03 - TANGGUNG JAWAB SEORANG KAKAK

45 17 5
                                    

Gempa memandang Taufan, Thorn, dan Solar yang kini duduk di meja makan. Ia bisa merasakan ketegangan di antara mereka, serta kesedihan yang terpancar dari wajah adik-adiknya. Hati Gempa terasa berat, dipenuhi oleh rasa bersalah.

Sebagai anak tertua, Gempa merasa gagal dalam menjalankan tanggung jawabnya. Ia seharusnya bisa menjaga dan memperhatikan semua saudaranya dengan baik. Namun, kini Taufan, Thorn, dan Solar tampak begitu terluka.

Gempa menghela napas panjang, lalu perlahan mendekati meja makan. Ia mencoba tersenyum, meskipun senyumnya terlihat sedikit dipaksakan.

Suasana di ruang makan terasa begitu berat dan canggung. Gempa hanya bisa terdiam, mencoba mencari cara untuk memperbaiki situasi ini. Ia tahu bahwa tanggung jawab yang diembannya tidaklah mudah, namun Gempa bertekad untuk menjadi pemimpin yang lebih baik bagi saudara-saudaranya.

Setelah suasana canggung di ruang makan, Gempa memutuskan untuk memberikan ruang bagi saudara-saudaranya untuk menenangkan diri. Ia tahu bahwa Taufan, Thorn, dan Solar membutuhkan waktu untuk memproses apa yang terjadi.

Saat Gempa sedang membereskan meja makan, ia tak bisa menghentikan rasa bersalah yang menyelimuti hatinya. "Seharusnya aku bisa melakukan lebih banyak untuk kalian," batinnya.

Sebagai anak ketiga, Gempa merasa gagal dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai kakak. Ia seharusnya bisa menjaga dan memperhatikan semua saudaranya dengan baik. Namun, kini Taufan, Thorn, dan Solar tampak begitu terluka.

Gempa menghela napas panjang. "Maafkan Gempa, Kak. Gempa akan berusaha lebih baik lagi ke depannya," gumamnya dalam hati, berharap bisa memperbaiki kesalahannya.

Selesai membereskan meja, Gempa memutuskan untuk memberikan waktu bagi saudara-saudaranya. Ia berjalan menuju ruang tengah, di mana Blaze dan Ice sedang bersiap-siap pergi latihan.

"Blaze, Ice, ayo kita keluar sebentar. Kak Gempa ingin bicara dengan kalian," ajak Gempa.

Blaze dan Ice saling berpandangan, lalu mengangguk. Mereka mengikuti Gempa keluar rumah, meninggalkan Taufan, Thorn, dan Solar di dalam.

Di luar rumah, Gempa mengajak Blaze dan Ice untuk duduk di teras. Ia ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan mereka.

"Ada apa, Kak Gempa?" tanya Blaze, penasaran.

Gempa menatap kedua adiknya dengan serius. "Blaze, Ice, aku ingin kalian membantu menjaga Kak Taufan, Thorn, dan Solar. Aku merasa gagal sebagai kakak, dan aku ingin kalian bisa menjaga mereka sementara aku mencoba memperbaiki kesalahanku."

Blaze dan Ice terdiam sejenak, mencerna perkataan Gempa. Mereka bisa melihat kesungguhan di mata sang kakak.

"Tentu, Kak. Kami akan membantu menjaga mereka," ujar Ice dengan tenang.

"Iya, Kak! Kami akan memastikan mereka baik-baik saja," tambah Blaze dengan semangat.

Gempa tersenyum lega. "Terima kasih, adik-adikku. Aku tahu aku bisa mengandalkan kalian."

Blaze dan Ice mengangguk, lalu kembali masuk ke dalam rumah untuk menjaga Taufan, Thorn, dan Solar. Sementara itu, Gempa tetap duduk di teras, merenung dan memikirkan langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya.

❖❖❖

Setelah Gempa meminta Blaze dan Ice untuk menjaga Taufan, Thorn, dan Solar, mereka bertiga berjalan menuju garasi rumah. Terlihat Taufan sedang berdiri di dekat mobilnya Halilintar. Kunci mobil itu sudah dipegang oleh Gempa.

Solar berkata dengan nada dingin, "Kak Ufan, sepertinya aku tidak jadi ikut."

Thorn bertanya, "Kenapa, Sunshine?"

THE LOST ELEMENTAL GUARDIANSWhere stories live. Discover now