Chapter 126 ♗

77 14 6
                                    

-- 29 Ocbert, 1768 (4)

Valias belum tau apa yang harus dia lakukan di dalam tes itu untuk bisa dianggap lolos oleh sang dewi. Pertama ingin mencari tau apakah dia akan bisa menemukan seseorang. Siapapun yang dia temukan bisa jadi hanya tokoh buatan sang dewi saja. Dia tidak akan terkejut jika tokoh itu didasarkan pada ingatan yang dia punya. Apapun itu dia harus mencari seseorang dulu, semoga dia bisa menemukan petunjuk.

Dia merasa dirinya yang sekarang ini hadir dalam wujud roh. Bisa jadi roh nya dan Norra sama-sama tidak ada mengisi tubuh mereka. Mungkin Rhinel dan Edgar terkejut melihat tubuh mereka dalam keadaan koma atau bahkan tidak terisi satu jiwa pun sehingga jantung di tubuh itu pun tidak berdetak.

Dia khawatir lama waktu yang dia butuhkan untuk menyelesaikan tes ini akan memberikan suatu efek tertentu pada tubuh mereka di sana. Dia berharap dia bisa menyelesaikan tes ini dengan baik.

Mungkin karena dia dalam wujud roh, baru dia sadari kalau dia tidak benar-benar butuh bernapas. Dia bisa menahan napasnya selama apapun dan dia tidak akan kepayahan.

Tapi berjalan dengan langkah cepat seperti ini justru malah membuatnya merasa letih. Rasanya jauh lebih melelahkan ketimbang dia berlari dengan sebuah tubuh. Di sini dia mulai berdoa semoga tidak akan ada yang terjadi padanya. Karena, bagaimanapun, dia sudah berjanji pada Norra, dan Frey, kalau mereka akan memastikan Hayden selamat di masa depan. Jadi dia tidak boleh membiarkan apapun terjadi padanya di sini.

Dia bertujuan kepada istana. Karena tempat itulah yang paling dekat dengan lokasinya saat ini, dan dia berharap, dia bisa menemukan suatu sosok yang bisa memberinya petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya di sini.

Gerbang istana dalam keadaan tertutup, tapi dia bisa mendorongnya terbuka membuat ruang yang cukup untuk dia bisa melewatinya. Lalu dia mencapai pintu utama istana, sama seperti dengan gerbang tadi, dia bisa membukanya.

Dia mengingat-ingat jalan yang waktu itu pernah dia lewati dengan Wistar saat dia belum memiliki perkamen untuk dia bisa berpindah langsung ke ruangan Frey tanpa kesulitan.

Dia rasa dia berhasil menemukan jalan ke tempat dimana ruangan Frey berada.

Dia membukanya.

Tapi yang dia lihat bukanlah Frey, melainkan,

"Siapa kau?" Orang yang menduduki bangku milik Frey itu bertanya.

Bukan Frey, melainkan,

"Tuan Lucius?"

Itu Lucius. Dia melihat Valias tidak mengerti. "Siapa kau? Kenapa kau seenaknya masuk?"

Valias menjadi tidak tau dia harus bereaksi apa.

"Saya Valias Bardev."

"Bardev?" Mata Lucius membuka lebar. "Kau seorang anak dari Count Bardev?"

"Tapi aku tidak pernah tau tentang adanya anak ketiga," Lucius mengernyit. "Apalagi kau lebih besar dari Danial Bardev."

"Di mana kau tinggal selama ini? Aku tidak sekalipun melihatmu di upacara pemakaman saat itu. Aku ragu seseorang melihatmu sama sekali. Kau tau keluargamu sudah tidak ada?"

Valias butuh waktu untuk beradaptasi dengan apa yang tengah dihadapinya saat ini. "Itu tidak penting."

"Di mana Yang Mulia Frey?"

Lucius terdiam.

"Dia sudah tidak ada. Sesuatu menewaskannya di hari ulang tahunnya saat itu."

"Dari mana kau sebenarnya?" Lucius mengerutkan kening tak habis mikir.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now