PWM || Misi - 2

239 35 5
                                    

"Turunkan aku!" teriak Phugun, namun tidak digubris oleh Cirrus.

Meski Phugun terus memberontak, pria jangkung itu tetap mengangkat tubuh mungil sang pemuda ke atas bahunya, bak seorang penculik membawa korbannya.

"Phi Cir!" Phugun memanggilnya kembali, berharap agar ia dilepaskan.

Lagi-lagi mereka menjadi tontonan, bagi mahasiswa dan mahasiswi yang berada di luar untuk pulang, seusai kelas.

Cirrus terpaksa menggunakan metode tersebut, agar Phugun ikut masuk ke dalam mobilnya. Sebab, Phugun sudah lebih dulu melarikan diri darinya, ketika Cirrus keluar dari mobil.

"Aku sudah melepaskanmu, jadi jangan marah padaku," ucap Cirrus, menutup pintu mobil. Ia mencondongkan tubuhnya pada Phugun, begitu dekat.

Hingga Phugun memalingkan wajahnya, ke sisi kiri.

"Menurutmu, aku akan menciummu di sini?" tanya Cirrus cekikikan melihat semburat merah, di kulit wajah Phugun.

"Aku hanya memakaikan sabuk pengaman, agar istriku baik-baik saja," lontarnya, menepuk-nepuk pelan kepala Phugun.

"Berhenti bertingkah, itu tidak cocok untuk pria sepertimu," dengus Phugun. Ia menyilangkan kedua tangannya dan masih menatap ke arah kiri.

"Lehermu akan pegal, sesekali lihat kemari dan ke depan," kata Cirrus, dirinya melajukan kendaraan dengan kecepatan normal.

Perjalanan pulang yang begitu hening, membuat Cirrus bergelut dengan pikirannya. Ia memikirkan berbagai cara agar memenangkan hati orang di sampingnya, yang sedang terlelap.

"Aku sangat ingin melihat senyum indahmu, Phu," gumam Cirrus, mengelus pipi halus milik Phugun, saat mobilnya memasuki halaman rumah.

Ia bermaksud untuk membangunkan Phugun, tetapi hal itu hanya akan dibuang, jika Cirrus memiliki kesempatan.

Dirinya kembali mengangkat Phugun, akan tetapi dengan cara yang berbeda.

Cirrus membawanya dalam gendongan pengantin, hingga tangan kiri itu menjuntai, terlihat seperti sedang menyapa udara dalam posisi terbalik. Ia menaiki anak tangga dan membaringkan Phugun di kasur miliknya.

Tubuh itu menggeliat, menyamankan dirinya di tempat tidur. Hingga, sebuah senyum terukir indah, dari bibir tipis Cirrus. Ia pergi meninggalkan Phugun, yang berada di dunia mimpi.

Atap yang berwarna putih, merupakan hal pertama yang dilihat oleh seseorang saat matanya terbuka. Dirinya dapat mencium aroma kayu cendana serta citrus bersamaan, begitu menenangkan dan menyegarkan tubuhnya.

Dirinya diam beberapa detik, sampai Phugun sadar, bahwa ia tidak berada di rumah ibunya ataupun di kamar miliknya.

Phugun menyingkapkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Masih sama. Tapi, kenapa Phi Cir membawaku ke kamarnya?"

Dirinya bangkit, berjalan keluar. Saat Phugun hampir mencapai lantai dasar, ia dapat melihat seorang pria sedang memasak dan bersenandung. Seperti yang selalu Cirrus lakukan, akan tetapi ada yang membuatnya penasaran.

Phugun melangkahkan kakinya sepelan mungkin, saat pria itu membalikkan badan, dirinya dibuat terkejut karena penampilan Cirrus.

"Kamu sudah bangun rupanya, inginku buatkan susu, lalu makan malam, atau mandi lebih dulu?" tanya Cirrus, ia berjalan ke arah Phugun yang berdiri, tak jauh darinya dengan mulut ternganga.

"T-tidak, berhenti di situ," kata Phugun terbata, ia sedikit mundur dari tempatnya berdiri.

"Ada apa?" tanya Cirrus, heran.

PLAYING WITH MEWhere stories live. Discover now