BAB 8: GANTI BAJU

1.2K 45 6
                                    

"Selamat malam Dokter."

Kalau aku tidak mendengar suara abangku yang menyapa prof Daffin sudah pasti aku masih termangu menatapnya.

Untung abangku sudah membuka pembicaraan dan mereka kayaknya cukup dekat, ya? Dia bahkan tersenyum ramah pada bang Sam dan berdiri saat salaman juga. Itu artinya dia menghormati abangku, kan? Atau mereka kenal deket udah lama?

Eh, tapi itu gak penting!

Apa aku harus menggunakan kesempatan ini untuk mengatakan padanya kalau aku tidak pernah menyimpan video seperti itu di dalam laptopku dan aku tidak berniat untuk menggodanya? Sekarang waktu yang tepat gak ya? Tapi mumpung ada Bang Sam, kan!

"Selamat malam! Bagaimana kabarnya Sam?"

"Lebih baik sore ini, Dokter. Nah dokter sendiri apa kabar?"

"Yah, biasalah! Hari-hari ya begini. Tidak jauh-jauh dari masalah yang berhubungan dengan bidang saya. Hm, jadi bagaimana Sam? Apa yang bisa dibantu?"

Ada sih selentingan untuk bicara dengannya di dalam benakku. Ketika aku melihat keakraban diantara mereka, aku makin optimis. Mungkin bang Sam bisa jadi perantara supaya aku bisa lulus kuliah?

"Oh Iya dokter, kenalkan ini adik saya Kalina. Dia yang akan dicek sumsum tulangnya apakah cocok atau tidak dengan Maia."

Tapi sepertinya aku harus menunda dulu keinginanku karena abangku sudah memperkenalkanku dan terpaksa aku harus berpura-pura tidak mengenal dokter Daffin. Yah, sekarang dia bukan profesorku tapi dokter.

Dan yang pasti aku harus selesaikan dulu misiku kalau aku datang ke sini sebagai adiknya Bang Sam yang mau dicek sumsum tulangnya, bukan jadi mahasiswinya.

"Kal, kok diem aja!"

"Eh, iya." Aku pun membungkukkan tubuhku sedikit sebagai rasa hormat.

"Malam Dokter. Saya Kalina adiknya Bang Sam."

Makanya aku sok cuek aja menyapanya meski sebenarnya deg-degan banget dan kurang puas pas tadi curi pandang ke suster yang lagi senyum-senyum tanpa merasa bersalah karena menuduhku istrinya bang Sam.

Apa dia sama kayak si Tiwi yang kepelet juga sama kegantengan abangku terus merasa senang kalau bang Sam gak punya istri?

"Malam Kalina, silakan duduk."

Wow, kayaknya Ini pertama kalinya dia nyebut nama aku ya? Apa dulu dia pernah menyebut namaku waktu aku di ruangannya? Kok aku lupa ya? Itu kejadiannya juga sudah lama dan wajar kan kalau aku lupa?

Atau aku amnesia dadakan karena dia menyapaku dan aku sampe gak konsen, padahal tadi lagi mikirin suster itu.

"Kenapa diam aja? Duduk sini Kal!"

"Eh, iya Bang."

Duh, lagi-lagi aku gerogi. Habis, nih dosen jadi baik dan menyebut namaku semanis itu. Aku juga gak mengerti kenapa aku bisa begini nervous. Apa karena aku khawatir abangku dapat informasi yang tidak-tidak darinya nanti?

"Oh ya dokter, apa suster yang merawat putri saya sudah menceritakan perkembangan putri saya pada dokter?"

"Setiap hari perkembangannya selalu saya pantau. Hari ini saya menerima lima kali laporan kondisinya memang tidak se-drop kemarin. Syukurlah. Tapi semoga saja kita bisa mendapat donornya secepat mungkin. Saya yakin sekali Maia masih bisa ditolong karena ini masih stadium awal."

"Semoga dokter. Saya percaya dokter. Karena saya yakin sekali profesor Barney tidak mungkin salah merekomendasikan dokter untuk menangani putri saya. Dia mengatakan pada saya kalau Anda adalah murid dan kolega se-profesinya yang terbaik dan Anda salah satu dokter terbaik di Indonesia, bahkan yang terbaik di bidang hemato-onkologi pediatric. Saya berharap sekali Anda bisa membantu saya untuk memulihkan kondisi putri saya seperti sedia kala."

Jodohku Bukan PerjakaWhere stories live. Discover now