BAB 18: SATU KESEMPATAN

930 42 3
                                    

"Kalau begitu sekarang bisa kau tunjukkan data penelitianmu?"

Sebuah pertanyaan yang seharusnya membuat hatiku senang. Kalau profesorku sudah bertanya begitu bukankah itu artinya dia percaya padaku? Ya, mungkin belum sepenuhnya percaya. Tapi sudah mulai membuka dirinya untuk percaya bukan?

Cuma ini malah membuatku sedih.

"Saya tidak bisa menunjukkan data penelitiannya, Prof. Laptop saya isinya cuma video seperti itu saja. Sengaja belum saya hapus juga karena saya nggak ngerti juga gimana ngapusnya dan mungkin suatu saat berguna sebagai barang bukti. Tidak ada data yang tersisa lagi dan seharusnya saya bisa minta data mentahnya tapi gak dikasih. Tiwi gak memberikan datanya ke saya. Yang ada hanya beberapa data yang memang saya kerjakan sendiri saja. Bukan tim."

"Kamu mengerjakan projectnya bareng dengan Pratiwi Bachtiar?"

Sekarang aku tahu kebiasaannya adalah menyebut nama seseorang lengkap sampai ke belakang. Jadi seharusnya aku nggak perlu GR bukan kalau tadi dia berhasil menyebut nama lengkapku?

"Ya."

Oke sekarang aku mencoba profesional dengannya untuk memperjuangkan hakku lulus dari kampus ini. Fighting Kalina!

"Temanmu yang lain?" tanyanya tentang teman sekelompok penelitianku.

"Teman saya yang lain yang mengerjakan project satu tim dengan saya itu teman satu gengnya Tiwi. Kami dulu teman dekat juga sebelum peristiwa itu. Dan saya enggak bisa dapat datanya lagi dari mereka."

"Kamu hanya menyimpan data di sini?"

"Di cloud tapi semua datanya sudah hilang Prof."

Bukankah tadi aku sudah menjelaskan kalau semua data di cloud itu sudah folatil? Tergantikan dengan semua video yang membuatku jijik.

Aku harap dia tidak lupa soal ini.

"Jadi kamu tidak punya data penelitian lagi?"

Aku menggelengkan kepalaku pelan, ya karena memang aku sudah tidak punya lagi bahannya.

"Bisa, paling saya lakukan penelitian ulang Prof. Tapi saya enggak yakin saya bisa. Karena saya saja belum bertanggung jawab pada pembimbing lapangan saya. Harusnya saya menemuinya dan menunjukkan data saya tapi saya nggak ngelakuin itu Prof. Jadinya saya mungkin di blacklist dari sana?"

Aku sudah dipercaya untuk melakukan satu penelitian di lembaga itu dan teman-teman satu timku mereka sudah melakukan sesuatu yang membuat namaku rusak di hadapan pembimbing lapangan sampai dia nggak mau ketemu sama aku lagi. Aku pernah datang ke rumah sakit untuk minta data tapi senior di sana malah mengusirku dan mengatakan aku adalah mahasiswa mesum.

Kalau sudah begitu siapa lagi yang merusak namaku kalau bukan Tiwi?

Cuma aku tidak menceritakan detail masalah ini ke profesorku sih.

"Oke kalau begitu ceritanya berarti kamu tidak punya project apapun untuk kelulusanmu sekarang?"

Jodohku Bukan PerjakaWhere stories live. Discover now