MBIAC || CHAPTER 83 <TAMAT>

8 0 0
                                    

Selamat membaca

***

Akira berjalan keluar dari ruangan itu lalu bernapas berat. Di sampingnya terlihat Diandra yang sedang menunggu Akira sambil bersandar di dinding yang ada di samping pintu ruangan itu.

"ekhem.. Udah selesai urusanmu di dalam?" tanya Diandra sambil melirik ke arah Akira.

Akira mengangguk singkat, "Udah berapa lama kau menungguku?" tanyanya, suaranya serak, sambil melangkah melewati Diandra yang mulai bergerak mengikuti langkahnya.

"Lumayanlah," jawab Diandra ringan, "jadi, kita langsung balik aja nih?" Dia memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku jaketnya.

"Ya, langsung balik aja. Lagian perangnya dan semua urusan kita di sini udah selesai. Mau ngapain lagi kita di sini," ujar Akira, nada suaranya menunjukkan keinginan untuk segera meninggalkan tempat itu. "Oh iya, aku ikut nebeng ya, sampai perempatan kedua menuju sekolah kita. Deket restoran yang jualan jus naga premium itu, kau tahu kan?" Akira berjalan dengan kepala tertunduk, menghindari tatapan murid-murid Rajawali yang berpapasan dengannya.

"ngapain kita ke sana lu mau beli jus buah naga premium itu? Mau gue traktir nggak? mumpung sekolah kita mulai pelajarannya sore nanti akibat paginya kita pakai buat perang kek gini." Diandra ikut menundukkan kepala sambil berjalan di samping Akira, menuju motor milik Diandra yang diparkir.

"Ngga usah," tolak Akira, "Kau lihat saja nanti pas datang ke sana. Aku udah ditunggu sama seseorang." Dia melirik Diandra dengan tatapan datar.

"Seseorang siapa?" Diandra menatap Akira dengan kebingungan yang tergambar jelas di wajahnya, rasa penasaran mulai muncul.

Akira hanya tersenyum tipis, "Itu nanti kau juga tahu." Dia mempercepat langkahnya, meninggalkan Diandra yang masih berusaha memahami maksud tersembunyi di balik kata katanya.

***

Hiro membuka pintu mobilnya, mengundang Claudya untuk masuk. Setelah Claudya duduk di kursi penumpang, Hiro menutup pintu dengan lembut dan melingkarkan dirinya ke kursi pengemudi. Dengan sebuah putaran kunci, mesin mobilnya bergemuruh, lalu melaju meninggalkan wilayah sekolah rajawali.

"Hiro..." suara Claudya terdengar ragu, matanya menatap Hiro yang duduk dengan santainya di sebelahnya. "Bolehkah aku memintamu untuk mengantarku ke panti asuhan Kota Sanjaya? Pelajaran akan dimulai sore nanti, jadi kupikir sempat kalau aku pulang dulu dan mengambil sesuatu di rumahku."

Hiro menoleh, senyum nakal terpampang di wajahnya. "Arahnya agak beda lho dengan arah Sekolah Sanjaya. Jadi, aku minta ongkos ya kalau udah sampai ke sana?" godanya, sambil mengedipkan satu mata.

Claudya menghela napas, "Ya, emang rada jauh sih arah beloknya dari Sekolah Sanjaya. Baiklah, aku akan memberimu ongkos. Kusamakan dengan ongkos naik angkutan umum aja ya, Hir?"

Tawa kecil Hiro pecah di dalam mobil, "Aku cuma bercanda, Dya. Aku nggak akan minta ongkos, tenang saja. Lagian, aku juga gabut, nggak ada yang bisa dilakukan di Sekolah Sanjaya kalau aku balik sekarang."

"Dya?" Claudya menatap Hiro dengan kaget, alisnya terangkat.

"Ahh, maaf. Kita belum sedekat itu ya, sehingga aku bisa memperpendek namamu biar enak dipanggil," Hiro berkata sambil fokus ke jalanan di depannya, kemudian belok ke arah yang akan membawa mereka menuju panti asuhan Kota Sanjaya.

"Tidak masalah," jawab Claudya cepat, "Bukan itu, hanya saja aku tiba-tiba teringat suatu hal yang tidak penting. Lupakan saja." Suaranya terdengar jauh, seolah pikirannya melayang ke tempat lain, ke kenangan atau rahasia yang dia simpan sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Keluarga Sandara : my brother is a criminal (Tamat) Where stories live. Discover now