57.

22.8K 2.9K 489
                                    






"Kau benar-benar keras kepala." Adam merutuk seraya memerhatikan Dito dengan perutnya yang sudah menggembung. Sudah semakin terlihat kalau dia hamil, tapi Beta itu masih santai-santai saja menonton televisi padahal tahu apa yang akan menantinya.

"Kau datang hanya untuk marah-marah?"

"Lihat dirimu!" Adamka berteriak frustasi. "Kau tahu kalau anak itu...!"

"Diam." Dito memperingatkan. "Bastion masih dirumah. Jaga ucapanmu."

"Dito..." Adamka mengerang frustasi. "Sekarang ini bukan hanya tentang bayi itu, tapi apa yang akan terjadi kalau dalam skenario terburuk kau juga..."

"Kau bilang kau menemukan cara untuk menyelamatkan kami berdua, kan?" Dito menatap Adamka dengan tatapan malas. "Lakukan saja itu. Tidak usah pikirkan yang lain."

"Aku juga sudah bilang kemungkinan berhasilnya hanya 30 persen ?!"

"Itu sudah bagus, lanjutkan."

Dito menggeram, "Apa kau ingin membuat orang yang sedang hamil stres? Kenapa kau terus memaksaku memikirkan hal-hal berat? Apa kau itu dokter? Sial."

"Astaga... Padahal kupikir kau itu tipe orang yang akan membunuh dirimu sendiri kalau kau sampai hamil. Tapi lihat, kau mempertahankan bayi itu selama 5 bulan lamanya sekarang. Apa kau ternyata suka melakukannya?"

"Yah! Aku memang benci hamil. Tapi apa salah anak ini?" Dito menatapnya dengan kesal. "Kalau aku bisa bunuh diri tanpa membuat anak ini ikut bersamaku, akan kulakukan sejak la--"


"Siapa yang akan bunuh diri?"


Mendengar suara berat dan serak itu menyela ucapan Dito, membuat kedua orang itu terdiam seketika. Mereka jelas tahu siapa si pemilik suara. Sesaat kemudian, Enigma itu memasuki ruang santai milik Dito yang sengaja dibuat Bastion di mansion itu.

"Siapa yang akan bunuh diri? Kau?" Bastion menatap Dito dengan tatapan menghakimi.

Dito menggaruk tengkuknya seraya berkata, "Sejak kapan kau datang?"

"Sejak pembicaraan mengenai bunuh diri muncul." Jawabnya. Bastion mendekati Dito yang sedang duduk santai dengan kaki diatas meja itu dengan tatapan frustasi. "Kau mau meninggalkanku?"

"Tidak."

"Lalu apaan pembicaraan tentang bunuh diri itu? Jangan coba-coba memikirkannya. Kau tega meninggalkanku?"

"Kami hanya bercanda. Kenapa kau sensitif sekali? Yang hamil aku apa kau?"

"Kau." Bastion menjawab dengan helaan nafas panjang, dia mengambil tempat duduk di samping Dito. Adamka segera saja pamit meninggalkan tempat setelah menerima sinyal dari Bastion.

Sumpah,

Sepertinya hubungan Bastion dan Adamka menjadi agak buruk sejak Adamka mulai "mengobati" Bastion dulu. Kalau kalian mau tahu, Bastion itu membenci Adamka karena terapi pendewasaan yang dia terima dari Adamka sangat jauh dari kata manusiawi.

Semua orang tahu kalau Adamka hanya melakukan yang terbaik untuk mengendalikan temannya, tapi disaat melakukannya, dia kehilangan kepercayaan Bastion dan menjadi sasaran kebencian Bastion karena hanya dialah yang terlihat disaat terpuruk Bastion.

Bagi seorang Alpha, apalagi Enigma, dikurung, dikendalikan, dibius, menerima perintah itu sangat melukai harga diri mereka. Mereka tidak bisa diperlakukan seperti itu. Namun dalam kasus Bastion, jika tidak seperti itu, kemungkinan Bastion mengamuk dan menyebabkan korban jiwa dan kerusakan besar itu adalah hal yang tidak boleh sampai terjadi. Bisa saja, dimasa depan, Pemerintah akan memanfaatkannya untuk mengendalikan Bastion. Mengatakan bahwa Bastion berbahaya dan harus diurus oleh negara demi kepentingan khalayak.

BASTIONOnde histórias criam vida. Descubra agora