BAB 61: JANTUNGKU CUMA SATU

360 15 3
                                    

"Sudah Prof," jawabku cepat.

Tadi Profesorku bertanya padaku apa aku sudah bangun atau belum dan dia benar, aku sudah bangun, cuma aku tidak berani bangun dari pangkuannya.

Lagian aku juga bingung, bagaimana bisa aku tidur jadi sama dia gini?

"Kalau kamu sudah bangun, duduk Amara. Demamnya juga sudah turun kan ya? Ini handuk bekas kompresnya juga sudah jatuh dan sampe kering gini."

"Oh, jadi tadi malam itu saya demam Prof?"

Lagi-lagi aku memarahi diriku sendiri yang terus-terusan negatif padanya padahal bukan salah prof Daffin. Dia hanya menolongku karena aku demam.

"Hm. Tapi sekarang udah baikan kan?"

"Tapi maaf Prof! Saya jadi nidurin kakinya profesor."

"Iya nih! Gara-gara kamu saya jadi nggak bisa langsung diri soalnya kaki saya kesemutan."

Wajarlah kesemutan Aku juga nggak tahu dia memangku ku dari jam berapa. Tapi aku jadinya malu! Dan lebih malu lagi pas aku ingat sama kebiasaanku! Haduh! Pantas aja dia memangku ku. Pasti karena itu!

"Udah kamu nggak perlu nggak enak sama saya! Muka kamu nggak usah ditekuk kayak gitu, Amara."

"Bukan Prof tapi saya malu, apa saya mengigau sampe Prof Daffin tadi biarin saya tidur di pangkuan Profesor buat nenangin saya?"

"Ah, kamu punya kebiasaan mengigau? Tau dari siapa?"

"Kata mama sama bang Sam, kalau saya lagi sakit, demam, biasanya suka ngigau Prof. Dan biasanya saya juga mengigau kalau saya sedang kecapean atau lagi pusing banget banyak masalah, saya baru aja ujian atau -- ya gitulah Prof. Kadang perasaan yang nggak keluar suka keluar pas lagi tidur. Makanya saya kalau disangka bohong, bang Sam suka tidur sama saya, entar kalau saya ngigau suka diajak ngomong sama dia, bohong saya ketahuan."

Kami sempat mengobrol dulu karena mungkin Profesor ku juga butuh waktu buat kakinya nggak lagi kesemutan.

"Pantesan. Kamu ketakutan tadi malam. Masih karena masalah di ruang dosen. Dan saya mau pindahin kamu ke kamar, kayaknya kamu nggak berani tidur di dalam kamar. Jadi saya biarkan saja kamu tidur di sini. Lagian saya juga mengerjakan beberapa pekerjaan saya itu!" prof Daffin menunjuk ke karpet bulunya.

"Jadi sambil ngerjain itu saya sambil nemenin kamu dan ngecek demam kamu."

Nah kan aku mengigau! Kira-kira aku ngigo apa ya? Mau nanya sama Profesor ku tapi malu! Dan kalau nggak nanya aku juga bakal kepikiran. Aduh gimana ya?

"Dan Amara, kamu tidur suka bikin pulau juga ya?"

Alamak, ini yang paling memalukan! Ya ampun, aku nggak nyadar kalau aku nidurin kaki profesorku dan ngeces dong!

Terus ngapain juga prof Daffin mesti nunjukin celana trainingnya yang udah bekas kena iler? Aduh, aku bener-bener malu! Kenapa dia pakai tunjukin itu coba?

"Haha! Udah nggak pa-apa, cuma bikin pulau, saya nggak akan marah kok, bisa saya cuci. Lagian kamu tidur juga nggak akan berasa kan kalau ngiler."

Nah, puas dia malah ngetawain aku. Dan sekarang dia malah ngacak-ngacak rambutku juga.

Bener-bener aku ini memalukan!

"Mau minum susu atau air putih?"

Dan setelah puas menertawaiku dan lagi-lagi aku tidak bisa menjawab, sekarang profesorku malah nawarin aku minum. Dia sudah berdiri kayaknya kakinya udah nggak kesemutan lagi.

"Air putih, tapi nanti saya ambil sendiri Prof."

"Sebentar saya ambilkan saja. Kamu minum dulu dan nanti saya akan buatkan makanan, baru nanti kamu minum obat ya!" serunya sambil berjalan ke dapur

Jodohku Bukan PerjakaWhere stories live. Discover now