Chapter 127 ♗

80 13 6
                                    

(19:15, 1/5/2024): Gak boong, kayaknya selama ini aku salah mempergunakan istilah bukit. Yang tempat persembunyian kelompok Kei itu, yang di area wilayah Adelard, walaupun gak tinggi tapi tetep aja termasuk gunung yak? Bukit mah, kayak cuma gundukan tanah doang gak sih. Ih tak paham ゜:(つд⊂):゜。

______________

Dengan Vetra dia sedikit berdiskusi dengan mage perempuan itu. Dia bertanya apakah ada mantra yang bisa membuat Vetra terlindung dari langit merah di luar sana itu. Tapi lalu Valias sudah langsung terpikir cara lain.

"Nona. Bisa kau buatkan aku perkamen robek? Kau tidak perlu ikut denganku. Cukup kirim aku ke sana. Aku akan sendirian menemui mereka. Dengan perkamen itu aku akan dapat dimudahkan untuk kembali kemari."

Vetra terperanjat. "Tidak, Tuan. Mana bisa hanya begitu?"

Dia lalu bertanya. "Tuan, tidak kenapa-napa di luar sana? Anda tidak melepuh?"

"Dengan alasan yang tidak begitu ku ketahui aku tidak memperoleh reaksi yang sama." Valias menjawab. "Aku tidak memiliki masalah berkeliaran di luar sana di waktu-waktu siang seperti ini sekalipun."

"Kita lakukan dengan cara itu saja, Nona. Kita tidak bisa membuang-buang waktu."

Walaupun Vetra merasa cemas membiarkan sosok remaja yang lebih muda darinya itu pergi keluar sana sendirian, Vetra tidak dapat menyangkal kalau dia tidak bisa keluar sana menemaninya. Karena mantra untuk melindungi diri dari langitu merah itu tidaklah ada.

Valias diberikan kantung spatial dan beberapa perkamen robek. Dia memberikan petunjuk kemana dia ingin dikirim dan Vetra hanya berhasil memindahkannya ke area perbukitan di wilayah Duke Adelard.

Dia tidak tau di mana gua itu berlokasi. Dia harus mencarinya sendiri.

Sekitar satu jam lebih dia melakukan pencarian itu. Tidak perlu mengalami sakit kaki atau bahkan berkeringat. Dan akhirnya, dia menemukan sebuah gua. Beberapa orang dari kelompok itu tampak berada di dekat mulut gua.

Valias mendekati mereka dan mereka yang menyadari keberadaannya memelototkan mata, memberitahu teman-teman mereka yang di belakang kalau seseorang berada di luar tanpa apapun menutupi atas kepalanya.

Valias melihat Oza muncul di antara orang-orang kelompok Kei itu. Terperangah, tapi kemudian memggeretakkan gigi, lewat gerakan mulutnya Valias menduga Oza memberitahu teman-temannya untuk bersiap untuk waspada.

Valias sudah berada di mulut gua, mereka yang ada di depannya mempunyai bentuk posisi tubuh siaga, tangan berada pada gagang senjata masing-masing.

Valias berkata memperkenalkan dirinya. "Namaku Valias. Aku bukan seseorang dari dunia ini dan aku punya sesuatu untuk kuberitahukan pada kalian." Dia langsung saja ke intinya tanpa membuang waktu sedikitpun. "Hayden akan hancur di tangan tiga kerajaan tetangga di benua Reiss ini pada 1 Inre nanti. Waktu yang tersisa sudah tidaklah banyak. Dalam selang waktu ini aku merasa seseorang dari kalian bisa membantu mengantisipasi keadaan itu."

"Tuan Kei Patra. Aku meminta untuk bisa bertemu dengannya."

Orang-orang anggota kelompok Kei itu menoleh ke belakang untuk melihat reaksi orang yang namanya disebut itu. Mereka yang menolehkan kepala hingga posisi berdiri mereka menjadi menyamping membuat Valias mempunyai ruang untuk melihat keberadaan sosok laki-laki yang sudah kelewat familiar baginya itu di dalam sana. Bersandar pada dinding gua, pedang tergeletak di dekat tangannya. Kepalanya tertunduk tapi matanya yang setajam makhluk buas itu melihat langsung kepada Valias.

"Kau bilang Kei? Bukan dari dunia ini, katamu? Hayden akan hancur dalam waktu yang dekat ini? Apa yang sebenarnya kau bicarakan? Lagipula siapa kau sebenarnya?" tanya Oza berentet.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now