The First Mission || Drakstone

79 8 20
                                    

Aku sarankan.. bacanya sambil dengerin sound-nya yeorobun. Biar vibesnya makin gaada obat🤧

 Drakstone : Medan berbatu tempat legenda naga bukanlah dongeng, melainkan sejarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.. Drakstone : Medan berbatu tempat legenda naga bukanlah dongeng, melainkan sejarah ..

Tidak tahu berapa kali pijakan hilang kendali, tungkai yang tergelincir bebatuan nyaris mencelakai persendian. Tetapi itu tidak lebih buruk, daripada diri nyaris mati—tidak, barangkali kalah. Manakala semburan cahaya panas berkali-kali mengincar pelarian.

Jarak tuk melarikan diri tak terhitung, napas yang tercekat tak diindahkan, berikut peluh yang tak dihiraukan. Disela genggaman tertaut erat, mencoba menyalurkan pertahanan satu sama lain. Menghindari suatu entitas teramat mengerikan, yang selama ini Zeano menganggap hanyalah sebatas dongeng atau mitos.

Tapi lihat.. kini Zeano harus berhadapan dengan makhluk itu.

Beruntung apa yang melekat di tubuh tidak menghalangi diri tuk bergerak leluasa. Teringat peraturan yang terkait erat dengan imajinasi, barangkali itu pula yang menghasilkan ini. Zeano memang menyukai sekali tokoh-tokoh hero di dalam game, terkhusus perihal kostum. Dan kini Zeano merasa sudah seperti salah satu hero tersebut, meski tidak persis. Dimana jubah yang cukup mengekang gerak, kini telah beralih menjadi setelan all black dengan segala kelengkapan atribut. Pun tidak jauh berbeda dengan pergantian gaun sang Helper Angel.

Sudah seperti pasangan hero yang akan melawan dan mengalahkan villain di dalam game.

Ah!

Lupakan hal konyol itu! Kini Zeano perlu mencari persembunyian guna menyelamatkan diri, jika tidak ingin benar-benar terbunuh oleh makhluk raksasa itu.

Ditengah kekalutan yang tak dapat dinegosiasi, beruntung mata elang Zeano berhasil menotice sebuah tempat yang agaknya bisa dijadikan persembunyian. Maka tungkai dibawa tuk mendekat, memasuki lubang besar—semacam gua, di sisi anak gunung. Tidak ada ruang gerak tuk masuk lebih dalam, rupanya disini terbatas. Barangkali hanya sedalam lima meter. Maka Zeano menarik sang Helper Angel tuk beralih ke sisi tubuhnya yang lain, membiarkan diri sendiri berada di sisi terbuka pintu gua.

"Ze—"

Terhenti disana, Zeano cepat menahan laju suara sang Helper Angel menggunakan tangan—disela tangan yang lain merengkuh bahu sosok jelmaan gadis cantik itu. Panik menyulut Zeano tidak cukup peka atas reaksi tubuh, fokus hanya terpusat pada satu hal—dimana atensi menoleh tuk mengamati arah belakang. Berharap persembunyian aman.

Seberkas bayangan raksasa terdeteksi mendekat, dan bersumpah—Zeano tidak bisa menahan guncangan luar biasa di sekujur tubuh. Tenggorokan tercekat perih manakala pada akhirnya atensi menangkap perwujudan makhluk mitos itu terbang melewati tempat persembunyian, dekat sekali dari pintu gua—sampai hanya tubuhnya yang terlihat.

Soul JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang