49

94 4 0
                                    

Tiada siapapun yang menyangka bahwa Citra dan Nandan akan kembali akrab. Terutama Ratih dan Waryo, yang terkejut dengan kedatangannya dirumah. Tidak sampai masuk ke dalam, ia hanya mampir untuk sekedar bersalaman untuk mengajak Citra keluar. Ataupun datang untuk memberi barang padanya.

Pada awalnya Ratih dan Waryo membiarkan, mungkin karena tugas kuliah mereka menjadi dekat. Tapi lama-kelamaan mereka mulai peka, pria itu pasti ada maksud lain. Apalagi perangainya yang sangat sopan jika bertemu, berbeda dengan dia yang dahulu. Jika ia datang, wajah Citra terlihat bersemangat.

"Ade, sini duduk" ajak Waryo menunjuk kursi di sebelahnya dengan sorotan mata sambil menghisap rokok. Citra yang baru kembali dari gerbang untuk mengambil paket, merasa heran.

"kenapa,Yah?" tanyanya lalu duduk di sebelah Waryo.

"kabar Mas Anin gimana toh? ayah udah lama ndak denger"

"baik kok, cuma belakangan ini lagi sibuk nugas katanya ngejar target" balasnya sedikit cemberut mengingat Dito yang selalu minim waktu. Mendengar jawaban itu, Waryo menjadi lebih selidik.

"ohh, kalau Nandan?" entah mengapa pertanyaan itu membuatnya sedikit merinding seakan ia tercyduk melakukan hal jahat. Waryo tersenyum kecil melihat reaksi tubuh anaknya, lalu kembali menghisap rokok.

"hati-hati, Nduk" Waryo hanya mengatakan kalimat pendek, tapi satu kalimat itu berhasil terngiang-ngiang di kepalanya. Ia langsung paham apa yang di maksud ayahnya, lantas Waryo masuk kembali ke dalam sementara ia melamun di teras. Apakah ia sudah kelewatan? tapi sebelah mana? ia merasa hubungan antara dia dan Nandan tak lebih dari sahabat.

Sekitar tiga puluh menit ia habiskan melamun di teras. Setelahnya ia memilih bersiap diri akan pergi kerja kelompok yang letaknya lumayan jauh. Entahlah, ia pun heran dengan temannya mengapa memilih rumah yang jauh. Inginnya ia berangkat bersama Rachel, tapi Dito tak mengizinkan karena teramat jauh. Takutnya jika pulang malam, dijalan pasti rawan. Jadi ia pergi diantar Galuh menggunakan mobil, Rachel pun ikut bersamanya.

"Cit, kapan Rajen ke bandung lagi?" Tanya Galuh sambil menyetir di depan.

"ya gatau, coba tanya aja. lagian dia pasti sibuk kerja" jawab Citra santai. Galuh merasa rindu dengan Rajen, ia ingin mengajaknya jalan-jalan lagi.

Sepanjang jalan hanya Rachel dan Citra yang membuat mobil berisik. Galuh hanya sesekali tertawa karena fokus menyetir. Di suguhi pemandangan kebun teh membuat suasana hatinya senang, apalagi saat melihat para ibu-ibu bertopi caping sedang memetik pucuk daun teh.

Sekitar satu setengah jam, akhirnya mereka sampai di tujuan. Terlihat rumah besar di pinggir jalan yang halaman nya di penuhi motor! pasti itu milik teman lain yang sudah sampai lebih dulu.

Brakk

Citra menutup pintu mobil selepas turun dari mobil bersama Rachel. "makasih ya bang!" ucapnya lalu beranjak pergi. Tapi baru dua langkah berjalan, Galuh memanggil namanya.

"kalo bisa, kamu pulang lebih cepet daripada temen kamu ya?"

"kenapa? gaenak dong"

"pulang aja pokonya, jangan banyak tanya"

"nyuruh tapi ga jelas!"

"yehh ngeyel ni anak! pokonya lebih cepet! kalo pulangnya malem males nyetirr"

"idih tukang ngeluh" balasnya sedikit terkekeh lalu ngacir menyusul Rachel yang sudah membuka sepatu. Galuh melotot kesal, ingin menyentil mulut gadis itu! Setelah memastikan mereka masuk, ia kembali pulang.





















Memilihmu





















Keadaan dirumah itu ramai tak terkendali. Niatnya mengerjakan tugas, ujung-ujungnya mukbang! mereka tertawa lepas sambil makan sementara sebagian lain mengerjakan tugas di depan laptop. Termasuk gadis ini yang lebih suka mengerjakan tugas di depan kolam sendirian. Berkumpul bersama teman memang menyenangkan, tapi ia ingin saat pulang tugasnya selesai dan bisa bersantai.

MemilihmuUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum