Chapter 122 ♗

97 16 4
                                    

-- 25 Ocbert, 1768 (2)

Dengan Pralta dan dua temannya Valias melalui jalanan menuju area tempat tinggal bangsa mereka. Vetra seperti sebelumnya harus melalui perjalanan dengan kain menutupi matanya.

Tadi Vetra memberitahunya tewasnya Jorel. Valias berkata.

"Aku yakin ini sesuatu yang Tuan Caessar tidak ingin orang luar sepertiku tau," respons Valias pelan. "Kau tidak harus memberitahuku, Nona."

"Saya, justru malah merasa kalau saya ingin Tuan Muda tau." Vetra berucap ragu-ragu. Pandangannya menunduk. "Tubuhnya, mengering, lalu sebelum kita bisa melakukan apapun dia sudah menjadi bangkai."

Lewat penggambaran itu Valias sebenarnya masih belum bisa membayangkan Jorel mati seperti apa. Dia berkata. "Apakah itu bunuh diri?"

"Tidak." Vetra menggeleng. "Saya tidak tau. Sebelumnya dia terlihat menjadi muda kembali entah dengan apa yang waktu itu dia telan. Tapi lalu justru malah seperti itu akhirnya."

"Dia sempat berkata tentang Anda, Tuan Muda." Vetra menoleh untuk melihat Valias. "Enrlanil, benar? Dia bilang seseorang dari bangsa itu tidak seharusnya masih ada. Tapi kemarin Tuan Norra, mengaku sebagai keturunan dari sana."

"Dia mengatakan kalau dia ingin dia bisa bicara dengan Anda. Tapi waktu itu Koubun Jaeha tidak membolehkannya."

"Dia baru meninggal di tanggal dua puluh kemarin," ujarnya melanjutkan. "Karena ada penyebab itu jugalah saya dan yang lainnya dirasa sudah tidak perlu ada di Sinfhar lagi jadi kami kembali."

"Saya, jadi ingin tau," katanya ragu-ragu. "Kira-kira, kenapa dia mau bicara dengan Anda."

Valias merespons tanpa melihat pada Vetra. "Mungkin sesuatu seperti kenapa aku ada. Dia bilang klan Enrlanil harusnya sudah tidak ada. Itu memang benar. Ibu kami satu-satunya yang bertahan dan kemudian kami lahir darinya."

"Tidak perlu memikirkannya, Nona, " Valias berujar. "Aku pun juga tidak akan memikirkannya."

Akhirnya Pralta muncul untuk membawanya kepada Rama sebagaimana yang Valias pinta. Valias mempersilahkan Vetra untuk lebih dulu membahas tentang alat komunikasi yang dia rencanakan akan buat dengan Rama. Setelah Rama memberikan persetujuannya dan berpindah bertanya pada Valias apa gerangan tujuan kedatangannya, Valias menunjukkan luka di lehernya.

Dengan menceritakan kronologinya dan memberitahukan mengapa dia sampai mencoba menemui Rama hanya karena luka setipis itu, Rama akhirnya meminta untuk ditunjukkan langsung tanamannya. Dengan bekas perkamen robek Valias memberikan kemudahan pada Vetra untuk menetapkan tujuan dari sihir berpindahnya.

Rama sempat terhenyak dengan pemandangan tempat yang dia lihat, tapi lalu memfokuskan dirinya dengan pada tujuan apa dia sebenarnya ke sana.

Rama berkata kalau dia akan mencaritau tentang penawar dari tumbuhan itu sekembalinya mereka ke balai pertemuan elf. Memberikan saran yang sama dengan yang diberikan Alister dan Norra.

Hal yang kemudian dia tanyakan adalah hal apa yang Valias temukan di tempat tadi, jadi Valias menunjukkan yang ada di tangan kirinya.

"Ini ada di luar rencanaku, tapi beginilah yang sudah terjadi."

Valias tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya langsung mengucap pamit. Vetra yang lebih dulu menyempatkan diri menyerahkan batu pemfokus energi sihir selayaknya yang ada pada tongkatnya. Dengan itu Vetra yakin sang batu bisa menjadi alternatif cara berkomunikasi dengan para elf sebelum Vetra merakit alat komunikasi yang memungkinkan orang seperti Valias dan Frey yang tidak memiliki mana energi sihir untuk menggunakannya.

Vetra berkata pada Valias kalau dia akan turut ikut mencari sesuatu tentang tumbuhan itu, dan dalam prosesnya dia memohon agar Valias tidak akan sampai mempunyai luka baru.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang