05 : Sakit 2

6K 735 71
                                    

Sedari siang sampai malam, Rion tidak pulang kerumahnya. Dia merawat Caine yang sedang sakit.

Lelaki itu bahkan mandi di rumah Caine dan makan di rumah Caine. Dan sialnya, Ayah dan Bunda harus pergi keacara perusahaab disaat Caine sakit.

Dan tentu saja Rion dengan semangat menggantikan kedua orang tua Caine untuk menjaga Caine. Entahlah, saat Caine sakit begini Rion enggan sekali jauh dari Caine.

Bahkan sekarang Rion tengah menyuapi Caine bubur, karena lelaki itu harus minum obat setelah ini.

"Padahal gue masih bisa sendiri," kata Caine.

"Lo ngomong aja lesu apalagi mau nyuapin nih sendok kemulut lo, mending lo serahin ini semua ke gue daripada sok kuat begitu."

Caine hanya mengerutu mendengar ucapan jahat Rion.

Setelah pertengkaran kecil mereka, suasana hening.

Sampai ketika bunyi bel dari pintu depan berbunyi berulang kali. Dan Rion bisa menebak siapa orang yang memencet bel sebrutal itu.

Itu pasti, Krow.

"Gue turun dulu bukain pintu, makanannya jangan dimakan sendiri nanti tumpah," peringat Rion dengan tegas.

Rion pun turun kebawah dan membuka kan pintu.

Dan benar saja yang datang itu adalah Krow dan teman mereka.

Ada Echi, Makoto, Gin, Elya, Riji, Selia, Mia, Key, Krow, Keizaki dan Garin.

"Yaelah, belum balik-balik ya lo?" tanya Makoto.

"Kenapa emang?" jawab Rion dengan malas.

Kenapa harus berkunjung sih? Itulah yang ada dipikiran Rion. Dia kesal karena teman-temannya harus kerumah Caine. Menurut dia, mereka mengganggu.

"Ketus amat, kayak enggak seneng kita dateng," sindir Key.

Rion memutar bola matanya malas. "Emang kagak seneng, pulang lagi sana."

"Bangsat, kayak rumah dia aja," ujar Gin.

Saat Rion ingin menjawab kata-kata Gin, tiba-tiba suara barang jatuh terdengar cukup keras dari arah kamar Caine.

Rion yang mendengar itu dengan cepat berlari menaiki tangga tanpa peduli dengan teman-teman nya yang juga ikut terkejut dan mengikuti Rion. Mereka khawatir juga.

"Caine!" teriak Rion saat melihat Caine yang tengah duduk dengan kondisi celana basah karena air.

Dan didepan Caine terlihat banyak pecahan kaca. Caine hanya menatap Rion terkejut dan langsung jongkok untuk mengambil pecahan kaca yang berserakan di lantai.

"Jangan diambil!" tegur Rion sambil menepis tangan Caine yang memegang pecahan kaca itu.

"Lo bisa luka tau gak? Kenapa bisa pecah gini gelasnya?" tanya Rion sambil menatap Caine marah, Rion marah.

Caine menggenggam tangannya dan menyembunyikan dibelakang punggungnya, lalu menatap balik Rion.

"Gue mau minum."

Rion menghela nafas kasar. "Lo bisa tunggu gue, kenapa lo gabisa diem aja sih? Lo lagi sakit. Gue kan udah bilang, lo  tuh selesu ini. Makanya gue sutuh lo diem aja, lo gabisa bahasa manusia ya?!"

Rion membentak Caine dengan keras, sampai satu kamar menggema. Caine menatap Rion dengan amarah.

"Ya lo santai aja anjing! Jangan karena gue sakit gini lo seenaknya bentak-bentak gue. Lo pikir lo siapa?" jawab Caine yang dibalas dengan amarah juga, namun Caine tidak membentak. Tenaga nya tidak sebanyak itu saat sakit.

"Ya gue khawatir! Lo sendiri yang gabisa dengerin omongan orang. Dan sekarang malah lo yang marah balik? Gatau terima kasih ya lo untung gue rawat, kalau enggak lo udah mati jancok." Rion menatap nyalang ke arah Caine.

Teman-teman yang menyaksi kan mereka bertengkar terkejut dengan ucapan mati yang Rion lontarkan. Menurut mereka, itu sangat kasar.

"Emang gue ada minta lo ngerawat gue? Kagak kan? Lo yang dateng kerumah gue, lo yang kesini sendiri tanpa gue hubungin. Dan sekarang lo yang bilang gue kagak tau terima kasih? Otak lo dimana Rion Kenzo," kata Caine yang juga tidak mau kalah.

Dia sakit hati dengan ucapan Rion kali ini, tidak biasanya dia bawa perasaan saat bertengkar dengan Rion. Tapi kenapa ucapan Rion kali ini, menyiksa batinnya?

"Weh sudah cok ribut-,"

"Diem deh lo, sok tau!" Rion memotong ucapan Echi yang mau menegur mereka. Membuat semua orang disana langsung bungkam.

Rion berdiri dan mendekatkan telunjuknya tepat didepan muka Caine. "Ayah sama Bunda lo ninggalin lo yang sakit demi acara perusahaan, dan mereka ninggalin anaknya yang lemah yang bahkan ngambil gelas aja bisa jatuh dan buat gelas pecah. Asal lo tau, gue nemenin lo saat orang tua lo pergi, gue yang rawat lo ya anjing."

Rion menurunkan telunjuknya. "Dan sekarang lo sok-sok kuat, yaudah kalau gitu rawat aja diri lo sendiri. Minum obat lo sendiri dan makan asupan lo sendiri. Mati juga lo sendiri."

Rion melangkahkan kaki nya menuju pintu tempat teman-teman mereka menonton.

"Kagak ada yang minta lo rawat gue, lo sendiri yang dateng ke gue anjing. Biarin gue mati, bukan urusan lo. Gue lebih seneng gak liat muka lo lagi!" teriak Caine dengan keras, ia menggunakan semua tenaga nya untuk mengungkapkan hal ini.

"Jahat banget kata-kata lo bro," ujar Riji sebelum Rion meninggalkan ruangan Caine dengan perasaan tak karuan.

Semua temannya masuk keruang dimana Caine yang diam terduduk. Tenaganya benar-benar habis, Caine pengen tidur.

"Mi, istirahat aja ya? Biar ini kami urus. Dan maafin si ungu yang nyakitin hati Mami," kata Mia dengan wajah yang hampir menangis.

Caine tersenyum tipis dan hanya mengangguk, ia merebahkan dirinya dikasur.

"Maafin gue yang ga nyambut kedatangan kalian dengan baik."

"Jangan bilang begitu, semoga lo cepet sembuh. Mending lo tidur aja ya," ujar Elya yang membantu Caine ditempat tidur.

Gin, Krow dan Garin membersihkan pecahan kaca dan Echi pergi membawa bekas bubur Caine untuk dibersihkan.

Tak lama, Caine terlelap dan semua teman nya disana merasa lega. Caine bisa istirahat.




-To be continued




Chap kali ini dikit banget ya?
Maaf telat up, keasikan main diriku ini.
Sorry for typo guys.
Makasih banyak ya❤

Hal Indah? #rioncaineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang