12. MENGENAL LEBIH JAUH

487 61 16
                                    

“Rasanya, seperti aku yang menggenggam dunia ini setelah aku memilikimu.”

—Afifah As-syifa

.
.
.
.
.

Adzan subuh berkumandang dan terdengar disetiap sudut rumah-rumah yang berada disekitaran. Orang-orang bangun dari tidurnya untuk melaksanakan Ibadah wajib.

Beda halnya dengan Afif yang sebelum Adzan berkumandang ia sudah lebih dulu bangun. Ia justru saat ini tengah memiringkan tubuhnya menghadap pada sang istri yang masih tertidur pulas.

"Mau bangunin, tapi kasihan." ucap Afif menatap lekat wajah perempuan ini.

Matanya benar-benar lekat menatap Afifah yang tertidur itu, rasanya dirinya merasakan kenikmatan saat melihat wajah perempuan yang sudah menjadi mahramnya ini, mungkin karna dirinya jarang menatap perempuan selain Ibunya. 

"Cantik," satu kata yang keluar dari mulut Afif beberapa detik sebelum perempuan itu melenguh dan membuka kedua matanya.

Sontak Afifah yang belum sempat menghembuskan nafasnya terkejut dan langsung mengubah posisinya menjadi duduk saat melihat Afif yang tengah menatapnya.

"G-gus n-ngapain?" tanyanya gugup, dirinya benar-benar merasa malu, bagaimana jika dirinya tengah memasang wajah jelek saat tertidur dan dilihat oleh Afif?

Afif mengubah posisinya menjadi duduk. "Maaf karna sudah buat kamu terkejut. Tadinya saya mau bangunin kamu buat sholat subuh, tapi kamu kelihatan nyenyak."

Perempuan ini menatap ke arah jam dinding dan kembali menatap Afif. "Oh, maaf. Saya semalam tidak bisa tidur, jadi kebablasan hehe,"

"Yasudah, kalo begitu, saya duluan ya yang ke kamar mandi."

"Iya, Gus. Silahkan."

...

"Assalamu'alaikum warahmatullah,"

"Assalamu'alaikum warahmatullah,"

Afif memutar kepalanya ke kanan lalu kiri dan diikuti oleh makmum dibelakangnya menandakan sholat telah selesai.

Laki-laki ini membalikkan tubuhnya, lalu mengulurkan tangannya agar sang istri menyalimi punggung tangannya.

"Saya minta izin sama kamu,"

"Minta izin apa, Gus?"

"Hari ini, saya mau cari pekerjaan. Jangan lupa do'akan saya supaya bisa cepat-cepat dapat pekerjaan."

Afifah tersenyum, namun dirinya merasa bersalah sebab dirinya lah Afif harus mencari pekerjaan. "Maaf, Gus. Mungkin jika Gus tidak menikahi saya, Gus tidak perlu bekerja keras seperti ini."

"Bukannya laki-laki memang harus menjadi pekerja keras? Pun jika saya tidak menikah dengan kamu, suatu saat saya akan mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarga saya."

"Tapi, bagaimana dengan kuliah?" tanya Afifah.

"Pagi saya kuliah masuk, setelah kuliah, saya mencari pekerjaan,"

KISAH KITA Where stories live. Discover now