The Villain || Traumatic Attack

65 6 9
                                    

 edited⚠️ : rekomendasi psikolog—di chapter 2—aku ralat menjadi psikiater

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.. edited⚠️ : rekomendasi psikolog—di chapter 2—aku ralat menjadi psikiater. Aku ada sedikit salah pemahaman tentang psikolog dan psikiater di awal. Mohon maaf, untuk ketidaknyamanan ini🙏🏻  ..

Tidak tahu perlu waktu berapa lama, agaknya rasa sakit tidak bisa dilenyapkan. Pun Berlian telah menegaskan hal itu. Berlian telah banyak membantu, mengorbankan beberapa helai bulu sayapnya untuk mengobati luka di sekujur tubuh Zeano.

Memang berhasil, semua luka hilang tak berbekas. Tetapi tidak dengan rasa sakitnya.

Tiga hari telah termakan, masih belum beranjak dari lembah tempat Zeano nyaris menelan kekalahan. Berkali-kali Berlian telah menegaskan untuk keluar, melanjutkan misi guna cepat selesai. Tetapi Zeano menolak, memilih tetap bersembunyi. Tidak peduli sebanyak apapun waktu terbuang tidak berarti.

Pikir Zeano.. hanya sadar diri tidak bisa melawan makhluk raksasa itu disaat tubuh dalam kondisi buruk seperti ini. Takut tidak bisa fokus, terlebih lagi disini memerlukan perhatian lebih atas keberadaan Berlian. Akan sangat egois jika memikirkan diri sendiri.

"Dengarkan aku, rasa sakitmu tidak akan hilang sebelum kita keluar dari sini. Misi ini perlu diselesaikan lebih dulu, baru kau bisa sembuh. Dan percaya padaku, kau akan melupa dengan sendirinya begitu kembali memulai misi."

Entah yang ke berapa kali, agaknya kini ego Zeano meluruh. Terlebih sudah tidak tahan menahan gejolak aneh di dalam diri. Di sepanjang tiga hari disela menahan rasa sakit, berkali-kali Zeano diserang panas di dalam tubuh. Seperti ada entitas tak kasat mata yang membakar, melonjakkan insting memburu dan membunuh.

Sedikitnya Zeano memahami.. itu seperti sinyal, tubuhnya sedang berada dalam mode ingin menyerang. Diluar perintah otak sendiri.

Maka dengan bantuan sayap Berlian, Zeano naik dari dasar lembah—mempercayakan tumpuan tubuh pada dekapan sang Helper Angel. Kembali pada titik awal, dimana alam gelap telah berubah terang. Medan berbatu itu kini berselimut salju, tetapi dingin tak lekas teraba. Terlanjur dikuasai panas yang kian melonjak di dalam diri.

Zeano butuh sesuatu untuk dibunuh. Dimana naga hitam raksasa itu?

"Keluar kau, naga sialan!"

Zeano terlalu cepat tersentak dari emosi, manakala sebuah pukulan menghantam dada. Menarik atensi tuk bertumbuk dengan sorot tajam netra silver itu.

"Mulutmu!"

Ingin menanggapi, tetapi gelombang suara dari kepakan sayap yang menggema terlebih dulu merampas atensi. Mendorong Zeano tuk cepat menarik lepas pedang dari scabbard, manakala bayangan hitam muncul di balik puncak gunung. Cetakan garis rahang mempertegas tekad, dimana bias keemasan yang berpendar dari netra semakin memperjelas keinginan untuk menyerang.

Soul JourneyWhere stories live. Discover now