BAB 11: CALON MAMA KAMU

765 27 2
                                    

"Iya sih iya, ini juga mau keluar kok!"

Kesal aku pada abangku ini. Terus saja dia menyuruh-nyuruh aku! tak tahukah dia aku sangat malu sekali?

Owh, Untung saja kacamata masih dipegang abangku. Dia menaruhnya di kantong bajunya dan aku tidak perlu memintanya.

Aku tidak mau melihat wajah dokter itu. Tanpa kacamata penglihatanku akan blur! Dan ini lebih baik.

"Dokter Maaf kami membuang waktu Anda terlalu lama."

"Tidak apa-apa Sam. Adikmu mungkin takut! Dia punya trauma dengan jarum suntik ya?"

Wah wah! Cara dia bicara memang tampaknya Dia sangat peduli sekali seperti seorang dokter yang sangat baik! Tapi ah, sudahlah! Dia mungkin memang orang baik? Waktu awal aku masuk ke dalam ruangannya, dia juga menawarkanku minum dan dia mengajakku bicara seperti dia bicara pada Bang Sam.

Hah, ini semua gara-gara Tiwi. Kalau tidak mungkin sekarang aku sudah lulus?

Kalau ingin menyesali satu kejadian maka akulah yang paling bodoh! Aku seharusnya tidak percaya begitu saja dengan data yang diberikan sahabatku tapi sudahlah! Aku tidak mau membahas ini lagi dan sekarang juga kami sudah pamitan dengan dokter sekaligus dosenku itu.

Masih baik dia tidak membicarakan masalah di kampus dengan abangku. Tampaknya dia memang orang yang cukup profesional.

"Kenapa diam aja Kal?"

"Bang Sam, tadi ngapain ceritain soal aku yang takut jarum suntik gara-gara imunisasi? Kan itu memalukan!"

Dan kini kami sudah keluar dari ruangan dokter. Aku tentu saja tidak mungkin cerita pada abangku tentang masalah di kampusku.

Makanya aku membahas sesuatu yang memang membuatku kesal.

Tak cukupkah dia mempermalukanku di ruangan dokter tadi?

"Mana yang lebih memalukan? Kamu jingkrak-jingkrak kayak gitu ketakutan jarum suntik sampai di suntik aja sampai harus digendong sama aku atau ceritaku?"

"Ish, Abang nih!"

"Nah, persis tuh! Anak bayi yang di dalam ruangan bayi itu! Kamu tuh tadi digendong sama aku kayak gitu! Nggak pakai baju nah terus dari belakang disuntik kayak gitu!"

Ya ampun! Kenapa sih kita harus lewat ruangan bayi? Dan kenapa juga aku harus melihat anak bayi yang disuntik? Jadi bener-bener aku seperti itu tadi? Oh memalukan sekali! Berarti tubuhku sudah terlihat dong? Aduuuuh!

"Kenapa Kal? Muka merah kaya tomat! Hehehe! Harusnya tadi itu aku rekam ya!"

"Bang Saaaam, jahat banget siiih!"

Aku kesel banget sama abangku! Makanya aku sekarang ngejar-ngejar abangku mencoba memukulinya. Aku marah banget sama dia makanya aku nggak tahan! Aku ingin meluapkan semua kemarahanku.

"Eh, ampun! Ini kan di rumah sakit! Udah yuk!"

Iya bener, kami ada di rumah sakit dan aku tidak boleh bikin keributan! Awas aja kalau kita udah keluar dari rumah sakit nanti! Eh tapi ini kita mau ke mana ya?

"Tadi kan datangnya nggak lewat sini Bang?"

"Aku mau lihat Maia dulu. Aku hari ini belum mengunjunginya dan dia pasti menungguku. Kamu bisa menunggu di luar kalau kamu nggak mau masuk! Nanti aku anterin kamu pulang dulu selepas ketemu Maia."

Pantesan kami melewati ruangan bayi dan sekarang kami ada di tempat opname buat anak-anak. Jadi abangku mungkin kangen ya sama anaknya makanya dia datang ke sini?

Wajar sih! Namanya orang tua pasti kangen sama anaknya. Meski aku belum tahu bagaimana rasanya punya anak aku bisa ngerasain perasaannya bang Sam.

"Aku ikut masuk Bang!"

Aku nggak tega ninggalin abangku sendirian Lagian aku ingin lihat ponakanku. Aku belum pernah ketemu sama dia dan hanya lewat fotonya aja.

Di foto dia cantik! Iya wajar kalau dia cantik. Karena abangku juga ganteng dan wanita yang diajak buat anak bareng juga cantik! Meski aku agak khawatir kalau sikap anaknya sama seperti istrinya itu.

