H A P P Y R E A D I N G
...
"Bub, dasi dimana?"
"Sama kaos kaki yang warna putih?"
Suara itu berasal dari arah Afif yang tengah berdiri didekat tangga, dengan menggunakan kemeja putih dan celana hitam, karna first time ia berkeja, jadi harus memakai baju hitam-putih.
"Ada dilemari, A'." sahut Afifah yang sibuk membuat sarapan pagi untuk mereka. Sedangkan Alea dan Alif, keduanya menginap dipondok. Ia juga harusnya menginap, tapi Afif harus bekerja apalagi pertama kali.
"Nggak ada,"
"Ada, A'."
"Nggak ada, Bub."
Afifah menghela nafasnya, lalu menghampiri dan menaik ke atas untuk mencari barang yang suaminya sebut tadi dilemari.
"Aa' kalo nyari sesuatu, harus teliti supaya nggak kelewat barang yang nggak dilihat." ucap Afifah setelah mengambil kaos kaki dan dasinya.
"Hehe,"
"Sini, sekalian dipakein."
Afif menurunkan pundaknya sedikit agar istrinya itu bisa memakaikan dasinya, sebab ia terlalu tinggi untuk Afifah yang tingginya hanya sepundaknya. Setelah memakaikan dasi dan merapihkan kerah bajunya, Afifah kemudian tersenyum.
"Sudah."
"Sudah tampan?" tanya Afif.
Afifah mengangguk. "Iya,"
"Iya apa?"
"Sudah tampan."
Afif tersenyum tipis. "Terima kasih,"
"Ayo sarapan dulu,"
"Ayo,"
••••••••••••
Suasana pondok begitu ramai dan bahagia setelah melihat anak-anak yatim piatu tersenyum dan berbahagia saat berbagi.
Semua para santri At-taqqi bergembira bahkan tersenyum, setelah acara berbagi selesai, mereka bermain-main disekitaran pondok. Begitupun Afifah yang melihat bocah perempuan berumur 8 tahun itu tengah duduk sembari menatap ke arah sungai disaat teman-temannya bermain bahkan berbahagia.
Kemudian perempuan ini menghampiri bocah tersebut dan duduk disampingnya.
"Assalamu'alaikum," ucap Afifah dengan nada yang begitu lembut dengan senyuman terukir.
"Wa'alaikumsalam."
"Hallo, nama kamu siapa?" Afifah mengelus lembut ujung kepala bocah ini.
"Kinan," jawab bocah ini tanpa bersemangat, seperti ada kesedihan pada dirinya.
"Salam kenal, Kinan. Umur kinan berapa?"
"Delapan tahun, Kak."
"Kinan lagi ngapain disini? Kok nggak main bareng temen-temen?"
Anak perempuan itu menunduk, lalu menatap wajah Afifah. "Aku kangen sama Ibu dan Ayah aku, Kak. Walaupun Ibu sama Ayah udah bahagia disurga, tapi aku kangen sama mereka, aku nggak bisa peluk mereka."
Mendengar itu, tiba-tiba saja hati Afifah tersentuh. Rasanya, seperti melihat gambaran dirinya pada bocah perempuan ini. Walaupun bedanya kedua orangtua Afifah masih ada tapi entah dimana, tapi ia bisa merasakan apa yang anak kecil ini rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
SpiritualSequel "Suami Rahasia" Seorang cucu pemilik pondok pesantren yang menikahi seorang santri yang mengaguminya secara diam-diam karena dilecehkan oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Yang ternyata, teman dekatnya lah yang melecehkan istrinya. "Satu-s...