1. Ke jakarta

261 31 2
                                    

*Di suatu kampung, di Sukabumi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*Di suatu kampung, di Sukabumi.

Wanita kurus dalam balutan daster itu tidur meringkuk di atas kasur dengan ranjang besi berdesain jadul. Perlahan-lahan wanita itu mengeluarkan suara tangis yang lirih. Bahunya gemetar semakin kencang. Saat airmatanya jatuh, ia segera menutup wajah dengan kedua tangan. Kini tangisnya semakin kencang. Tapi,  tak ada yang mendengar suara tangisnya.

Marina Jelita namanya. Wanita cantik jelita dengan usia genap 26 tahun itu kondisinya sedang tidak sehat sudah dari lama. Bukan penyakit yang mengganggu tubuhnya, melainkan rasa batin yang tersiksa yang membuatnya sakit seperti ini.

"Hiks. Hiks. Ibu kangen kamuu, naak. Hiks. Hiks." Wanita cantik itu menangis tersedu. Airmata tumpah begitu deras. Hatinya sakit dan hancur.

"Kamu jahat, kak! Hiks. Hiks."

"Kenapa semuanya jahat? Aku salah apaa?" lirih Marina menatap nanar pada langit-langit yang sudah mulai berusia. 

"Aku cuma mau ketemu sama anak yang udah aku lahirin, kak. Hiks. Kenapa kak Raga tegaa? Hiks. Hiks."Marina menggeleng sebagai tanda kalau ia sudah tidak kuat dengan ini semua. Ia rindu anaknya.

Lama Marina menangis pedih, kini ia meraih dua boneka gajah lucu berwarna pink dan biru tuk memeluknya. Ia peluk boneka itu dengan erat, ia kecup kening gajah itu bergantian hingga akhirnya ia menelusupkan wajah diantara dua boneka itu dan menangis tersedu lagi dan lagi.

"Ibu kangen kamu, sayaang. Ibu mau peluk kamu lagii.... hiks."

"Meii... Marinaaa....." panggil wanita tua renta dengan tubuh yang bungkuk. Langkahnya setengah digusur kala menuju kamar sang cucu. Ya, Marina adalah cucunya.

"Nii.... Hiks. Hiks. Marina kangen Ley, niii. Hiks." Marina spontan kembali menutup wajah dengan kedua tangan. Dadanya tersentak naik turun akibat napas yang tidak teratur.

"Allah bersama orang yang sabar, Mei..." nenek tua itu duduk di sisi ranjang, memberikan usapan lembut pada sisi kepala cucunya.

"Kan, kamu sudah berusaha. Ini bagian dari ujian hidup kamu."

Wanita itu tampak sudah ada di titik paling lelah. Matanya lurus pada langit-langit ditemani kucurana irmata tanpa ia meraung ataupun terisak. Ia seperti linglung. Bertahun-tahun ia sabar dijauhkan dari anaknya. 

Marina tak merespon kala tangannya diraih dan digenggam penuh kelembutan, dibelai penuh kasih. Perlahan neneknya bicara. Neneknya bicara kalau neneknya sudah tidak sakit-sakitan lagi dan tidak masalah kalau Marina harus pergi dari rumah ini untuk mengejar anak semata wayang. 

"Percuma, ni. Hik. Hiks. Kak Dirga ga di Indonesia. kak Dirga di Singapura." Marina bicara dengan sangat lemah. tenaganya habis. ia hanya rindu pada anaknya.

"Dirga masih ada rasa sama kamu."

"Harus berapa kali Mei bilang sama nini? Kak Dirga itu ga pernah cinta sama aku. Dia cuma mau balas dendam. Padahal dia ga tahu posisi aku, ni. Hiks," timpal Marina menelusupkan wajah pada sisi paha nenek tua itu. ia menangis tersedu kembali.

Miracle of MarinaWhere stories live. Discover now