02 - BEBAN YANG BEGITU BERAT

60 18 5
                                    

Sepeninggal Halilintar, Gempa berusaha sekuat tenaga untuk mengambil alih tanggung jawab sebagai kakak tertua di rumah. Namun, ia merasa sangat terbebani dengan semua tugas dan kewajiban yang harus dipikulnya seorang diri.

Setiap pagi, Gempa harus memastikan adik-adiknya bangun tepat waktu, menyiapkan sarapan, dan memastikan mereka berangkat ke sekolah dengan aman. Sementara itu, ia juga harus mengurus pekerjaan rumah tangga, mulai dari membersihkan rumah, mencuci pakaian, hingga berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Di sela-sela kesibukannya, Gempa juga harus tetap fokus pada pelajarannya di sekolah. Ia tidak ingin prestasinya menurun, karena ia tahu keluarganya sangat bergantung padanya.

Terkadang, Gempa merasa kewalahan menghadapi semua tanggung jawab ini. Ia merindukan sosok Halilintar yang biasanya membantunya mengatur segala sesuatu. Tanpa Halilintar, Gempa merasa seperti kehilangan tumpuan dan panutan.

Di sisi lain, Gempa juga khawatir jika ia tidak bisa menjalankan perannya dengan baik. Bagaimana jika ia tidak bisa menjaga adik-adiknya dengan sebaik Halilintar? Bagaimana jika ia tidak bisa memenuhi harapan keluarganya?

Beban tanggung jawab yang berat ini membuat Gempa sering merasa lelah, stres, dan terkadang putus asa. Namun, ia tetap berusaha untuk tetap kuat demi keluarganya.

Suasana di rumah menjadi semakin berat bagi Gempa. Selain harus menangani semua tanggung jawab rumah tangga, ia juga merasa terbebani oleh sikap adik-adiknya yang lain.

Taufan, sebagai kakak sulung kedua, seharusnya bisa mengambil alih peran Halilintar. Namun, Taufan justru bersikap acuh tak acuh dan enggan terlibat. Ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar rumah dengan teman-temannya.

"Kenapa kau tidak mau membantu, Kak Taufan?" Gempa bertanya dengan nada putus asa. "Kita semua harus bekerja sama agar rumah ini tetap berjalan dengan baik."

Taufan hanya mengangkat bahu, "Itu kan tanggung jawabmu sebagai kakak tertua sekarang, Gempa. Aku tidak mau ikut campur."

Mendengar jawaban Taufan, Gempa merasa semakin terbebani. Ia tahu, seharusnya Taufan lah yang menggantikan posisi Halilintar, bukan dirinya. Tapi Taufan justru bersikap acuh dan menyerahkan semuanya pada Gempa.

Sementara itu, Thorn dan Solar juga bersikap dingin dan tidak mau membantu. Mereka seolah-olah menyalahkan Gempa atas kepergian Halilintar.

"Kenapa Kak Hali pergi? Kenapa kau tidak bisa menahannya?" Thorn sering menyalahkan Gempa dengan nada sinis.

Solar pun lebih sering mengurung diri di kamar, enggan terlibat dalam urusan rumah tangga.

Gempa merasa semakin terpuruk. Ia merindukan sosok Halilintar yang biasanya bisa menenangkan suasana dan mengatur semuanya. Tanpa Halilintar, Gempa merasa kehilangan pegangan dan tidak yakin bisa menjalankan perannya dengan baik.

Perdebatan antara Gempa dan Taufan semakin memanas. Gempa merasa frustrasi karena Taufan tidak mau membantu, sementara Taufan bersikap acuh dan menganggap itu bukan tanggung jawabnya.

"Kak Taufan, kita harus bekerja sama! Aku tidak bisa melakukan semua ini sendirian," Gempa berseru dengan nada putus asa.

Taufan hanya mendengus, "Itu masalahmu, Gempa. Aku tidak mau terlibat. Lagipula, kau kan yang jadi kakak tertua sekarang."

"Tapi Kak Hali pergi dan kita harus mengisi kekosongan itu! Kau seharusnya bisa membantu," Gempa mencoba membujuk.

"Sudahlah, Gempa. Aku mau pergi dulu," Taufan beranjak dari tempat duduknya.

"Kak Taufan, tunggu! Kau mau ke mana?" Gempa panik.

"Mau mengantar Thorn dan Solar ke sekolah. Mereka juga tidak mau diurus olehmu." Taufan menjawab dengan nada dingin.

THE LOST ELEMENTAL GUARDIANSUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum