02. PAWAI OBOR

2.2K 147 2
                                    

"Happy reading"

......

Malam sudah tiba, setelah sholat isya dan sholat tarawih berjamaah para santri semuanya keluar dari gerbang pesantren dengan membawa obor dan sebagian membawa alat marawis diatas mobil pickup. Santri putra maupun putri berjalan mengelilingi dari rumah ke rumah sembari membawa obor dan bershalawat.

Para pengurus bahkan pemilik pondok pun juga ikut pawai, walaupun menaik mobil sebab tak kuat untuk berjalan terlalu jauh. Alif, Alea bahkan Regan dan Azizah pun ikut bersama meramaikan pawai obor untuk menyambut bulan suci ramadan.

"kenapa santri itu seperti terus menatap?"

Beberapa kali ia bertanya pada dirinya, apa yang maksud santri putri yang selalu membuatnya salah fokus, sebab saat Afif tak sengaja menatap santri itu, santri itu justru malah mengalihkan pandangannya, seperti tengah menatap dirinya.

••••••••••••••

"Adiba!" teriaknya membuat gadis ini berhenti berjalan dan membalikan tubuhnya. Lelaki itu menghampiri. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Kenapa, Bang?" tanya Adiba. Iya, Adiba ini putri dari Regan dan Azizah yang kini usianya menginjak 17 jalan, mereka tidak lagi tinggal dirumah Farhan sebab sudah mempunyai rumah sendiri.

"Abang mau nanya, boleh?"

"Boleh."

Afif terdiam sejenak. "Nggak jadi deh, kamu nggak akan pahan soalnya."

"Loh? Nggak jelas!" ucapnya yang terus kembali berjalan.

Afif menatap punggung Adiba yang meninggalkan dirinya itu. "Ditanya juga masih bocil, mana paham. Nanti malah ember mulutnya." gumamnya.

Kemudian lelaki ini berjalan menuju kamar tamu yang diisi oleh kedua orangtuanya, ia masuk dan menghampiri keduanya yang sudah tertidur itu. Afif menatap Bundanya, lalu meraih bajunya. "Bunda...." bisiknya pelan.

Lelaki ini mencoba menggoyangkan tangannya. "Bunda,"

"Hm,"

"Aca laper, Bund."

Alea menghela nafasnya, lalu membalikan tubuhnya menghadap sang putra yang tadinya menghadap pada suaminya. Ia membuka matanya. "Makan aja, makanannya masih ada, kan?"

"Iya, tapi ayo sama Bunda."

"Bunda ngantuk, udah malam juga, mending kamu tidur, makannya nanti sahur."

"Ck! Laper Bunda, pengen makan. Masih jam sepuluh, sahurnya masih lama."

"Makan sendiri kan bisa."

"Mau disuapin."

"Udah dewasa makan masih pengen disuapin, nggak malu emangnya." sahut Alif yang masih memejamkan matanya. Ternyata lekaki ini belum tertidur pulas.

"Abba nggak diajak."

Lelaki yang terbilang sudah beranjak dewasa ini memang sudah menjadi kebiasaan jika makan harus disuapi oleh Bundanya, mau sesibuk apapun, secapek apapun, jika Afif ingin makan Alea harus menyuapinya.

"Nggak kasihan sama Bunda? Bunda kecapean loh habis pawai tadi." ucap Alif, ia mengubah posisinya menjadi duduk.

"Bunda, laper..." Afif mengecup pipi sang Bunda yang kembali memejamkan matanya itu. "Ayo makan,"

KISAH KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang