(20) Rumah Sakit

16 4 0
                                    

"Hah, Amita.. Inheler cepat cepat" Amita segera mengambil inheler didalam kotak P3K. Dengan cepat Zea menghirup inheler nya dengan kuat. Setelah sekiranya sudah cukup, ia menghela nafas. Lalu bersender pada mobil.

Zea ikut mobil yang dikendarai Zidan tadi. Kepalanya masih berdenyut nyeri. Amita yang paham kondisi, ia langsung cekatan memijit pelan kening Zea.

"Udah enakan atau masih pusing" Zea menggeleng pertanda ia belum enakan. Amita tetap meneruskan aktivitas nya. Sekitar 5 menitan, Kepala Zea sudah lumayan nyaman. Ia meminta Amita untuk berhenti memijit nya.

"Makasih Amita, pijitan lo ngaruh banget.. Makasih banyak ya" Amita mengacungkan jempolnya. Ia mengambil plester yang kemudian ditempel kan pada pipi Zea yang tergores.

"Luka lo gak cukup serius kok Ze, tapi paha lo" Amita menunjuk sisi paha yang terkena. Zea menggeleng pertanda tidak apa apa.

"Its okay, pendarahannya udah berhenti kok. Lo paham gak kalau masalah beginian? "

"Paham, tapi gak bisa dilakukan.. Kalau misal lukanya lebar kan dijahit,, tapi aku gak bisa"

"Apa? Dijahit? Kulit mulus gue mau dijahit?"

Amita hanya mengangguk sebagai jawaban. Zea, anak itu semakin ketakutan.

"Boleh liat gak, lukanya dalam apa gak" Zea mengkode Zidan untuk tidak melihat dalam cermin yang dimana pantulan dirinya. Zidan berdehem.

Amita melepaskan jaket Gilang hingga nampak bekas goresan memanjang.

"Zidan, mending ke rumah sakit langsung. Gue takutnya keinfeksi. Gue kasih pertolongan pertama dulu"

Zidan berdehem sebagai jawaban. Mobil melaju sedikit kencang, Zidan menyetir dengan satu tangannya mengangkat handphone nya. Ia memberitahu kepada semua anggota tadi bahwa ia akan ke rumah sakit.

🥀🥀🥀

"Ale, kok hati gue resah ya" keluh Jinny. Ekpresi nya mencemaskan membuat Ale harus ekstra sabar membuat Jinny tenang.

"Tenang ya, mereka baik-baik aja kok" Ale terus menerus mengelus punggung Jinny untuk tenang. Sedangkan Jihan dan Rachel sedang ke luar. Lebih tepatnya berada di depan rumah sakit menunggu rombongan gengnya datang.

"Suster, cepat tolong tangani temen saya" Teriak Jihan dengan paniknya sambil mendorong brankar yang kini sudah ada Zea yang terbaring lemah.

Rachel mengekor Jihan karena langkah tergesa-gesa Jihan membuatnya sedikit kewalahan.
Kemudian datanglah Zidan, Aksa, Amita dan 10 orang anggota yang tadi di markas ikut kesana.

"Tenang Jihan, dia pasti baik-baik saja" Aksa memeluk erat Jihan. Amita hanya diam saja, di satu sisi ia melihat tangan Aksa terluka,ia seharusnya mengobati nya namun ia segera tepis karena disana sudah ada pacarnya.

30 menit berlalu, pintu terbuka. Dokter Novi ke luar bersama kedua susternya.

"Gimana keadaannya dok?"

"Alhamdulillah, kalian segera cepat datang kesini. Dia hampir saja kehabisan darah. Untuk masalah luka di pahanya kami sudah perban. Oiya, pasien mengalami asma tadi sewaktu kalian membawa kesini" jelas dokter Novi yang membuat lainnya lega.

"Terima kasih dok" Ujar Jihan.

"Kalian bisa masuk menjenguknya.Kalau ada apa-apa bisa panggil saya. Saya pergi dulu"

Sepergian Dokter Novi dan rekan rekannya, Jihan tak sabaran ingin masuk. Hal yang pertama kali lihat adalah Zea yang diinfus tangannya lalu dipasangkan alat bantuan pernafasan. Pahanya diperban juga bagian tangannya.

