BAB 23: ES KOPI LAGI!

494 23 4
                                    

"Mau makan apa aku?"

Pertanyaan itu yang keluar dari mulutku untuk diriku sendiri saat aku sudah ada di luar ruangan Prof Daffin.

[Kal, semua orang udah ngomongin lo! Banyak yang bilang kalau lo itu jadi gundiknya Pak Daffin. Makanya lo bisa jadi asisten dosennya dia! Mendingan lo jauh dari anak-anak kampus karena omongan mereka nggak enak banget! Gue percaya sama lo sama kayak Cecilia dan Mirna! Tapi tetap kita harus ngumpulin bukti yang nunjukin kalau lo nggak seperti dugaan mereka dan lo profesional.]

Dan kini sambil menyusuri lorong kampus aku membaca lagi pesan yang bukan pertama kalinya masuk ke dalam handphoneku dari Susi.

Saat tadi aku menemani Prof Daffin ngajar, ada beberapa pesan juga yang masuk ke dalam handphone ku yang tidak sempat kubaca. Tapi selepas kuliah aku membalasnya.

Tapi singkat-singkat saja pesan yang aku kirimkan dan mereka mengirim pesan panjang-panjang sekali tentang apa yang dibicarakan orang-orang di kampus. Dan bahkan Susi, Mirna dan Cecilia yang beda jurusan denganku saja mereka bisa tahu! Apalagi yang se-jurusan denganku?

Aku jadi kepikiran apa yang dipikirkan sama prof Daffin sampai dia mau menjadikanku asistennya? Apa ini bukan malah menambah keruh permasalahan dan ujung-ujungnya nama dia sendiri yang rusak?

Tapi tak tahulah! Biarkan saja yang penting sekarang aku mau cari makan dulu. Cuma aku nggak mungkin ke kantin! Sekali aku ke sana pasti anak-anak itu akan menghinaku habis-habisan! Apalagi kantin adalah tempat gengnya Tiwi berada.

Itulah kenapa aku scrolling handphoneku dan pesan makanan online. Aku menunggu di parkiran, biar kalau abang ojolnya udah datang bisa langsung aku makan di dekat parkiran. Aku memang janjian di parkiran motor.

Dan aku nggak bisa makan di tempat terbuka. Aku memilih makan di tempat yang tertutup dan jauh dari lalu-lalang anak-anak. Tempat yang pas buat ngumpet.

Yang penting aku bisa makan dulu terus habis itu aku balik lagi ke ruangannya prof Daffin. Eh tapi dia kenapa nggak makan ya? Ah terserah dia lah! Yang penting aku udah laper, aku mo makan dulu. Lagian tadi pagi juga aku nggak makan karena aku buru-buru.

Cuma sekarang ada sesuatu yang menarik! Siapa yang didatengin sama Prof Daffin ya?

Aku bisa melihat ini dari kejauhan tapi mereka nggak memperhatikanku karena aku di dekat parkiran motor sedangkan mereka di parkiran mobil

Aku duduk dekat pohon-pohon dan diantara semak-semak. Tempat yang pas buat bersembunyi intinya. Cuma dari cara mereka bicara sepertinya bukan pembicaraan baik-baik saja.

Kalau kupingku bisa mendengar Aku pengen sekali tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi ya sudahlah! Makananku sekarang sudah habis dan mendingan aku tunggu di depan ruangannya aja.

Aku pun melipir dan pergi diam-diam dari parkiran setelah aku membersihkan badanku dari daun-daun yang menempel! Ada beberapa daun Yang terjatuh juga di kepalaku

"Ya ampun! Nggak sengaja malah ketemu gundik di sini!"

Mungkin seharusnya aku bersembunyi lebih lama lagi ya? Soalnya baru keluar buang sampah dan mau ke ruangannya prof Daffin malah aku kembali mendengar suara yang menggangguku!

"Makasih buat pujiannya Tiwi!"

