•> Galven's other side

14 2 0
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

" Abis darimana kamu?!" Malam ini Galven baru pulang dari balapan. Dia tidak langsung kembali ke asrama akibat hujan deras, ia mampir dulu ke rumah untuk mengganti pakaian yang lusuh dan beristirahat sejenak karena kelelahan. tapi Aletta seakan tidak peduli akan raut payah anaknya. didepan pintu utama, perempuan itu sudah menodongnya dengan tatapan tajam.

" Ikut-ikutan balapan lagi?" Aletta membentaknya."Kamu itu mau jadi apa Galven?! Kenapa kamu itu beda banget sama Abang kamu?!"

" Udah berkali-kali Mama bilang nggak usah ikut-ikutan, balapan begitu? Tugas kamu itu belajar! Bentar lagi kamu olimpiade kan?!" Aletta mencak-mencak penuh emosi.

" Kapan sih kamu mau banggain Mama sama Papa? Coba liat abang kamu dia jadi bintang sekolah, selalu juara pertama olimpiade tingkat apapun, kenapa kamu nggak bisa kayak dia? Paling mentok selalu juara dua! Nggak ada perkembangan sama sekali, Mama bosen Gal, bosen!"

Membisu, selalu seperti itu Galven hanya bisa menghela nafas berat, seberat harapan Mamanya padahal apa susahnya mengapresiasi? Tapi Galven sadar apresiasi dari sang Mama jauh lebih mahal daripada apapun.

Aletta jengkel bukan main. Dia geleng-geleng kepala melihat anaknya itu, lalu dengan nada tak kalah tajam dia berkata."Kamu tau Galven? Kamu itu terlalu bodoh untuk menjadi anak Mama"

" Kadang Mama suka nyesel, harusnya kamu nggak ada didunia ini! Capek-capek Mama lahirin kamu, tapi malah jadi pembangkang!"

Setelah itu Aletta pergi, baru lima langkah pergi tapi celetukan Galven berhasil menghentikan langkahnya.

" Jika, sebaik-baiknya takdir memang tidak dilahirkan, dan seindah-indahnya takdir adalah hidup tapi mati diusia muda, haruskah Galven pilih opsi kedua Ma?"

Perempuan itu berbalik badan, tatapan yang masih diliputi kemarahan itu bertemu dengan mata sang buah hati. Namun, Aletta tidak berkata apa-apa lagi, selain memunggunginya dan pergi dari sana. Meninggalkan Galven diambang pintu.

Raganya memang berdiri tegak, tapi jiwanya terguncang hebat. Marah, sakit, benci berkecamuk menjadi satu. Tapi Galven bukan orang dengan pelampiasan emosi yang berapi-api dia hanya bisa diam membiarkan rasa yang kian menyiksa batinnya disetiap putaran waktu.

Pada akhirnya, dia kembali menarik kakinya keluar membelah hujan untuk menuju asrama. Tubuhnya yang remuk, dia paksakan berkendara membawa motor. Meleburkan rasa sakitnya untuk menangis bersama alam raya.

Akibat emosi yang sedari semalam ia tahan Galven jadi lepas kontrol kala ada satu siswa yang menantang Lavender, hingga terjadilah baku hantam yang lumayan sengit dan berakhir ia berdiam diri di UKS. Hingga tiba-tiba pintu UKS terbuka menampilkan sosok Senja yang baru saja masuk, gadis itu mendekati Galven yang sedang tertidur dengan wajah yang dipenuhi lebam.

" Lo kenapa bisa kayak gitu mukanya? Lagi ngikutin challenge yang lagi viral itu ya?" Tanya Senja setelah duduk disebelah Galven.

" Obatin" Balas Galven singkat.

DANGEROUS BROTHERS!!Where stories live. Discover now