10. PEREMPUAN PELACUR!

420 53 37
                                    

“Mau sekotor apapun berlian, jika kembali dicuci ia akan kembali menjadi berlian, dan tetap berlian.”

—Afif Rafasya As-shidiq


.
.
.
.
.

"Maaf, Paman. Maaf, aku nggak bisa menjaga kehormatan aku."

Afifah sedang berlutut dihadapan sang Paman yang tengah duduk diatas sofa itu dengan wajah yang masih pucat sebab masih belum sembuh dari sakitnya.

"Malam itu, mungkin menjadi saksi bahwa aku sudah kehilangan kehormatan sebagai seorang perempuan."

Paman Afifah yang biasa dipanggil Zen itu mengelus lembut ujung kepala keponakannya. "Cukup menyalahkan diri kamu karna ini kecelakaan, Nak."

Zen ini memang sangat menyayangi keponakannya sebab ini adalah keponakan satu-satunya, apalagi setelah orangtuanya memiliki keluarga baru, karna, siapa lagi jika bukan dirinya yang menyayanginya, hanya ia yang Afifah punya.

"Paman, aku izin untuk menikah,"

Zen mengerutkan keningnya setelah mendengar kata itu keluar. "Menikah? Laki-laki itu bertanggung jawab?"

"Tidak, Paman. Laki-laki yang akan menikahi aku adalah Gus Afif, cucu dari Kyai Farhan. Beliau berniat ingin mengambil mahkota aku yang sempat terjatuh."

Zen tersenyum, ia benar-benar senang mendengar jika ada laki-laki yang berniat menikahi Afifah. "Bagitu mulia hati laki-laki itu,"

"Aku minta alamat rumah Ayah, Paman."

Namun, Zen kembali terdiam.

"Paman?"

"Paman tidak tahu dimana keberadaan Ayah kamu, Afifah. Bahkan nomor ponselnya pun tidak aktif lagi."

"Kalo Ibu? Dimana Ibu berada, Paman?"

"Ibu kamu pun Paman tidak tahu, Nak. Mereka sibuk mengurus keluarga mereka sendiri sampai-sampai melupakan putrinya sendiri. Biarkan saja, biar Paman yang menjadi wali kamu."

•••••••••••••

"HAH?! N-NIKAH?!"

Kedua teman Afifah benar-benar terkejut bukan main setelah mendengar kabar jika Afifah akan menikah, bahkan dengan laki-laki yang dikaguminya. Antar senang dan tak percaya dicampur menjadi satu.

"Kok bisa?!"

"Maaf aku baru cerita. Sebenarnya, malam setelah aku pulang dari rumah Paman, aku dilecehkan oleh laki-laki tak aku kenal. Aku nangis, sampai akhirnya aku dihampiri oleh Gus Afif dan aku menceritakan semuanya pada Gus Afif, dan yang paling aku tidak menyangka, Gus Afif ingin menikahi aku untuk mengambil mahkota aku yang sempat terjatuh."

Keduanya terpukau mendengar cerita dari sang teman, apalagi Dinda yang memang sangat berharap jika Afifah bisa bersanding dengan Afif.

"Tolong kalian jangan bicarakan hal itu pada siapapun. Tolong jaga aib aku."

"Iya, Fah. Tenang aja." ucap Rayna.

"Kamu hamil emangnya, Fah?" tanya Dinda.

Afifah menggeleng. "Aku nggak tahu. Tapi, sebelum aku hamil, aku akan menikah dengan Gus Afif."

Ingat, hanya ada mereka didalam kamar ini. Tapi, tak tahu ada siapa diluar sana yang tengah mendengar obrolan keduanya.

"Perempuan pelacur seperti ini dinikahi Gus?"

••••••••••••

"Bunda, kenapa diem terus?" Alif menghampiri sang istri yang tengah terbaring diatas kasur sembari menatap langit langit kamar dengan tatapan kosong.

Alif duduk dan meraih paha Alea yang tertutup selimut. "Bunda sakit?"

"Bunda sedih."

"Sedih karna Afif akan menikahi perempuan itu?"

"Bunda bangga karna Afif benar-benar menghargai seorang perempuan. Bunda cuman nggak menyangka, putra manja kita saat ini sudah berani akan berumah tangga. Apa dia bisa membimbing istrinya nanti? Anaknya?"

"Kita do'akan saja, semoga niat baik putra kita diridhoi Allah."

Alea mengubah posisinya menjadi duduk. "Abba, masalah rumah tangga itu besar. Entah masalah ekonomi, masalah orang ketiga, mereka masih terlalu muda untuk mengurus rumah tangga, ego mereka masih kuat. Apalagi saat ini Afif tidak bekerja,"

"Bunda sudah dengar, kan yang Afif bilang? Ia akan mencari pekerjaan setelah menikah, supaya bisa menghidupi keluarganya."

"Dan bagaimana kalo orang-orang mendengar jika Afifah hamil diluar nikah, dan mereka mengira Afif yang melakukan?"

"Bunda tidak usah khawatir, cukup percaya sama Allah. Ini adalah skenario Allah yang sudah dibuat, dan yakin akan baik. Anggap saja, ucapan mereka itu menjadi penggugur dosa bagi mereka."

••••••••••••

"Yang mana perempuan pelacur itu? Yang ditengah, ya?"

"Kok bisa, sih, santri hamil diluar nikah?"

"Bukannya Afifah itu santri paling aktif dan paling rajin ibadah? Kok hamil sebelum nikah?"

Saat tengah berjalan, tiba-tiba santri-santri yang ketiga orang lalui ini berbicara seperti itu pada Afifah. Apa yang terjadi? Siapa yang memberi tahu?

"Din, kok mereka bisa tau?" bisik Rayna pada Dinda saat tengah berjalan.

"Aku juga nggak tau, Ray. Ini ada yang nggak beres deh kayaknya."

Beda halnya dengan Afifah yang langsung kembali lagi ke kamar setelah mendengar ucapan-ucapan teman-temannya itu. Hal itu membuat kedua teman Afifah ini menghampiri mereka.

"Heh! Sopan kamu ngomong kaya gitu?!" ujar Dinda pada salah seorang santri putri.

"Tau nih! Siapa yang bilang kalo Afifah itu pelacur?"

"Loh? Khaila yang bilang, katanya Afifah hamil diluar nikah dan mau dinikahkan sama Gus Afif, ya?"

"Dih, Khaila aneh!" ucap Rayna berdecak kesal.

"Fitnah itu, nggak gitu! Mereka emang mau nikah, tapi bukan karna hamil diluar nikah, karna dijodohkan!" sambung Dinda.

"Kita sih dengernya kaya gitu."

"Makanya kalo ada gosip itu dicari tau dulu, jangan asal hujat orang!"

KISAH KITA Where stories live. Discover now