Aku males bikin keributan dengannya. Lagi pula aku sudah cukup bahagia dengan Prof Daffin mengecek data tentang aku sampai ke ahli forensik dan dia mengatakan kalau di kertas itu nggak ada sidik jariku. Itu artinya dia sudah mulai percaya padaku. Dan aku sekarang cuman ingin lulus saja dari kampus ini. Makanya aku bersedia menjadi asisten dosennya Prof Daffin karena menghargai bantuan yang dia berikan padaku.

Kalau Tiwi masih mau marah-marah denganku Ya silakan saja. Aku tidak akan masukkan ini ke hati!

"Siapa yang bilang lo boleh pergi dari sini?"

"Berapa lu jual harga ke Prof Daffin sampai dia mau ngejadiin lo asisten dosennya?

Mau ketawa tapi males! Mau nggak menjawab tapi aku udah gatel banget!

"Tiwi masalah lo ama gue apa sih? Perasaan gue nggak pernah cari masalah sama lo! Lagian kalau urusan lo cuman sama cowok yang lo taksir itu nggak harus segininya kali! Bilang aja langsung sama dia. Tanya apa hubungan gue sama dia! Kenapa harus nyusahin gue kayak gini?"

Nggak salah kan Kalau aku bilang begitu? Aku udah males banget sama Tiwi! Dan aku yakin sekali dia pasti yang nyebarin berita kalau aku ini punya main dengan Prof Daffin.

"Terus buat kalian! Sebelum kalian nanya aku jual harga berapa sebaiknya kalian pikir dulu apa yang dibilang sama Tiwi itu bener apa nggak? Kalian jangan main percaya begitu saja!"

"Hahaha, ya jelaslah kita lebih percaya sama Tiwi ketimbang sama lo. emangnya lo siapa?

"Bener tuh Ci! Jelas kita lebih percaya sama Tiwi! Lo pasti jual diri kan? Apalagi dia dosen duda! Butuh kehangatan! Pasti lo muasin dia kan?"

"Kiki, Selly, Mila, Cici, asal lo tahu ya! Temen lo itu si Tiwi udah ketakutan banget karena Prof Daffin memperkerjakan gue jadi asistennya. Dia takut kalau itu dosen percaya sama gue, itu artinya doomsday buat Tiwi! Buat orang yang lo percaya!"

Mataku lalu menatap Tiwi dan tersenyum menyindirnya. Aku yakin banget dia pasti ketakutan kalau sampai aku diterima sama Prof Daffin.Bukankah itu artinya pria itu percaya padaku kalau aku ini dijebak?

"Kenapa? Lo takut kalau ketahuan jadi biang keladi selama ini nuduh gue macam-macam Padahal semua itu buatan lo?"

"Kurang ajar lo!"

Tiwi marah besar! Dia sekarang sedang memegang gelas berisi es kopi dan karena dia gak tahan sama omonganku, dia membuka tutup botolnya dan ingin menyiramku dengan itu!

Tentu saja aku ingin menghindar dan menyilangkan tanganku di depan tubuhku! Karena ke mana pun aku menyingkir pasti tangannya mengikuti arah gerakanku.

Iya minimal biarlah yang basah cuman tanganku.

"Prof!"

Aku mendengar suara es batu jatuh. Mendengar seperti suara air juga keluar dari dalam gelas. Tapi aku memang tidak melihat karena aku memejamkan mataku. Aku sudah yakin aku kena basah. Tapi yang kudengar malah satu kata itu dan tidak ada air yang menempel ke tubuhku. Tidak ada air juga yang mengenai lenganku.

Itulah yang membuatku membuka mata sedikit berbarengan dengan suara bariton yang terdengar dari jarak sangat dekat sekali dengan telingaku!

"Kenapa kalian mengganggu asisten saya?"

Pantes aja nggak ada air yang mengenai tubuhku. Ternyata airnya kena kepunggungnya Prof Daffin?

Haduh, mana kemeja putih, lagi. Kena es kopi. duh!

"Dan ini es kopi yang sama jenisnya seperti yang kemarin ada di perpustakaan. Apa yang terjadi di sini? Baru kemarin saya lihat kalian ribut-ribut dan sekarang kalian ribut-ribut lagi di sini?"

Jodohku Bukan PerjakaWhere stories live. Discover now