6. Tentang Genta

5.1K 401 12
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya untuk si cewek gila kita Djejen. Terima kasih...

***

Teman tidak punya, sahabat tidak punya, kenalan juga tidak punya. Semarang adalah kampung halaman Wisnu dan Widya. Tapi Djenar sendiri jarang mengunjungi kota ini. Makanya kenapa Wisnu ngotot sekali untuk kembali ke Semarang setelah pengabdiannya selesai.

Semarang itu panas, memang iya. Lebih panas dari Jakarta? Tentu saja menurut Djenar iya, menyengat. Hari kedua nya di Semarang, pagi-pagi sekali Djenar sudah menemani Sofia ke pasar. Habisnya dia mau apa lagi, Djenar tidak ada kerjaan di sini.

Djenar mulai mengingat-ingat lagi berapa banyak kota yang sudah dia singgahi selama tinggal bersama dengan Wisnu dan Sofia. Dari ujung sampai ke ujung rasanya sudah. Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Jawa apa lagi jangan ditanya. Hidup mereka berpindah-pindah. Bahkan Djenar sempat merasakan tinggal di Amerika sebentar saat Wisnu mengenyam pendidikan lanjutan.

"Tan, Djenar besok balik loh." kata Djenar saat dia sedang mengeluarkan belanjaan mereka, membantu Sofia.

"Ah, biasa kamu kalau pulang kan sebentar memang. Sehari saja pernah. Sore ini datang besoknya sudah balik." sahut Sofia cuek.

"Mbak Tia nggak ke sini Tan?" Sofia menghentikan gerakan tangannya, membiarkan tangannya mengambang di udara. Kemudian dia mendesah pelan.

"Tia kan sudah berkeluarga Djen. Tante juga maklum kalau mereka nggak bisa sering-sering ke mari." Sofia hanya menghibur diri di balik kata maklum.

Djenar sebenarnya bingung apa yang terjadi pada keluarga ini. Semenjak Listia menikah dan tinggal bersama suaminya, sepupunya jarang pulang. Hampir tidak pernah pulang kalau yang Djenar dengar dari Sofia.

Belum lagi Wisnu yang acuh. Seolah tidak peduli dengan kabar anak perempuannya. Djenar pernah mendengar sekali Wisnu mengatakan kalau mungkin Listia akan pulang kalau sudah tinggal jasadnya saja. Djenar sampai merinding mendengarnya.

Listia, kakak sepupunya itu punya kehidupan dambaan semua orang. Cantik, pintar, keluarga yang baik, mudah bergaul, dan masih banyak lagi kelebihannya. Seperti kebanyakan perempuan lainnya, dan seperti Djenar juga. Listia tidak bisa di dikte.

Dia akan jalan kalau ingin jalan, berhenti kalau ingin berhenti, dan diam kalau dia ingin diam. Role model bagi Djenar yang sayangnya Djenar tidak bisa seperti Listia. Djenar tidak setangguh Listia, Djenar termasuk cengeng. Hatinya selalu tidak tega pada apapun.

Kadang Djenar suka berpikir, kenapa sulit sekali untuk bisa setangguh sepupunya itu. Pada akhirnya Djenar sampai pada suatu konklusi kalau dia memang tidak berbakat saja seperti Listia. Mungkin Djenar punya bakat yang lain. Seberapa mati-matiannya dia mencoba seperti Listia pun dia tidak akan bisa.

Listia itu anak kebanggaan Wisnu, bahkan melebihi Levian sekalipun. Pokoknya di rumah ini tidak ada yang seistimewa Listia. Keras kepalanya Listia justru malah membuatnya semakin keren di mata Djenar.

"Kamu juga nanti kalau sudah punya suami bakalan sibuk sama keluarga kamu sendiri. Sekarang saja belum ada." ujar Sofia.

Suami? Djenar sudah tiga puluh tahun. Mungkin kebanyakan orang akan menikah di usia itu. Tapi banyak juga yang belum. Paula saja belum menikah, sama sepertinya. Lagipula Djenar tidak yakin akan segera menemukan jodohnya dalam waktu dekat.

Djenar masih berusaha mencari tahu tentang ayahnya meskipun dia tidak memiliki clue apa-apa. Kepulangannya juga menjadi salah satu cara untuk mengorek informasi lebih dalam lagi meskipun Wisnu sudah bilang dia tidak tahu.

Entah mengapa Djenar merasa semuanya janggal. Tidak mungkin Wisnu tidak tahu hubungan ibunya dengan ayahnya. Masa ibunya sama sekali tidak pernah menceritakan dia sedang dekat dengan siapa. Bahkan apa pekerjaan ibunya saja Djenar tidak tahu. Nama perusahaan tempat ibunya bekerja saja Djenar belum bisa mendapatkannya dari Wisnu.

Buku Resep Cinta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang