05 - PENCULIKAN BLAZE

53 15 2
                                    

Thorn tampak ragu-ragu, bibirnya digigit dengan pelan. Ia bergumam, "Aku juga berpikir begitu. Apa mungkin Lunar tidak sebaik yang kita kira?"

Solar berusaha menenangkan, "Entahlah, Thornie. Kita tidak boleh terburu-buru menuduh. Mungkin ada alasan lain di balik semua ini."

Tiba-tiba, Lunar berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan remaja misterius itu sendirian di koridor. Thorn dan Solar segera bersembunyi agar tidak ketahuan.

Setelah Lunar menghilang dari pandangan, remaja itu juga berbalik dan berjalan pergi. Thorn dan Solar keluar dari persembunyian mereka, saling berpandangan dengan raut wajah bingung.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Sunshine?" tanya Thorn dengan nada pelan.

Solar menggeleng, "Aku juga tidak tahu. Tapi, kita harus berhati-hati. Jangan sampai Lunar terlibat dalam masalah."

Thorn mengangguk setuju, "Kau benar. Ayo, kita kembali ke kelas sekarang."

Setelah Thorn dan Solar meninggalkan koridor, mereka berdua saling berpandangan dengan raut wajah serius.

Thorn dan Solar pun berjalan kembali ke kelas, dengan pikiran yang dipenuhi tanda tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Mereka berharap, semua ini hanya kesalahpahaman belaka.

"Sunshine, aku merasa ada yang aneh dengan Lunar," ujar Thorn pelan.

Solar mengangguk, "Iya, aku juga merasakan hal yang sama. Ceritanya tentang indera keenam itu terdengar terlalu ... dibuat-buat."

Thorn mengerutkan kening, "Menurutmu, apa yang sebenarnya disembunyikan olehnya?"

"Entahlah, Thornie. Tapi, aku merasa Lunar tidak sepolos yang terlihat. Ada sesuatu yang disembunyikannya dari kita," Solar menjawab dengan nada prihatin.

Thorn menghela napas, "Aku juga berpikir begitu. Kita harus berhati-hati dengan Lunar. Aku tidak ingin kita terlibat dalam masalah lagi."

Solar mengangguk setuju, "Kau benar. Kita harus tetap waspada. Ayo, kita kembali ke kelas sekarang."

Thorn dan Solar pun melanjutkan perjalanan mereka, dengan pikiran yang dipenuhi tanda tanya tentang Lunar dan apa yang sebenarnya disembunyikan oleh remaja itu.

❖❖❖

Blaze dan Ice sedang menunggu Gempa di depan gerbang sekolah. "Kak Gempa tumben lama," duga Ice.

"Aku juga tidak tahu kenapa lambat. Tapi kau tahu kan, Kak Gempa itu selalu on time," ujar Blaze.

Tiba-tiba, ada sebuah mobil berhenti di belakang Blaze. Ice menyadari ada beberapa orang yang keluar dari mobil berwarna putih tersebut dan menjadi panik. Salah satu dari mereka membekap mulut Blaze dari belakang.

"Lepasin Blaze!" marah Ice.

Blaze menggeleng, "Jangan lawan mereka, Ice!" Namun, penculik itu tetap ingin membawa Blaze masuk ke dalam mobil.

"Haha, hei bocah! Lo ikut campur. Habis lo!" Mereka pun pergi, meninggalkan Ice yang hanya bisa terdiam.

Di rumah Elemental, Gempa pulang bersama Thorn dan Solar, tanpa Blaze dan Ice.

"Gem, Blaze sama Ice mana?" tanya Taufan dengan nada khawatir.

Gempa menunjukkan tas milik Ice yang ditemukannya di dekat gerbang. "Kak Ufan, sepertinya Blaze dan Ice sedang ada masalah. Aku tidak menemukannya saat menjemput mereka. Justru, aku menemukan tas milik Ice di dekat gerbang, tapi tidak dengan Ice."

"Kak Ice pasti memang benar-benar ada masalah sampai-sampai tas miliknya jatuh seperti itu," duga Thorn dengan raut wajah cemas.

"Ada yang aneh. Ke mana Kak Blaze juga." Solar ikut berbicara, berusaha mencari tahu.

THE LOST ELEMENTAL GUARDIANSWhere stories live. Discover now