"Eh beb, Gilang sama Danil mana? Kenapa mereka gak jenguk?" Aksa mengangkat bahunya acuh dengan pertanyaan Jihan.

"Mungkin mereka di ruangan Jinny kali." Sahut Zidan dan hanya anggukan kecil Jihan. Lenguhan  kecil terdengar membuat mereka semua tersadar bahwa Zea terbangun.

"Gue dirumah sakit?" Jihan mengangguk. Zea ingin sekali melepaskan alat bantu di hidungnya membuat nya sumpek.

"Hah, gak suka gue pake alat begituan."

"Ah iya, gimana keadaan Jinny?"

Pletak


Jihan menyentil dahi Zea tidak terlalu keras. Bisa bisanya Zea lebih mementingkan keadaan orang lain daripada dirinya.

"Lo gimana sih Ze, lo itu yang lebih parah. Dia gakpapa. Sekarang lihat keadaan lo"

"Ye kan cuma nanya, gue juga khawatir tau"

"Dia baik baik saja ditemani Ale" sahut Zidan. Zea lega mendengarnya.

"Jadi?"

"Apa!!! " Zea kesal entah kenapa Jihan bertanya demikian.

"Kejadian yang sebenarnya" jawab Jihan. Ia sudah sangat penasaran.

"Gue pengen ketemu Jinny. Setelah ketemu Jinny gue bakal cerita kok"

"Oke"

🥀🥀🥀

"Ale.. " Jinny memanggil lemah Ale. Matanya sembab sehabis menangis. Ale yang senantiasa menemani hanya bisa menghela nafas dan berdo'a semoga Zea baik-baik saja.

Ceklek

Pintu terbuka mampu membuat pandangan kedua orang tadi teralih. Datang Jihan yang mendorong kursi roda ditempati Zea, diikuti Aksa, Zidan dan Rachel.

"Huaa Zea!! " Untuk kesekian kalinya, Jinny benar-benar bahagia.

Jinny memeluk Zea, tangisnya pecah melihat keadaan Zea. Ia merasa bersalah karena meninggalkan Zea sendirian di pasar malam.

"Maaf" sesalnya melepaskan pelukan.

"Kenapa minta maaf?"

"Gue udah buat hari ini kacau"

"Bukan salahmu, tapi kejadian ini memang tidak sengaja bukan. Jangan salahkan dirimu, kita sama sama terluka Jin" Zea mengelus pelan punggung Jinny yang sedang terisak.

"Jadi, sebenarnya kalian ada janjian gitu?" Tanya Jihan yang rasa ingin tahunya sudah berada di pucuk.

"Jinny udah cerita tadi sama gue, mending nanti aja gue ceritain setelah keadaan membaik aja" Ujar Ale. Zea dan Jinny mengangguk setuju.

"Sebenarnya tadi itu, gue lihat Gilang keluar dari pasar malem sambil gendong Jinny. Gue panik, jadinya gue kejar. Tapi langkah Gilang gedhe banget, berakhir gue gak bisa nyusul. Gue punya ide buat ngikutin mobilnya lewat jalur tadi yang mobilnya lewati. Gue nyoba nelpon tapi hape gue malah mati. Makin lama makin capek kaki gue, gue berhenti tuh di halte. Eh tiba-tiba aja ada Alex, gue pikir dia sendirian tapi ternyata dia bawa anak buahnya dan berakhir gue dibawa sama mereka" Jelas Zea panjang lebar.

"Hape gue dimana?" Tanya Zea seraya merogoh bajunya.

"Ini" Zidan mengangkat handphone milik Zea lalu segera ia berikan pada Zea.

"Makasih ya"

Tiba tiba saja handphone Zidan berdering, ia melihat nama yang tertera lalu segera mengangkat nya.

"Gawat Dan, Gilang sama Danil mereka..... "

____________________

#Tbc

AushaltenWhere stories live. Discover now