BAB 263: PENGHUNI KAMAR SEBELAH

190 20 0
                                    

Apa mereka baik-baik saja di luar sana?

Rasanya aku tidak yakin. Kenapa sih profesorku malah nyuruh aku buat tidur?

Padahal seharusnya kami ketemu sama bang Sam berdua. Hubungan ini kan bukan hubungan dia doang sama aku tapi juga aku dengan dia. Harusnya dua arah kami saling menjelaskan apa yang terjadi bukannya dia pergi sendirian dan memegang beban ini sendiri.

Ish.

Aku sebal. Cuma aku juga tak bisa keluar kamar juga karena tadi dari sikapnya dia seperti tidak ingin aku mencampuri urusan ini

Kadang cowok-cowok itu emang egois ya? Mereka yang menentukan sendiri apa yang mereka mau. Coba tanya-tanya dulu kek aku juga maunya kayak gimana?

Mana aku minta supaya aku nggak dilarang buat datang ke sini juga nggak dijawab lagi. Katanya besok. Tapi kalau dari raut wajahnya kayaknya aku nggak yakin deh aku diizinin. Masalahnya Amara ini kan masih kecil. Ditinggalin di rumah sendirian ya kasihanlah. Duh. Malah makin aku nggak bisa tidur ngelihatin Amara.

Kebayang lagi kalau dia sampai bisa diambil ibunya tadi bakalan pusing pasti profesorku mencarinya.

Ah, nggak tenang aku. Mana nggak ada suara lagi dari luar sana. Apa mungkin aku harus keluar? Tapi nanti mereka berdua marahin aku dan gimana kalau aku malah diusir sama profesorku? Duh, aku juga gak mau sampe disuruh pergi lah.

Awas aja kalau sampai bang Sam bikin drama baru yang nyusahin hubungan kami. Nggak akan aku biarin. Walaupun papa sendiri yang larang aku akan tetap pertahanin hubunganku sama prof Daffin. Apapun statusnya baik itu duda atau dia yang hanya punya penghasilan dari kerjaannya sebagai dosen dan dokter, aku gak peduli. Aku mau hidup sama dia. Lagian selama ini aku udah terbiasa kok hidup kecukupan. Uang yang ada di rekeningku juga cuma ditumpuk-tumpuk aja. Aku nggak terlalu boros kok. Gaji prof Daffin, aku rasa cukup meski aku tidak boleh bekerja. Tapi kayaknya dia nggak seekstrem itu. Dia tahu potensiku dan nggak mungkin matiin karirku sebagai dokter.

Ah, puyeng. Mikirin apa yang terjadi di sana dan apa yang akan terjadi selanjutnya malah bikin aku jadi senewen sendiri.

Yang ada aku hanya bisa tiduran dengan rasa gelisah. Entah berapa jam aku masih terjaga sampai akhirnya mataku sendiri yang terlelap, lalu terbangun karena suara dari sampingku.

"Kalina, maaf membuatmu terbangun. Saya hanya ingin memandikan Amara. Kamu bisa tidur lagi kalau masih mengantuk."

Huh, prof Daffin udah rapih? Apa yang terjadi sama dia dan bang Sam tadi malam? Dan ... aku masih bisa tinggal di rumahnya? Aku tidak dipindahkan ke dalam kamarku sama abangku? Apa mereka sudah akur? Kok aku jadi kepo ya.

"Prof-"

"Saya mandikan Amara dulu, ya. Kita ngobrolnya nanti. Ini sudah jam enam."

Yah, dia masih harus mengajar di kampus karena ini kan hari Selasa. Aku tidak mengganggunya dan aku juga sudah berdiri dari tempat tidurku mencari baju yang bisa dipakai Amara.

Jodohku Bukan PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang