(46) Akhir dari segalanya

10 3 0
                                    

"Maaf Tuan, bisa tolong tunjukkan KTP anda Tuan?"

Penjaga pintu masuk bendahara menelisik penampilan seorang pria paruh baya. Terlihat rambut pria itu memutih dan berjalan membungkuk.

Pria itu mencoba tenang, pria muda yang disamping nya bingung harus berbuat apa.

"Saya gak boleh biarin Tuan kabur" Gumam seseorang.

"Aduh, saya lupa bawa KTP" Wijaya mengubah suaranya menjadi seperti suara orang yang sudah tua.

"Kalau anda, apa anda putranya?"
Penjaga itu beralih menatap pria muda disamping Wijaya.

"Ah iya, ayah saya orangnya pelupa. Kalau ktp saya ada" Pria muda itu memberikan KTP miliknya.

Penjaga bendahara itu tampak menelisik KTP hingga menyeluruh. Akhirnya mereka di perbolehkan masuk ke dalam bandara.

"Syukur loh kamu memiliki ide yang lain, saya benar-benar melupakan untuk membuat KTP palsu"

Tangan kanannya itu hanya mengangguk, terdengar bunyi pemberangkatan ke London tiga puluh menit lagi. Keduanya segera bergegas pergi.

"Sepertinya nanti di dalam pesawat di cek lagi. Jadi saya minta seperti tadi ya"

Tangan kanannya itu mengangguk kembali. Akhirnya mereka berdua masuk ke dalam pesawat. Sebelum pesawat melandas, ada pemeriksaan.
Sesuai rencana tadi, Tangan kanannya melakukan hal yang sama, hal itu membuat pramugari yang memeriksa percaya.

Di sisi Gio kini, Gio benar-benar terburu-buru. Penerbangan akan berangkat sebentar lagi. Saat masuk pintu pesawat, pramugari yang bertugas memeriksa segera memeriksa.

Penampilan Gio sangat jauh berbeda dengan Gio asli. Rambutnya memakai wig hitam dengan model rambut terbaru, memakai softlens biru juga sedikit olesan make up. Benar-benar bukan seperti Gio asli. Sedangkan tangan kanannya-Faqih, penyamaran mereka berdua sama, layaknya dia sahabat yang akan pergi liburan.

Gio dan Faqih juga membuat KTP palsu, sehingga memudahkan mereka untuk masuk ke dalam.
Pemeriksaan selesai, Tidak ada satu orang pun yang dicurigai. Kini pesawat lepas landas.

Beberapa menit kemudian, tangan kanan Wijaya bernama Ares meminta izin ke toilet karena sudah tidak tahan. Bukannya ke toilet, ia malah ke ruang pramugari. Ia memberikan serbuk putih ke pramugari tersebut.

"Untuk apa ini?"

"Kalau kalian hendak memberikan makanan pada ayahku yang tua itu, tolong masukkan bubuk ini. Bubuk ini bubuk obat tidur, biasanya ayahku susah tidur. Dan Saya harus pergi ke toilet buru-buru sebelum kalian memberikannya pada Ayahku"

Tanpa menunggu jawaban dari sang pramugari, Ares pergi dengan tergesa-gesa ke toilet.

"Mari mulai permainannya Tuan"

🥀🥀🥀

Wijaya menerima makanan dari Pramugari. Karena ia sangat lapar, ia pun segera melahap makanan itu sampai habis.

Perutnya terasa kenyang saat ini, tiba-tiba ia merasa pusing. Pandangannya pun semakin memburam, dan kesadarannya pun semakin hilang.

Di lain sisi, Gio tengah mencoba untuk tenang. Sejak tadi, hatinya merasa gelisah.

"Tuan, anda makan dulu saja. Saya akan mengawasi di sekitar"

Faqih terlihat tenang meskipun matanya bergerak mengawasi. Belum Gio memakan makanannya, tiba-tiba..

Dor!!

🥀🥀🥀

"Mmmmm" Zea hanya bisa menjerit, namun suaranya tidak keluar.

Perempuan yang menculiknya menjambak keras rambut Zea, tak peduli rintihan yang dikeluarkan korbannya.

"Mmmm"

Perempuan itu melepaskan lakban di bibir Zea dengan kasar. Hingga membuat sudut bibirnya robek.

"Sebe-narnya a-pa mau -lo" Dengan nafas terengah-engah , Zea menatap penuh marah pada perempuan itu.

Bukannya menjawab, perempuan itu malah mencengkram pipi Zea. Zea sudah sangat lemah, tubuhnya sudah tak mampu melawan lagi. Tangannya masih terikat, tapi kakinya sudah terbebas dari ikatan kursi.

"Sa-kit" rintihnya lagi. Air matanya sudah tidak dapat ia bendung, meskipun orang tuanya pernah memukulnya tapi tidak separah ini.

"Heh, lebih sakitan mana kehilangan orang tua. Bokap lo juga bunuh orang tua gue yang gak bersalah"

"Sto-p" Nafasnya tersengal-sengal saat melihat pisau lipat yang dibawa perempuan itu hendak menusuk perutnya.

Perempuan tersenyum menyeringai, ia melepaskan cengkraman di pipi Zea. Lantas, ia perlahan-lahan membuka masker yang menutupi wajahnya.

"Hei"

Zea tertegun. Zea menggeleng dan berharap bahwa yang di depannya hanya ilusi semata.

"Senang bertemu dengan mantan sahabat"

Tubuh Zea bereaksi ketakutan. Jinny tersenyum menyeringai, ia memainkan kembali pisau lipatnya dan

Bless

Jinny menusukkan pisau itu pada paha Zea, Zea merasakan ada cairan kental yang keluar.

"Sebelum Lo melihat gue yang terakhir kalinya. Lo mau bilang apa sama dunia?"

"Gu-e, gu-e mau bi-lang bah-wa gu-e... " ia tidak bisa melanjutkan kata-kata nya, asmanya kambuh.

"Ga ada ya, oke gue persilahkan lo pergi ke neraka"

Jinny mengangkat balik kayu yang hendak ia pukul kan tepat di kepala Zea. Tiba-tiba

"Ingat ya, janji kita harus terus bareng kaya gini"

"Jinny, Lo gapapa kan? Siapa cowo yang berani nyakitin lo hah, biar gue kasih pelajaran"

"Jinny!!!!! Gue rindu sama lo"

"Lo tau gak, Jin-jin apa yang selalu ngasih coklat? "

"Apa tuh?"

"Ya Jinny lah, hahahahhaaa"

Suara tawa dan senyum Zea mengisi fikiran Jinny. Ia melihat kembali pada Zea yang sekarang juga melihatnya.

"Bu-nuh gue, ji-ka bi-sa buat den-dam lo ter-balas-kan" Zea seakan sudah pasrah terhadap hidupnya.

Dulu, ia juga hampir putus asa. Datanglah Jinny yang membuat semangat hidupnya kembali, ia bahkan berjanji akan terus bahagia asalkan bersama Jinny. Namun, harapan terakhir nya sudah cukup disini.

"Bu-nuh gue"

Hati Jinny tiba-tiba terluka, air matanya hampir turun tapi ia langsung mengusapnya.

"Ke-napa? Bu-nuh GUE SEKARANG" bentaknya disusul kesadaran Zea menghilang.

"Maaf"

________
Part ini berapa sih sedihnya?

Vote dan koment nya dong, masa iya mau dibilang pembaca ghoib yang cuma baca tapi gak ninggalin jejak sihh

Wkwkwkwk

Bercanda..

#Tbc

AushaltenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang