PWM || Mabuk - 2

319 42 12
                                    

Keheningan menyelimuti dua pasangan, hingga memasuki rumah. Rain mengendus di sekitar leher Phayu, ia dapat merasakan embusan napas Rain di sana.

Phayu terus menggendongnya, ia membawa Rain ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh Rain. Meski dirinya kecewa, Rain tetaplah membutuhkan bantuannya.

Ia mendudukkan Rain di meja wastafel, lalu pergi dari hadapan Rain, untuk mengatur air hangat di bak mandi.

Sementara Rain, merasakan suhu tubuhnya menjadi lebih panas setelah Phayu menggendongnya. Dengan keadaan setengah sadar, ia berusaha melepaskan kain yang menutupi tubuhnya.

Kemeja coklat yang ia jadikan sebagai luaran, sudah tergeletak. Satu persatu kain di tubuhnya menghilang, hanya tersisa celana boxser berwarna abu-abu.

Samar-samar, ia melihat seseorang tengah membelakangi dirinya di tempat yang tidak asing. Rain mencoba turun, karena rasa panas semakin menjalar.

Di saat Phayu hendak berdiri, dirinya terkejut sebuah tangan memegangi lehernya dan satu tangan lainnya, memegang kemaluannya dibalik celana. Sementara anggota tubuh lain, menggesekkan diri padanya.

"Rain." Phayu membalik keadaan, ia memegang kedua tangan Rain, mengangkat tubuh itu, dan mendudukkannya di bak mandi.

Phayu melepaskan celana boxser, milik Rain. Ia menjaga fokusnya untuk memandikan Rain, namun sentuhan pada tubuh Rain dari tangan Phayu, membuat si pemilik tubuh mendesis.

"Phi ... Phi," ringis Rain. Ia menggosokkan kemaluan di lengan Phayu, saat tangan itu mengusap paha Rain.

"Rain, jadilah anak baik." Phayu tidak menghiraukan kebutuhan Rain, ia tetap fokus memandikan Rain sampai selesai.

Phayu pergi membersihkan diri, setelah memakaikan piyama pakai Rain, dan memastikannya tidur. Namun, ia bingung saat keluar dari kamar mandi.

Piyama yang ia kenakan untuk Rain, kini berada di lantai, memberinya pemandangan tak membosankan, tiap Phayu melihat tubuh tanpa kain itu.

Dirinya dapat menyimpulkan bahwa tadi, Rain tidaklah tidur, melainkan hanya memejamkan mata. Bahkan, tubuh itu mengubah posisinya, dari telentang menjadi tengkurap.

Seringai terbentuk di sudut kanan bibirnya. "Kamu harus menggunakan kata-kata, jika ingin mendapatkan sesuatu," ucap Phayu di telinga kanan Rain, diikuti embusan.

Rain mendongak, matanya berbinar. "Maafkan aku, Phi ... a-aku salah, aku tidak akan mengulanginya, janji," jawab Rain, saat dirinya berusaha akan duduk. Tubuh yang lebih tinggi, sudah lebih dulu memegangi kedua tangannya.

"Benarkah?" Phayu memainkan jari-jarinya di pantat Rain, membuat gambar-gambar tak terlihat di sana.

Rain merasa tergelitik, ia mencoba melepaskan pegangan Phayu di lengannya. Tetapi, tangan itu kini terkunci di atas kepalanya.

Tangan kiri Phayu semakin menguasai tubuh belakangnya, jari-jari itu perlahan naik ke pinggangnya, memberi Rain untuk bernapas. Akan tetapi, itu hanya dalam pikiran Rain.

Jari-jari Phayu kembali turun ke pantat, meski hanya satu tangan, ia mampu membuka kedua belahan yang sudah memanggilnya sejak Phayu keluar dari kamar mandi.

Rain terkesiap, merasakan jari Phayu memasuki dirinya satu persatu.

"Ahh ... Phi, Phi aku mohon, aku, akhh ... Phi." Rain bisa merasakan, empat jari berada di dalam dirinya saat ini.

"Ingin apa ... hmm, katakan pada Phi," ucap Phayu sensual, di telinga kiri Rain.

"A-akhh, aku ingin merasakan penismu di dalam diriku, tiduri aku sekeras mungkin, Phi ... kumohon."

PLAYING WITH MEWhere stories live. Discover now