•> Luka yang ditorehkan

14 3 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Bersamaan dengan adzan subuh berkumandang lelaki berseragam satpam itu tampak tergesa-gesa dari arah pos keamanan saat mendengar suara klakson mobil. Setelah gerbang itu dibuka, dia tersenyum penuh hormat kepada kedua majikannya yang baru mendarat setelah terbang urusan pekerjaan.

Sang sopir turun dan mengelilingi mobil hanya untuk membukakan pintu untuk sepasang suami istri itu. Bak ratu dan raja mereka juga sudah disambut oleh pintu rumah yang sudah dibukakan oleh perempuan berdaster selutut.

" Anak-anak dimana?" Tanya Aletta sembari melangkah elegan.

" Den Galvin, ada di kamarnya nyonya"

Arga yang sudah duduk disofa menambahkan."Galven, ada dirumah kan?"

Bi Ira yang tengah membuka sepatu Arga refleks menunduk setengah takut. Pasalnya dia sudah berjanji untuk menutupi kepergian Galven karena katanya dia akan kembali sebelum kedua orangtuanya pulang maka dari itu Bi Ira berani ambil resiko. Tapi, Galven tidak bisa menepati janjinya kalo sudah seperti ini Bi Ira harus apa?.

" Bi! Kalo ditanya itu jawab, kenapa malah diam?" Tanya Arga lagi

" Anu tuan..." Daripada dipotong gaji Bi Ira memberanikan diri untuk jujur."Den Galven pergi sama temen-temennya"

" Terus bibi kasih izin?" Aletta langsung darah tinggi."Bibi kenapa nggak bilang dulu sama saya?!"

" Den Galven minta saya buat rahasiain ini"

" Yang gaji bibi itu kami, bukan Galven! Harusnya bibi nurut apa kata kami aja nggak usah dengerin yang lain" Aletta menyugar rambutnya kebelakang, kesal bukan main. Pulang cepek malah disuguhi dengan hal yang memancing emosi jiwa.

Tak lama atensi keduanya tertuju pada suara derap langkah yang menuruni tangga. Galvin keluar setelah mendengar keributan.

" Vin, kamu tau soal ini?" Tanya Arga langsung begitu sang putra sulung sampai dihadapan mereka.

" Ini udah berlalu Pa, ada yang lebih penting daripada Galven yang nggak izin buat pergi" Pemuda dengan kacamata bulat itu menatap kedua orangtuanya."Galven belum pulang, padahal dia bilang mau pulang jam dua belas sebelum kalian sampai tapi sampai saat ini nggak ada kabar"

" Tuh kan Vin, harusnya kamu laporin ini ke Mama! Tiga hari lagi dia harus ikut olimpiade internasional, dia itu harus banyak belajar biar juara kayak kamu! Capek mama liat dia Runner up mulu, nggak ada peningkatan malu-maluin tau nggak"

" Jadi Mama lebih takut Galven nggak ikut olimpiade daripada keselamatan dia?"

Diskakmat oleh anak sendiri , membuat Arga dan Aletta menelan bulatan ludahnya. Lelaki berusia tujuh belas tahun itu hanya menatap penuh kecewa sudah hilang respect rasanya.

" Barusan Galvin dapet kabar dari Senja, katanya Galven kecelakaan pas balapan" Tapi Galvin masih bersedia menjelaskan berharap Mama dan Papanya merasakan kekhawatiran yang dia rasakan.

DANGEROUS BROTHERS!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang