Biar Cinta Ini Menghilang

15 1 0
                                    

Ini pertama kalinya Sonia menginjakkan kaki ke kota yang banyak menghipnotis para perantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Berbekal ijazah dan tekad plus keberanian Sonia tak surut langkah walau cerita miring tentang hidup di perantauan terdengar bising di telinganya ia tak peduli!

Akhirnya ...
Sonia jadi juga pergi merantau ia memang bertekad dari dulu belum mau menikah sebelum ia mendapatkan pekerjaan, belum mau menikah sebelum bisa mandiri biar kedua orang tuanya bahagia. Prinsip itu pula yang membuat Sonia harus berpisah dengan kekasihnya karena tak sanggup memberi kepastian sampai kapan dia dapat meraih cita cita dan impiannya tersebut.

“Dulu, aku paling nggak sabaran ingin cepat tamat SMA lalu kuliah tapi sekarang setelah tamat kuliah aku justru bosan dan ingin cepat dapat kerja.” Kata Sonia pada Evi sahabatnya sambil menikmati semangkuk bakso dan es teh dingin di warung bakso pinggir jalan.

“ Setelah dapat kerja pasti nanti kamu juga bosan dan mau cepat dapat suami!” Kata Evi tertawa membuat lesung pipinya terlihat jelas.

“Oh! Ya by the way, kamu sudah coba melamar kerja kemana aja? Tanya Evi lagi.

“Ada beberapa tempat sih tapi aku selalu gagal di interview, entah kenapa ya …atau mungkin karena penampilanku yang tidak meyakinkan?” Kata Sonia sambil mengaduk es teh dingin ditangannya.

“’Penampilan kamu cukup meyakinkan menurutku, wajah lumayan cantik. Ehm … lebih tepatnya manis sih, pintar dan bahasa Inggrisnya juga lumayan lancar." jawab Evi sedikit bingung kenapa Sonia belum berhasil juga mendapatkan pekerjaaan.

“Mungkin belum rezeki aja Nia. Semangat!” sambung Evi lagi.

Dua Minggu berlalu ...

Sonia belum juga dapat kerja. Tentu saja membuatnya tambah bingung bagaimana cara bayar kamar kosnya bulan depan. Terpaksa harus mengencangkan ikat pinggang. Kadang hanya makan mie gimana rambut Sonia nggak jadi tambah keriting … tapi jujur Sonia suka dengan rambut keriting sebahunya yang bila diurai membuat dirinya merasa jadi cantik …

Terasa lumayan berat bagi Sonia, berat dibiaya hidup belum lagi biaya listrik, air ditambah dana buat beli bedak lipstik dan minyak wangi tiap bulannya. Kepala Sonia jadi pusing bagaimana kalau sampai bulan depan ia belum juga mendapatkan pekerjaan.

Pagi-pagi sekali Sonia sudah membeli koran lokal dan halaman pertama yang di carinya adalah kolom lowongan kerja! Dia berharap hari ini keberuntungan berpihak padanya dan dia bisa secepatnya bekerja.

“Dicari seorang sekretaris yang dapat mengoperasikan komputer dan bisa bahasa Inggris serta penampilan menarik. Sonia membaca sebuah iklan lowongan kerja. Sonia ingin mencoba melamarnya. Sonia penasaran, ada nomor kontak yang dapat dihubungi tertera disana. Bagi yang berminat hubungi nomor telepon di bawah ini atau bisa datang langsung ke alamat berikut … demikian bunyi lowongan kerja itu .

Tanpa banyak pikir Sonia langsung mengambil handphonenya dan menekan nomor yang tertera di lowongan kerja tersebut.

“ Halo…! Selamat siang … “ jawab seseorang yang mengangkat teleponnya.

“Selamat siang Bu. Saya mau tanya apakah lowongan sebagai sekretaris masih buka Bu karena saya mau melamar pekerjaan tersebut.” Sonia sedikit ragu menanti jawaban atas pertanyaannya. Sonia berteriak dan melompat kegirangan saat dia disuruh datang langsung untuk interview!

Keesokan harinya …

Sonia berangkat dari rumah pagi sekali dengan penuh semangat dia melangkah mencari taxi yang mau mengantarkannya ke tempat tujuannya ke sebuah perusahaan untuk interview.

Sesampainya di alamat yang dituju, Sonia berhenti di sebuah perusahaan dengan nama “PT. ANGIN RIBUT" … Sonia tersenyum membaca papan nama perusahaan tersebut. Dia melihat seorang satpam yang sedang berjaga di pos. Setelah melapor Sonia dipersilahkan bertemu dengan bagian HRD perusahaan tersebut, tentu saja dengan antrean karena ada beberapa orang dengan maksud yang sama seperti Sonia untuk melamar kerja.

CERPEN KUWhere stories live. Discover now