XXIV : Sudah selayaknya wanita hidup bersama pria, kan ?

586 73 25
                                    

Jennie sudah kembali ke Korea, gadis bermata kucing ini mengurus banyak hal tentang kasusnya Hanbin, " Astaga— semuanya punya kesinambungan. " Dia gak menyangka, banyak orang lain terlibat dalam kasus ini. Jika Jennie menguak kasus ini di depan media, mungkin menghancurkan karir dari mereka, " Park Chanyeol ? " Dahinya berkerut, apa yang sudah Chanyeol lakukan ? Mungkin dia harus membayar orang lagi untuk memeriksa kasusnya Chanyeol.

Tring.

Ponselnya berdering, Oh Sehun menelponnya, " Ck— kenapa manusia ini menghubungiku ? " Katanya bingung.

Jennie mengangkat panggilannya dan mendengar semua cerita Sehun. Hampir satu jam Jennie mengobrol dengan Sehun, ternyata Sehun memberikan informasi baru tentang Hanbin, " Baguslah, aku bisa menyelamatkan Hanbin. " Gumamnya, namun dia belum menceritakan tentang Chanyeol kepada Sehun, dia harus memeriksa kebenarannya sebelum Sehun tahu semua ini.

Tok.

Tok.

Pintunya diketuk, Jennie berteriak untuk menyuruh orang itu masuk ke kamarnya.

Cklek.

Rose datang membawa makanan, " Hm— aku baru belajar memasak, kamu mau mencobanya ? " Tanya Rose berhati-hati.

Jennie terdiam, membiarkan Rose mendekat ke arah meja kerjanya, " Duduklah disana, ada sedikit pekerjaan yang harus kuselesaikan. " Titahnya, menyuruh Rose duduk di meja lesehan.

Setelah menyimpan semua data yang ia dapatkan, Jennie mematikan laptopnya, dan duduk di samping mantannya itu, " Kamu yang memasak ini semua ? " Tanyanya hampir gak percaya. Selama menjalin hubungan, Rose hampir tidak pernah menyentuh dapur.

Rose tersenyum, dan mengangguk semangat, " Aku belajar dari yutub. " Balasnya.

" Tanganmu kenapa ? " Sepertinya tangan Rose terkena minyak panas.

" I-ini hm— gak sengaja kena minyak saat menggoreng ayam. " Jawab Rose berterus terang.

Jennie menghela nafas, berdiri dari tempatnya untuk mengambil salep dari laci, " Kamu itu Idol, model brand terkenal juga, kamu harus menjaga tubuh dan kulitmu. " Katanya lembut, mengolesi salep itu ke tangannya Rose.

Rose meringis kesakitan, sebenarnya tadi di dapur dia sudah menangis, tapi dia tetap melanjutkan kegiatannya sampai selesai, dia ingin membuktikan kalau dia layak bersama Jennie kembali.

" M-makasih. " Lirihnya.

" Makasih ya udah dimasakin. " Jennie tersenyum hangat, setidaknya dia tahu kalau Rose mulai berubah. Jennie menyendokkan nasi di atas piringnya, dan meletakkan ayam goreng tepung, sekalian sayurannya. Namun —

" Ya Tuhan — kenapa sayur ini ada akar-akarnya ? " Gumam Jennie sangat-sangat terkejut, apa mungkin Rose memasukkan semuanya ? Seharusnya kan, Rose membuang akar dari sayur itu.

" Gapapa— mungkin masih belajar. " Jennie harus memakluminya, setidaknya malam ini Rose tidak membuat ubi sekeras batu seperti dahulu.

Iya— Jennie pernah dikasih ubi sekeras batu sama Rose, dan dengan perjuangan penuh Jennie menggigit ubi tersebut untuk menghargai kerja keras Rose.

Jennie mulai membelah daging ayam goreng tersebut, raut wajahnya berubah, yang awalnya tersenyum menjadi merinding geli, " Astaga— Ayamnya belum masak. " Lirihnya, kalau yang seperti ini, Jennie gak berani memakannya, yang ada nanti perutnya sakit dan sumber penyakit.

" Kenapa belum dimakan, Jennie ? "

" Hm— waktu masak ayam ini, apinya kecil atau besar ? " Tanyanya berhati-hati.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[ I'M ] POSSIBLEWhere stories live. Discover now