ch 13

10.8K 807 36
                                    

"Kiss.me,now!" Ucap Galaxy menuntut.

Si kecil menggeleng lemah, "Turun dulu. Shaka nggak bisa ngerasain kaki Shaka,"

Galaxy berdecak, tanpa banyak basa basi lagi. Cowo itu memegang tengkuk Arshaka dan mencium bibir nya. Ia lalu mengigit bibir bawah Arshaka, membuat si kecil terpaksa membuka mulutnya.

Galaxy bisa merasakan air mata si kecil meluruh, cengkraman si kecil pada bajunya semakin mengerat.

"Umgh .., Ga–la!"

Galaxy tersenyum miring, akal nya hilang sempurna saat dia sudah mencicipi bibir manis si kecil yang seperti Afrodisiak baginya. Selalu menjadi candu, membuatnya menginginkannya lagi dan lagi.

Galaxy memasukkan lidahnya, menjelajahi mulut si kecil, mengabsen deretan gigi rapih Arshaka satu persatu.

Kedua mata si kecil terpejam erat. Genggaman tangannya pada baju Galaxy mulai mengendur. Pikirannya kosong.

Selama beberapa menit, Arshaka mulai merasakan dirinya kehabisan pasokan oksigen. Dadanya semakin terasa menyesakkan, membuat ia memukul-mukul dada bidang Galaxy.

Galaxy paham isyarat itu, namun entah dia sengaja atau tidak. Dia tidak melepaskan kedua labium itu. Malah kini dirinya membawa tubuh si kecil kembali ke atas brankar dan membaringkan tubuh keduanya di sana tanpa melepaskan ciumannya.

"Ngkknh ... Se—sak! Humphh .., Gwala!"

Entah mendapat keberanian dari mana, Arshaka menarik rambut panjang Galaxy hingga kunciran nya terlepas. Lalu dia meraup udara dengan rakus.

Galaxy mengeram tertahan, "Errh .., Shaka nakal! Naughty children must be punished!" Kedua mata tajam Galaxy berkilat ke emasan, rambut panjangnya yang tergerai menutupi sebagian dari wajahnya, membuat cowo itu entah kenapa terlihat semakin .., menyeramkan.

Galaxy dengan agresif kembali melumat bibir si kecil.

"NO! Anghh Please stop this. Hic ... Ayah,"  Arshaka menangis, tangan kecil nya berusaha mendorong dada Galaxy walaupun cowo itu tidak bergeming sama sekali.

Dalam keadaan seperti ini, dia hanya berharap ayahnya ada.

Semua orang di sini bersikap aneh padanya, bahkan Galaxy.

Galaxy yang Shaka kenal tidak seperti ini. Dimana sosok abang yang menjadi idola Arshaka setelah ayahnya?

Hic ...

Tangan Galaxy mengepal erat di sisi kepala si kecil. Kenapa? Kenapa Arshaka menangis? Apakah ciumannya seburuk itu hingga dia menangis?

.
.
.
.
.

Seseorang berada di rooftop rumah sakit, Atma itu duduk pada pembatasan rooftop. Kakinya menggantung ke bawah. Matanya menatap kosong kendaraan yang berlalu-lalang di bawahnya. Di jari telunjuk dan tengahnya mengapit sebatang rokok.

"—u .., will be... all—mine."

Ucapan seseorang beberapa saat yang lalu, mengganggu pikirannya. Membuat dia ketakutan akan suatu hal yang mungkin di masa depan bisa terjadi.

"Ck sial." Seseorang itu berdecak kesal, membuang puntung rokok ke tiga yang sudah dia hisap, biarkanlah si kecil marah saat dia mencium baru rokok dari tubuhnya nanti.

Kepala orang itu mendongak, menatap gelapnya langit malam yang di hiasi banyaknya bintang. Apalagi bulan bersinar paling terang tanpa tertutupi oleh awan.

"Lo ada masalah, Den?" Bahunya di tepuk dari belakang, membuat seseorang itu —Denio— tersentak kecil.

"Lo nyebat?" Orang itu menatap tidak percaya pada Denio. "Ini kalo Shaka tau, lo bisa di marahin nanti. Shaka nggak suka bau asap rokok, penciumannya sensitif." Orang itu ikut duduk di sebelah Denio, dengan kedua kaki yang menyilang.

Denio melirik sekilas pada orang itu, sebelum kembali menatap ke depan.

"Kenapa? Nggak biasanya lo kayak gini," Tanya orang itu kembali.

"Nggak ada. Gue cuman ngerasa aneh aja sama Galaxy, Dip."

"Kenapa sama dia?"

Denio mengerutkan dahinya sebal, "Lo kayak wartawan. Banyak nanya."

"Yeuu, gue cuman khawatir sama lo."

"Homo lo? Jauh-jauh sat." Denio sedikit menjauhkan tubuhnya. Cowo itu menatap ngeri Atma di depannya.

Perempatan imajiner muncul pada dahi seseorang itu, "Lo kayaknya perlu kaca deh." Matanya menatap sinis sekali pada Denio.

Denio mengangkat bahunya acuh. "Gue Shaka-sexsual, gue belok cuman buat Shaka. Kalo bukan Shaka, nggak sudi gue." Seloroh cowo itu.

"Sama aja. Lo homo."

"Beda." Sanggah Denio.

"Serah lo deh, bulol." Seseorang itu mengalihkan wajahnya dari Denio.

"Shaka nyariin lo tadi." Celetuk nya kembali setelah beberapa saat hening.

Mengangguk kecil, Denio lalu bangkit. Menepuk-nepuk celana jeans nya yang sedikit kotor.

Denio mencium bau rokok menempel pada bajunya, cowo itu menatap sang Atma yang juga sedang menatap ke arahnya.

"Dip, lo ada parfum atau permen nggak?" Tanya cowo itu.

Mengangguk kecil, "Ada, bentar." Seseorang itu ikut bangkit, tangannya merogoh saku celana pendek yang di kenakan olehnya. Lalu memberikan Denio sebuah permen karet. "Nih."

Denio mengambil permen itu dengan senang hati, "Thanks ya, Dip."

Cowo itu melambaikan tangannya, meninggalkan keheningan dan Atma itu seorang diri di atas rooftop.

Setelah punggung tegap Denio menghilang di balik pintu, seseorang itu mengepalkan tangan yang ia gunakan saat memberikan Denio sebuah permen.

Sorot matanya terlihat begitu terluka, bahu kecilnya pun mulai bergetar.

"Kapan lo sadar sama perasaan gue, Den? Kenapa selalu Shaka dan Shaka."




ARSHAKA JOCASTA  Where stories live. Discover now