Tapi ya sudahlah. Namanya anak kan nggak salah? Dia juga nggak minta dilahirin dan dia adalah anggota keluarga kami mau diterima atau tidak dia adalah anaknya bang Sam.

"Kamu beneran mau masuk Lin?"

Abangku hampir enggak percaya waktu aku bilang aku ingin masuk. Tapi aku emang pengen masuk. Makanya aku mengangguk dan dia tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya menatapku dan setuju.

"Nanti jangan ngomong apa-apa dulu ya. Maia suka takut sama orang baru. Biar aku yang kenalin kamu ke dia."

"Iya Bang."

Aku menurut. Aku memang tidak ingin membuat anak itu takut.

"Apalagi?"

"Kacamata!"

Aku ingin melihat wajah anak itu. Kalau aku tidak pakai kacamata aku memang masih bisa melihat seperti aku melihat seorang suster yang menggendong bayi tadi dan dokter menyuntiknya di ruang bayi. Tapi aku tidak bisa melihat wajah mereka!

Mataku sudah minus silindernya lumayan!

"Nih!"

Aku memberikannya di saat yang bersamaan dia juga melangkah masuk ke dalam karena anak yang ada di dalam sana sudah memanggil namanya.

"Halo Sayang! Maaf ya Papa terlambat datangnya. Tadi papa nemuin dokternya Maia dulu. Dan ada kabar baik dari dokternya."

"Papa, Maia kangen. Maia gak bisa bobo. Padahal tadi udah diceritain sama suster cerita bawang putih sama bawang merah tapi mo tunggu Papa dulu."

Anak itu pasti kangen banget sama bapaknya makanya dia nggak bisa tidur. Dan abangku ini memang selalu saja tidur di rumah sakit menemani anaknya setiap malam. Dia gak pernah tidur di rumah!

Dan sangking kangennya anak itu dengan papanya dia nggak peduli kabar baik apa dari dokternya yang penting dia bilang dia kangen dan sekarang sudah memeluk papanya

Ya ampun aku nggak nyangka. sekarang abah ku ternyata udah punya anak! Padahal kemarin itu rasanya kami baru aja bermain bareng dan aku masih kecil dia gendong aku kayak gitu! Cuma sekarang yang dia gendong malah anaknya! Waktu memang berlalu cepat sekali! Kayak nggak berasa tapi memang udah banyak memori yang kami lalui bersama.

Ini yang membuatku tiba-tiba tersenyum memandang mereka.

"Papa juga kangen sayang! Oh ya Papa mau kenalin seseorang nih sama Maia."

"Tante itu siapa?"

Aku duduk di samping perawat karena abangku pasti membayar perawat untuk menjaga anaknya selama dia di rumah sakit biar gak sendirian

Tapi ya aku agak sebel dengan perawat di sampingku ini. Wanginya itu kayak numpahin minyak wangi satu botol!

Pas masuk ruangan ini juga aku pusing! Apa jangan-jangan dia juga kesengsem sama abangku ya?

Aku jadi gemes sendiri!

"Aku calon mamanya kamu Maia!"

Habisnya aku gemes sama perempuan di sampingku ini! Gila aja wanginya ga ngotak begini.

Kayaknya Bang Sam ini mesti dibikin gendut sama dibikin jerawatan kayak dulu deh biar nggak banyak yang suka! Nyebelin banget sih cewek-cewek ini! Dan aku yakin banget jawabanku tadi membuat bang Sam kesel sama aku nantinya. Apalagi anaknya bengong dan nggak ngerti maksudnya.

Tapi biarlah!

"Suster bisa nggak tinggalin kita dulu? Lagian sekarang udah ada Bapaknya Maia dan udah ada saya jadi nggak perlu ditungguin lagi."

"Oh ya kalau gitu saya permisi dulu nanti kalau ada apa-apa bisa menghubungi suster jaga yang di depan!"

"Iya jangan khawatir kami tidur di sini Kok! Dan tolong, aroma terapi gak dibutuhin sama pasien kanker. Apalagi yang mengandung afrodisiak. Tolong bawa keluar juga!"

Aku tahu dia pasti kesal juga denganku! Dipikirnya aku nggak tahu apa wangi-wangian kayak gitu buat bikin cowok kelepek-kelepek?

"Eh, itu tadi dari rumah sakit untuk menenangkan pasien."

"Yakin suster?" tuduhku lagi sambil menatap sinis.

"Rumah sakit mana yang mau membuat pasiennya horny?"

Jodohku Bukan PerjakaWhere stories live. Discover now