucapkan kata "Selamat dan Berbahagia."

Bagiku hal itu sangat mustahil! Membayangkan untuk melangkah ke pesta pernikahan sang mantan yang sudah pasti meriah aku tidak sanggup!Apalagi harus melihatnya bersama dengan yang lain. Sungguh! Aku tak sanggup bila berada di posisi itu.

Hari H ...
Biarkan dia dengan pesta meriahnya dan aku tak akan hadir di pesta itu.
Aku justru pergi jauh lebih baik menghibur diriku sendiri daripada aku harus berpura pura tersenyum bahagia sementara hatiku hancur berkeping-keping bagaikan kaca yang dihempas kelantai. Pecah! Tak mungkin dapat direkatkan seperti semula. Saat memejamkan mataku terlintas kenangan yang membuat hatiku sakit. Ku yakinkan hatiku bahwa sejak hari itu tak kan ada tempat untuknya dalam hatiku.

Menjelang waktu makan malam, seisi mess wanita mulai ramai antara pekerja yang mau masuk malam atau yang baru pulang atau pun juga yang lagi off. Sebagian mereka masih memakai baju seragam kerja, sebagian lagi masih memakai baju daster dan ada juga yang masih memakai handuk dari arah kamar mandi. Aku merasa suasana ini seperti di pasar malam dan aku merasa happy!

"Eh! Dit, ayo berkemas kita pergi ke kantin yuk! Ajak Santi teman satu kamar yang sudah mengeluh kalau perutnya sudah minta diisi dari tadi.

" Oh! Iya ... aku ganti baju dulu ya." Aku segera mengganti baju tidurku dengan t-shirt putih dan celana jeans warna biru muda lalu menyisir rambutku yang baru ku potong dua Minggu lalu dengan model rambut pendek ala Lady Diana, tak lupa aku memakai bedak dan lipstik yang tipis. CANTIKNYA! Pujiku pada diri sendiri.

Suasana kantin lumayan ramai namun teratur, itupun jadwal makan sudah diatur antara yang mau masuk kerja shift malam dan yang lagi off jadi mengurangi berkumpulnya banyak karyawan di kantin. Saat makan beberapa karyawan memperhatikanku, mungkin mereka tau bahwa aku adalah karyawan baru yang pertama kalinya makan di kantin ini.

"Jangan lirik-lirik dong, nanti jatuh cinta ha... ha ... ha .. " goda Santi saat melihat temannya asyik memandang kearah ku yang sedang menyantap makan malamku.

Aku menanggapi dingin gurauan Santi dan hanya tersenyum kecil karena lagi nggak minat bercanda. Selesai makan aku dan Santi membeli minuman dan makanan ringan di warung kecil yang dikelola oleh koperasi karyawan di perusahaan ini bersebelahan dengan kantin. Peduli amat dengan program diet, sekarang prioritasku adalah bahagia!

"Mau kemana lagi kita San? " tanyaku pada Santi saat mereka melangkah ke satu ruangan yang cukup luas terlihat banyak deretan kursi dan sebuah televisi besar di dinding bagian depan. Mungkin ini ruang menonton bagi karyawan untuk sekadar rileks sebentar dengan menonton berita ataupun sinetron atau tempat mencari kenalan baru buat para pekerja yang masih jomblo.

"Ini ruangan santai Dita. Kita bisa melepaskan rasa capek dan jenuh setelah seharian bekerja sambil nonton acara musik atau sinetron." Santi mengambil tempat duduk di deret paling depan. Aku mengikutinya walaupun dengan berat hati karena yang diinginkan olehku saat ini adalah tidur. Hampir setengah jam lamanya aku dan Santi berada di sana.

"Santi, siapa nama teman barunya? Kenalin dong! Satu orang cowok di belakang mereka mendekat dan mengulurkan tangannya ke arahku. Seorang cowok hitam manis dengan body atletis dan tinggi seperti tipe cowok idamanku tapi aku menanggapinya dingin maklum aku baru saja putus cinta bisa dibilang masih patah hati jadi aku masih menutup hati untuk yang nanya cinta.

"Rio ... " Dia menyebutkan namanya.

"Dita ..." Aku menyebut namaku pelan dan sungguh aku tak berminat membuka percakapan apalagi untuk berkenalan dengan Rio. Aku juga tak mengerti mengapa seperti ini, seakan menutup diri padahal sebelumnya aku dikenal sebagai seorang gadis yang ceria dan biasa bercanda. Aku mengalihkan kembali perhatianku ke acara televisi di hadapanku yang sedang memutarkan sebuah lagu barat nostalgia yang dibawakan oleh Air Supply "Goodbye". Aku menikmati lagu itu hingga selesai dan kemudian mengajak Santi kembali ke mess. Aku menjalani masa sulit di awal masa penyesuaian ku di tempatku tinggal dan juga bekerja. Hari berganti hari dan Minggu pun berganti Minggu.

Satu bulan kemudian ...

Sudah satu bulan aku berada dan bekerja di perusahaan ini. Ini hari Minggu, saatnya aku refreshing dengan pergi ke kota untuk sekedar cuci mata di mall atau pergi belanja bulanan. Aku berdiri dipinggir dermaga, angin terasa cukup kencang menerpaku. Mataku memandang ke tempat Speedboat yang biasanya sandar. Ada sebuah Speedboat yang sedang sandar menunggu penumpang. Aku dan beberapa karyawan yang juga ingin pergi dengan keperluannya masing-masing segera turun bersama penumpang lainnya dan duduk di bangku boat ini. Tak berapa lama Speedboat berputar dan berjalan dengan kecepatan yang menurutku sangat kencang. Air memercik disamping tempat dudukku, awalnya aku sedikit ketakutan tapi lama kelamaan aku jadi menikmati perjalanan dengan speed boat yang jadi terasa mengasyikkan! Sesekali boat berayun saat berpapasan dengan Speedboat lainnya yang membuat ombak kecil yang membuatku seperti dalam ayunan. Walaupun aku merasa berat berada disini sendirian namun aku merasa disini lebih baik. Aku yakin apa yang ku alami saat ini akan memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi diriku di masa yang akan datang dari sebuah harapan cinta yang terlupakan.

CERPEN KUWhere stories live. Discover now