Chapter 124 ♗

84 18 6
                                    

-- 29 Ocbert, 1768 (2)

Wistar dan Dylan keduanya ada di area dimana juru masak istana membuat makanan untuk keluarga istananya maupun ketika ada acara-acara perjamuan di istana. Hanya dengan sepasang kursi sederhana dan meja kecil yang ringan mudah digeser dan diangkat ke mana-mana yang disediakan oleh seorang asisten juru masak yang sudah sangat akrab dengan kehadiran Wistar di area kerjanya pangeran Hayden dan putra Duke itu sudah disajikan sepiring makanan yang sesuai dengan porsi yang akan mengenyangkan mereka.

Di kala keduanya sama-sama sudah mulai memakan makanan mereka masing-masing, di sela makannya itulah Dylan mulai bicara.

"Rupanya kau memikirkan banyak hal. Aku salah menilaimu selama ini." Dia berucap pelan sebagai pengawal.

"Aku mengerti alasan dari caramu bersikap selama ini." Dia memasukkan sebuah potongan kecil kentang ke mulutnya. "Berkat ceritamu tadi."

"Jika itu benar maka kau memang mempunyai niat yang baik. Beberapa orang salah menangkap maksudmu. Aku termasuk," ujarnya.

"Menurutku kau tidak perlu murung menyalahkan dirimu sendiri," katanya. "Dalam segi kecerdasan dan kecepatan berpikir mungkin Yang Mulia Frey dan Valias memang lebih unggul darimu. Tapi bukan berarti itu menjadikanmu tidak bernilai atau tidak berguna."

"Kurasa hal yang paling tepat untuk dilakukan adalah lebih dulu menunjukkan keahlian apa sebenarnya yang kau miliki," ucapnya. "Dalam hal apa Yang Mulia Frey akan bisa mengandalkanmu." Dylan menunjuk ke arah Wistar di depannya dengan ujung garpunya. "Aku akan membantumu mencari celah atau kesempatan dimana kau akhirnya bisa menunjukkan bagaimana dia bisa mengandalkanmu atas sesuatu."

"Jika Yang Mulia Frey masih seterusnya menghindarimu dan tidak menyukai keberadaanmu di dekatnya maka biarkan saja. Kau tidak perlu memaksa untuk kau ada di dekatnya ketika dia memang tidak membutuhkanmu dan dia sudah punya orang yang lebih dulu dia sukai berada bersamanya. Yaitu Valias."

"Kau mau membantu Yang Mulia Frey dan Valias jika memang kau bisa, kan? Terkait apa yang akan menghampiri Hayden."

"Yang kau lakukan seperti tadi itu sudah cukup," dia memberitahukan pendapatnya. "Setidaknya kau sudah mencoba memikirkan sesuatu dengan batas kemampuan yang kau punya. Yang sudah kita diskusikan tadi, kita bisa menyampaikannya pada Valias. Entah apakah itu sesuatu yang sudah dipikirkan juga olehnya dan Yang Mulia Frey, tapi kita tunjukkan dulu saja apa yang menjadi hasil pemikiran kita tadi. Mungkin Yang Mulia Frey akan lebih dulu mempunyai wajah masam ketika dia melihatmu dan lebih dulu menyepelekan perkataanmu. Tapi kita tau Valias tidaklah seperti itu. Biarkan Valias menjadi yang menilai apakah ide kita bisa digunakan atau tidak. Selanjutnya pasti Valias bisa mengurus sisanya."

"Kau bilang kau mau mendukung Yang Mulia Frey," lanjutnya. "Jika begitu ketika kau sungguh-sungguh berhasil membantunya apakah kau akan berharap untuk dia memuji atau berterimakasih padamu? Jika dia tidak melakukannya apakah kau akan kecewa dan murung lagi?" tanya Dylan.

Wistar terhenyak. Dia menjawab. "Tidak. Aku hanya mau berkontribusi untuk Hayden dan membantu Kak Frey. Aku tidak mengharapkan balasan apapun."

Dylan memandangi Wistar datar. Menaruh pandangannya pada piring makanannya untuk menyiapkan irisan daging baru. "Baiklah kalau begitu. Pegang perkataanmu."

"Kalaupun tidak ada yang menghargai niat baikmu setidaknya kau tau kalau aku tau." Dylan memandang Wistar. "Aku yang menjadi saksi dari usaha dan niat baikmu. Kupikir selama ada satu yang mengetahui kebenarannya, maka itu sudah cukup?" Dylan menaikkan sebelah alisnya.

Wistar tercenung. Lantas tertawa. "Ya ya. Aku tidak mempedulikan itu."

"Aku hanya mau menjaga keluargaku." Wistar merendahkan pandangannya dengan senyuman kecut. Binar matanya pahit. "Kak Azna, Kak Frey, dan ibu. Aku tidak memiliki banyak hal yang kuinginkan."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now